Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Hati-hati Helicopter Parenting Bisa Bikin Anak Tertekan, Ini 5 Dampak Buruknya

Anggi Astuti   |   HaiBunda

Jumat, 03 Jun 2022 11:40 WIB

Ilustrasi ibu dan anak
Ilustrasi/ Foto: iStockphoto

Jakarta - Setiap orang tua tentunya ingin perkembangan Si Kecil optimal mulai dari balita sampai beranjak dewasa. Namun, jangan sampai keinginan memberikan yang terbaik untuk anak membuat Bunda terjebak pada pola asuh helicopter parenting ya.

Sudah pernah mendengar istilah helicopter parenting? Ini merupakan salah satu bentuk gaya pengasuhan yang tanpa disadari mengatur seluruh kehidupan anak. Bunda tentu tahu kan, mengontrol segala sesuatu yang dilakukan oleh anak secara berlebihan justru malah membuat mereka tertekan nih.

Perilaku mengawasi, memantau, atau mengontrol bahkan sampai mengambil alih peran-peran yang seharusnya dapat dilakukan oleh anak itu sendiri termasuk ke dalam pola asuh yang kurang baik, Bunda.

Alih-alih melindungi anak justru malah menghambat perkembangannya. Selain membuat anak tertekan, gaya pengasuhan seperti ini juga dapat menyebabkan kemunduran kognitif, emosional, dan fisik pada perkembangan anak.

Janin Terlilit Tali Pusar

Gaya pengasuhan semacam ini disebut dengan helicopter parenting. Mengapa dapat menyebabkan anak tertekan? Sebenarnya apa sih helicopter parenting itu? Yuk simak selengkapnya ulasannya di bawah ini.

Apa Itu Parenting Helicopter?

Helicopter Parenting merupakan salah satu pola asuh ketika orang tua terlalu berlebihan terlibat dalam kehidupan anaknya, sehingga anak tidak memiliki ruang pribadi untuk melakukan segala sesuatunya sendiri.

Dilansir Parents, istilah ini muncul pertama kalinya dalam buku berjudul Parents & Teenagers karya Dr. Haim Ginott pada tahun 1969. Disebutkan oleh para remaja yang mengatakan bahwa orang tua mereka melayang-layang di atas mereka layaknya helikopter.

"Pola asuh helikopter mengacu pada gaya orang tua yang terlalu fokus pada anak-anak mereka," kata Carolyn Daitch, Ph.D., direktur Pusat Perawatan Gangguan Kecemasan di dekat Detroit dan penulis Anxiety Disorders: The Go-To Guide dikutip dari Parents.

"Mereka biasanya mengambil terlalu banyak tanggung jawab atas pengalaman anak-anak mereka dan khususnya keberhasilan atau kegagalan mereka," ujarnya.

Pola asuh ini membatasi kesempatan anak untuk menjelajahi dunia mereka atau belajar mencoba. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa parenting helicopter dapat menurunkan rasa efikasi diri anak. Sedangkan anak membutuhkan proses belajar untuk menghadapi tantangan agar mereka dapat bereksplorasi mempelajari hal-hal baru.

Tim peneliti dari University of Virginia mengungkapkan bahwa remaja yang orang tuanya bersikap terlalu keras dan terlalu mengontrol mereka, mungkin mengalami kesulitan dalam hubungan sosial dan pencapaian pendidikan pada saat remaja hingga usia 32 tahun.

Temuan studi yang diterbitkan dalam jurnal Child Development itu menyoroti dampak jangka panjang yang ditimbulkan pada remaja ketika orang tua mereka terlalu ketat dan protektif. Dilansir laman News Medical Life Science.

Contoh helicopter parenting diantaranya, mencegah anak bereksplorasi, selalu membantu anak mengerjakan segala sesuatu yang seharusnya dapat dikerjakan sendiri, memaksakan ambisi orang tua pada anak, dan masih banyak lagi.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

[Gambas:Video Haibunda]



 

PENYEBAB BUNDA MENERAPKAN HELICOPTER PARENTING, KENALI DAN HENTIKAN!

Strict musician mother is teaching her daughter to play the piano. Musical recreation activities for children.

Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Ju Photographer

Penyebab Orang Tua Menerapkan Helicopter Parenting

Salah satu penyebab orang tua menerapkan helicopter parenting adalah sikap yang terlalu perfeksionis. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Segrin dan peneliti lainnya mengenai hubungan antara perfeksionisme dengan pola asuh yang berlebihan, di mana hasilnya dipublikasikan bersama dalam jurnal Couple and Family Psychology: Research and Practice. Penelitian tersebut menegaskan bahwa perfeksionisme memang memiliki keterkaitan dengan helicopter parenting, dilansir Psychology Today.

Selain perfeksionisme, ada juga beberapa faktor lainnya yang menyebabkan orang tua menerapkan pola asuh ini, seperti kecemasan orang tua terkait keselamatan anak karena di lingkungannya sering terjadi kejahatan, kecemasan terkait kesuksesan anak, tekanan dari orang tua lainnya, keinginan orang tua agar anaknya mendapat kasih sayang yang cukup, lingkungan yang penuh tekanan, dan lingkungan yang kompetitif misalnya lingkungan yang menuntut anak selalu berprestasi tinggi.

Dampak Helicopter Parenting Pada Anak

Bunda, inilah beberapa dampak yang akan ditimbulkan dari helicopter parenting pada anak antara lain:

  1. Menurunnya kepercayaan diri dan harga diri pada anak.
  2. Keterampilan koping kurang berkembang sehingga anak kurang kompeten dalam menghadapi tekanan hidup mereka sendiri.
  3. Peningkatan kecemasan dan depresi pada anak menjadi lebih tinggi.
  4. Tumbuh rasa berhak pada anak sehingga ia merasa segala sesuatu yang diinginkan harus terpenuhi.
  5. Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari kurang berkembang, seperti mengikat tali sepatu sendiri, mencuci sepatu sendiri, mengerjakan tugas sendiri.

Cara Menghindari Helicopter Parenting 

"Sebagai orang tua, kita memiliki tugas yang sulit. Kita perlu mengawasi anak-anak kita sekarang dan mengawasi orang dewasa yang kita coba besarkan. Dari sini ke sana melibatkan beberapa penderitaan untuk anak-anak kita dan juga untuk kita," kata Dr. Deborah Gilboa, MD, pendiri AskDoctorG.com.

"Mengingat untuk mencari peluang untuk mengambil satu langkah mundur dari memecahkan masalah anak kita, akan membantu kita membangun anak yang tangguh dan percaya diri seperti yang kita butuhkan," jelas Dr. Gilboa.

Itu artinya sebagai orang tua, sekiranya perlu membiarkan anak berjuang, membiarkannya mengenal rasa kecewa dan belajar mengatasi tantangan atau bahkan kegagalan. Hal ini akan melatih anak untuk menghadapi kehidupannya di masa depan nih, Bunda.


(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda