sign up SIGN UP search

parenting

Perhatikan Bun, Ini 3 Tantangan Terbesar soal Kesehatan Anak Usia Dini di Indonesia

ANNISAAFANI   |   Haibunda Sabtu, 25 Jun 2022 04:00 WIB
Serious mother talking to sad upset preschooler daughter kid at home. Mum consoling quiet girl, giving love, comfort, support, touching shoulder of child at home. Psychology, therapy,  empathy concept caption
Jakarta -

Stunted menjadi salah satu masalah pada anak yang masih menjadi topik tak berujung untuk dibahas ya, Bunda. Terlebih lagi, penelitian juga menemukan bahwa kondisi tersebut masih banyak dialami oleh anak-anak di Indonesia.

Penelitian terbaru dari South East Asian Nutrition Surveys kedua (SEANUTS II) membahas masalah status gizi, asupan gizi, perilaku, dan gaya hidup anak-anak. Dari empat negara Asia yang diteliti, didapati bahwa mereka belum memenuhi rata-rata vitamin dan mineral yang direkomendasikan untuk tumbuh kembang yang sehat.

Ini merupakan lanjutan dari penelitian pertama yang dipublikasikan pada tahun 2013. Penelitian skala besar ini dilakukan oleh FrieslandCampina bekerja sama dengan universitas dan lembaga penelitian terkemuka di Indonesia dan beberapa negara Asia lainnya, dalam rentang waktu antara 2019 dan 2021.


Dalam penelitian ini, melibatkan hampir 14.000 anak, antara usia enam bulan hingga 12 tahun dan khusus menyoroti 'triple burden of malnutrition', yang terdiri dari kekurangan gizi, kekurangan zat gizi mikro, dan kelebihan berat badan atau obesitas.

Banner Lahirkan Bayi Down SyndromeFoto: HaiBunda/ Annisa Shofia

Ketiga masalah ini seringkali terjadi berdampingan di suatu negara dan bahkan bisa terjadi dalam satu rumah tangga. Kemudian yang menjadi perhatian, yakni stunting yang menjadi salah satu bentuk dari kekurangan gizi di Indonesia dan masih menjadi isu yang perlu diperhatikan.

Secara keseluruhan, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa permasalahan anak stunted atau berperawakan pendek dan anemia masih ada, terutama pada anak-anak usia dini. Namun, untuk anak yang berusia lebih tua, tingkat prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas lebih tinggi.

Kasus stunted yang masih banyak ditemukan terjadi pada anak-anak di wilayah Jawa hingga Sumatra, yakni dengan prevalensi sebesar 28,4 persen yang artinya satu di antara 3,5 anak berperawakan pendek.

Adapun prevalensi anemia adalah 25,8 persen pada anak di bawah 5 tahun. Sementara itu, hampir 15 persen anak usia 7-12 tahun memiliki kelebihan berat badan atau obesitas.

"Studi ini menunjukkan bahwa permasalahan stunted atau perawakan pendek, anemia, asupan makanan, aktivitas fisik anak dan kebugaran jasmani terkait kesehatan, perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak," kata Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Menyinggung soal kesehatan jasmani, temuan lain juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik harian pada anak usia sekolah ternyata belum mencapai tingkat kecukupan sedang yang direkomendasikan. Padahal tingkat kecukupan aktivitas fisik harian akan memengaruhi kebugaran tubuh, yang lebih jauh akan berperan pada tahapan tumbuh kembang seorang anak.

Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.


Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen. 

Simak juga ciri-ciri anak yang mengalami gizi buruk dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



ASUPAN GIZI ANAK INDONESIA BELUM TERPENUHI
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
Share yuk, Bun!
BERSAMA DOKTER & AHLI
Bundapedia
Ensiklopedia A-Z istilah kesehatan terkait Bunda dan Si Kecil
Rekomendasi
Ayo sharing bersama HaiBunda Squad dan ikuti Live Chat langsung bersama pakar, Bun! Gabung sekarang di Aplikasi HaiBunda!
ARTIKEL TERBARU
  • Video
detiknetwork

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Pantau terus tumbuh kembang Si Kecil setiap bulannya hanya di Aplikasi HaiBunda!