Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Curhat Putri Titian, Anak Takut Bertemu Orang & Susah Fokus di Masa Transisi Pandemi

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Senin, 25 Jul 2022 12:30 WIB

Ilustrasi anak tidak mau mendengarkan orang tua
Putri Titian dan kedua anaknya/ Foto: dok. Instagram @putrititian

Tak dimungkiri bahwa pandemi sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Artis Putri Titian pun merasakan betul dampak yang terjadi pada kedua anaknya, Iori dan Iago, Bunda. Keseringan di rumah saat pandemi berdampak kurang baik pada kedua anaknya di antaranya takut bertemu orang dan susah fokus.

"Aku di rumah ada dua anak, yang gede itu Iori umurnya 5 tahun. Yang kecil Iago umurnya 3 tahun. Memang mereka ini tumbuh kembangnya itu di masa pandemi. Terutama Iago, dia baru 1,5 tahun lagi belajar ngomong tiba-tiba pandemi," ungkap Putri Titian, di acara Virtual Press Conference Bebelac Rayakan Hari Anak Hebat Nasional via Zoom, Kamis (21/7/2022).

Artis yang akrab disapa Tian itu bercerita bahwa seharusnya di usia 1,5 tahun, Iago mendapat stimulasi dan interaksi dengan orang lain. Tapi ternyata pandemi membuatnya 'terisolasi', semuanya serba terbatas.

"Hasilnya ya itu, sekarang itu dia lebih susah untuk beradaptasi dengan orang-orang baru. Susah ya kalau mau ketemu orang baru tuh enggak bisa langsung say hi. Malu-malu, takut, gampang banget ngambek," ungkap istri Junior Liem itu.

Sementara, Iori, anak sulungnya memang sempat merasakan interaksi dengan orang lain dulu. Tapi pandemi mengharuskannya sekolah online, dua tahun di rumah serba terbatas.

"Tiba-tiba kemarin harus tatap muka tiga kali seminggu. Itu jatuhnya jadi overreacting, sudah lama dikekep di rumah, jadi terlalu heboh dan susah banget fokus. Itu sih dampak yang dirasakan anak-anakku," tutur Putri Titian.

Kekhawatiran Tian di masa transisi

Tian pun punya kekhawatiran sama seperti orang tua anak pandemi lainnya. Misalnya, Iago waktu masuk sekolah. Ia berharap jangan sampai dirinya masuk kelas.

"Sekolah lagi. Anaknya enggak mau pisah, bagaimana dong maunya ditemani terus. Lalu, sosial emosionalnya dia karena enggak distimulasi dengan baik, nantinya enggak bisa berbagi sama teman, bisa berantem karena biasanya main sendiri tiba-tiba di kelas ada temannya, dia enggak bisa sharing," ucap Tian.

Lalu, mengingat Iori sudah besar, pendidikan dan aktivitasnya semakin banyak. Tian khawatir bagaimana nantinya jika Iori malah tak bisa fokus dan tak bisa menerima pelajaran dengan baik.

Fenomena ini tampaknya juga menjadi masalah global, Bunda. Di kesempatan yang sama, psikolog anak Nadya Pramesrani, M.Psi., mengatakan bahwa ternyata di masa pandemi ini banyak kasus-kasus keterlambatan perkembangan, terutama di aspek sosial emosional anak-anak dan motorik kasar. Dua aspek itu yang paling banyak mengalami keterlambatan.

Baca kelanjutannya di halaman berikut.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga video soal cara mengendalikan emosi anak melalui video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



ANAK-ANAK PANDEMI ALAMI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN

Ilustrasi anak tidak mau mendengarkan orang tua

Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Evrymmnt

Pandemi memberikan dampak yang nyata pada anak-anak secara global. Lebih lanjut, Nadya mengatakan, jika dibandingkan skor anak-anak yang lahir di pandemi dengan anak-anak yang lahir di luar pandemi maka skor anak-anak pandemi ini relatif lebih rendah.

"Di mana, kita menemukan penelitian yang berbeda lagi bahwa dominannya keterlambatan ini disebabkan oleh kurangnya stimulasi. Lagi-lagi ini karena keterbatasan kondisi dan juga yang mempengaruhi ada level stres," tuturnya.

"Baik level stres yang dialami oleh si anak maupun stres dari lingkungan sekitarnya. Jadi ini yang dihambati anak-anak secara global."

Banner Penyebab Preeklamsia

Kondisi yang membuat orang tua khawatir di masa transisi ini karena anak akan berinteraksi lagi dengan orang lain, berinteraksi dengan orang baru secara mandiri. Mereka mungkin tidak lagi didampingi orang tuanya.

Masalah aspek sosial/emosional anak pandemi

Nah, kalau secara umum, anak pandemi yang berinteraksi di dunia luar rumahnya. Maka, masalah yang paling sering ditemui adalah sebagai berikut:

1. Sangat cemas

Mereka sangat cemas dan sulit berpisah dengan orang tua. Nah, ini dialami karena orang tua yang sudah kembali ke kantor. Dan ini menimbulkan drama di rumah.

2. Takut, menarik diri

Kemudian kalau anak berinteraksi dengan orang baru, mereka jadi takut, menarik diri, ada yang responsnya menangis. Tapi pada dasarnya adalah karena respons cemas mereka usai bertemu dengan orang baru.

3. Screen time malah meningkat

Masalah lain yang dialami adalah penurunan aktivitas fisik diiringi dengan peningkatan aktivitas screen time. Ini memengaruhi aktivitas sosialnya.

4. Lebih sering rewel

Secara umum, karena aktivitas turun, screen time naik. Secara emosi, anak pandemi terlihat lebih banyak yang rewel. Lebih mudah yang cranky.

"Perilaku dan suasana hati anak antara bisa naik turun dengan cepat atau ketika mereka lagi bad mood itu lebih sulit bagi mereka untuk meregulasi hal itu dan kembali kepada happy mood-nya lagi," tuturnya.

5. Hiperaktif

Terakhir, yang sering dikeluhkan adalah anak menjadi hiperaktif. Sekali lagi karena kurang gerak. Hiperaktif gerak sana-sini tanpa tujuan akhirnya bikin chaos kondisi rumah, Bunda. Kondisi chaos ini akhirnya berbalik lagi ke Si Kecil membuat mereka sulit untuk fokus.

"Biasanya di usia 2 tahun diharapkan mereka bisa mempertahankan fokusnya selama setidaknya 4-7 menit, tapi karena ada isu-isu yang terjadi ini mereka jadi fokus hanya 2 menit ganti lagi. Ini yang menjadi kekhawatiran orang tua, terutama bagi mereka yang sudah kembali ke sekolah," ungkap Nadya.


(aci/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda