Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Rumah Adat Jambi, Hunian dari Generasi ke Generasi yang Bisa Diceritakan ke Si Kecil

Nanie Wardhani   |   HaiBunda

Senin, 30 May 2022 09:10 WIB

Ilustrasi ibu dan anak membaca buku
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Ridofranz

Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas sesuai dengan adat dan budayanya masing-masing. Salah satu bentuk ciri khas budaya yang berbeda di setiap daerah itu dapat tercermin pada rumah adatnya masing-masing.

Biasanya bentuk dan fungsi rumah adat di setiap daerah memiliki ciri khas dan maknanya masing-masing. Kali ini kita akan membahas mengenai rumah adat Jambi, yaitu Rumah panggung.

Rumah adat Jambi

Provinsi Jambi, yang memasuki usianya yang ke-65 pada tahun 2022 ini, memiliki rumah adatnya sendiri yang bernama Rumah Panggung. Rumah berjenis rumah panggung ini masih banyak dijumpai di Kota Jambi, tepatnya di Jambi Kota Seberang.

Pada umumnya, Rumah Panggung Jambi digunakan sebagai hunian atau tempat tinggal yang bertahan dari generasi ke generasi. Masyarakat Jambi masih mempertahankan adat istiadat yang dimiliki oleh nenek moyang mereka, bahkan peninggalan bangunan tua pun masih bisa dinikmati keindahannya dan masih digunakan dan sangat terawat hingga kini.

Kokoh tak termakan oleh waktu

Seperti dikutip dari laman Kebudayaan Kemdikbud, salah satu rahasianya adalah dari kayu yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan rumah. Kayu yang dipakai untuk menopang badan rumah panggung umumnya adalah Kayu Bulian dan Kayu Tembesi.

Dua jenis kayu tersebut dapat menopang rumah tempat kediaman pemiliknya sampai bertahun-tahun, bahkan hingga selamanya karena sangat kuat. Di Pulau Kalimantan, Kayu Bulian ini juga dikenal dengan sebutan Kayu Ulin.

Setiap Rumah Panggung Jambi memiliki sampan

Bagian bawah Rumah Panggung, oleh masyarakat kerap dijadikan sebagai gudang penyimpanan kayu untuk keperluan pesta, garasi kapal, atau juga warung-warung kuliner sore seperti tekwan. Tidak jarang pula dijadikan sebagai kandang hewan unggas, seperti ayam atau bebek.

Mengapa setiap rumah memiliki sampan? Sebab, di kawasan Jambi Kota Seberang kerap terjadi banjir tahunan akibat luapan air Sungai Batang Hari ketika memasuki musim hujan. Bahkan banjir besar kerap terjadi setiap siklus empat tahunan. Itu mengapa rumah masyarakat Jambi berbentuk rumah panggung.

Memasuki ke dalam rumah, pemilik harus menaiki tangga yang rata-rata jumlahnya sebanyak belasan anak tangga. Selepas tangga, akan ada beranda yang biasa digunakan oleh pemilik rumah untuk bercengkerama atau sekadar menikmati hari.

Di beranda ini terdapat pintu masuk rumah yang jika ditarik garis lurus akan membentang lurus dari tangga masuk, pintu utama, hingga pintu-pintu koridor lainnya di dalam rumah sampai ke pintu belakang rumah. Ukuran pintu utama Rumah Adat Jambi berukuran lebar, setidaknya pas untuk dijadikan pintu keluar masuk keranda jenazah.

Di bagian dalam rumah terbagi menjadi beberapa ruangan besar. Dimulai dari ruang paling depan, yaitu ruangan untuk menerima tamu, lalu ruangan tengah yang berukuran lebih besar dari ruang tamu, di mana ruangan ini biasa digunakan sebagai ruangan untuk mengadakan pertemuan besar seperti acara adat atau pengajian.

Kemudian dilanjutkan dengan ruang santai tempat keluarga berkumpul. Setelah itu ada ruang tengah yang terbuka di mana ruangan ini dikhususkan untuk ruangan menjemur pakaian, padi, dan juga dapur, baru setelahnya adalah pintu belakang tempat pemilik rumah biasa meletakkan barang-barang yang tidak terpakai di sana.

Sebagai simbol hubungan keluarga

Masyarakat Jambi adalah masyarakat dengan kehidupan agama Islam dan Melayu yang masih kuat. Hal ini terlihat dari dilarangnya anak perempuan yang belum menikah untuk berada di dua ruangan paling depan di rumah tersebut. Anak-anak perempuan harus berada di ruang tengah yang terbuka dan tidak berkontak langsung dengan laki-laki yang tidak ada hubungan kekerabatan.

Rumah Adat Jambi yang satu ini juga menjadi simbol dari hubungan keluarga yang sangat erat. Hal ini ditandai dari hak waris rumah yang turun kepada anak perempuan. Jika anak laki-laki sudah dewasa dan menikah, mereka diharuskan untuk keluar rumah, ikut tinggal bersama keluarga besar istri atau pihak perempuan, atau akan lebih baik lagi jika mereka membangun rumahnya sendiri untuk ditinggali oleh generasi-generasi penerus.

Demikian informasi lengkap mengenai salah satu rumah adat Jambi yaitu Rumah Panggung beserta nilai dan makna yang terkandung di dalamnya. Semoga bermanfaat ya Bunda.

Bunda, yuk download juga aplikasi Allo Bank di sini.

[Gambas:Video Haibunda]



(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda