Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Bolehkah Balita Obesitas Menjalani Diet? Simak Penjelasan Dokter Bun

ANNISAAFANI   |   HaiBunda

Selasa, 05 Jul 2022 22:10 WIB

ilustrasi anak obesitas
Ilustrasi anak obesitas/Foto: iStock

Beberapa waktu yang lalu, Ukkasya Muhammad Syahki putra Zaskia Sungkar sempat disebut-sebut harus menjalani diet, Bunda. Hal tersebut pernah ditulis dalam caption di postingan Instagram Ukkasya, @ukkasyahki.

Dalam postingan tersebut, dokter menyarankan Ukkasya mengurangi lemak pada tubuhnya, Bunda. Bukan tanpa sebab, upaya itu diharapkan agar ia bisa belajar jalan lebih cepat.

"Aku lagi program diet sehat ni, kata dokter aku harus mengurangi sedikit lemak bergoyang aku biar cepet jalan. Doain aku ya onti uncle onlen," dikutip pada Senin (4/7/2022).

Bicara soal diet, beberapa Bunda mungkin bertanya-tanya. Apakah anak balita dengan berat badan berlebihan benar-benar harus menjalani diet? Lalu, kira-kira diet seperti apa bisa diaplikasikan pada anak yang sedang dalam masa pertumbuhan?

Menurut Dr. dr. Dian Novita Chandra, M. Gizi, anak-anak yang mengalami obesitas memang perlu mendapat perhatian khusus seperti. Namun, ahli gizi tersebut juga memperingatkan bahwa diet bagi anak tak boleh sembarangan dan harus berdasarkan anjuran dokter.

"Anak itu kan sedang masa pertumbuhan. Jadi daripada kita pikirkan dietnya, pertama adalah harus dikonsultasikan secara lengkap dikonsultasi ke spesialis anak, konsultan akan melihat dan gizinya terlebih dahulu," tuturnya pada HaiBunda, baru-baru ini.

Setelah melihat kondisi gizi anak, dokter akan menganalisis nih, Bunda. Dari sana, barulah dapat ditentukan jenis makanan apa yang sebaiknya dikurangi atau justru dianjurkan dikonsumsi lebih banyak.

"Biasa kita analisis dulu, bagaimana keseimbangan asupannya. Jadi, mungkin biasanya nih tinggi di makanan berlemak yang digoreng, itu bisa kita ganti jadinya (yang berserat). Ini bukan diet kan? Kalau seperti itu, hanya mengganti jenis makanan saja," tuturnya.

Selain asupan gizi, Dian juga menganjurkan agar kebutuhan aktivitas fisik balita juga harus terpenuhi. Ia menggaris bawahi agar orang tua bisa lebih cermat mengatur keseimbangan keduanya.

"Kita lihat aktivitas fisiknya, karena jangan sampai tadi asupannya sendiri masih kurang, malah disuruh diet juga. Kalau untuk anak, pengganti jenis makannya harus personalize karena kita tahu anak itu masa pertumbuhan, jadi tidak bisa sembarang diberikan diet," katanya.

"Jangan sampai karena diet, asupannya enggak cukup. Kalau memang dia kelebihan dari sisi lemak dan gula tadi berarti lemak dan gulanya dikurangin. Dengan itu saja sudah menurunkan (berat badan berlebih), kan?" sambungnya.

Anak balita yang mengalami obesitas biasanya juga terjadi karena kelengahan orang tua, Bunda. Seperti apa? Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen. 

Simak juga video penyebab berat badan anak tidak naik berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]



KESALAHAN ORTU YANG SEBABKAN ANAK OBESITAS

ilustrasi anak obesitas

Ilustrasi anak obesitas/Foto: iStock

Perkembangan anak dipengaruhi oleh pengasuhan orang tua. Jika tak tepat, kemungkinan mengalami obesitas bisa terjadi, Bunda.

Dalam kesempatan yang sama, dokter Dian juga mengatakan bahwa ada kelalaian orang tua yang membuat anak mengalami kondisi tersebut. Misalnya dengan menuruti kemauan anak yang picky eater atau pemilih makanan.

"(Selain) tidak diajak aktivitas fisik, asupan tak seimbang ini juga bisa terjadi jika anak picky eater terlalu dituruti. Akibatnya ada yang tinggi, ada yang rendah," ujarnya.

"Sama satu lagi, makanan manis sering dijadikan reward. Itu bisa jadi masalah gula anak jadi berlebihan," imbuhnya.

Banner Jus untuk DietFoto: HaiBunda/ Novita Rizki

Orang tua harus peka soal hal ini, Bunda. Sama seperti orang dewasa, obesitas pada balita juga bisa membuat anak berisiko mengalami berbagai penyakit di masa tua.

"Sama seperti dewasa, penyakit kardiovaskuler iya, penyakit metabolik. Penyakit kardiovaskuler ini nantinya di masa dewasa akan lebih rentan terkena. Saat anak memang belum, tapi resiko jangka panjangnya (mengintai)," pesan dokter Dian.


(AFN/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda