Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

6 Cara Membantu Anak Merasa Kompeten, Bunda Jangan Terlalu Perfeksionis

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Jumat, 14 Aug 2020 13:40 WIB

ilustrasi ibu dan anak
6 Cara Membantu Anak Merasa Kompeten, Bunda Jangan Terlalu Perfeksionis/ Foto: iStock
Jakarta -

Anak kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya? Wah, berarti butuh dukungan Bunda dan Ayah untuk membantu mereka menyadari kompetensi dan potensi dalam dirinya.

Seperti yang Bunda tahu, kompetensi adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan sukses atau efisien. Perasaan kompeten adalah perasaan mengetahui bahwa 'Saya bisa melakukannya!'.

Psikolog anak Dr.Nicole Beurkens menulis dalam situs resminya bahwa ketika anak merasa kompeten, mereka merasa dirinya mampu menangani tugas dan tantangan yang mereka hadapi sehari-hari dalam hidup mereka.

Sebaliknya, anak-anak dan kelompok dewasa muda yang merasa tidak kompeten memandang diri mereka sebagai tidak mampu, cenderung memiliki harga diri yang buruk, dan menolak menangani tantangan atau pengalaman baru.

"Mereka cenderung mudah stres dan kewalahan, memiliki toleransi frustrasi yang rendah, dan yakin bahwa mereka tidak memiliki apa yang diperlukan untuk membuat segala sesuatunya berhasil dalam hidup mereka," tulisnya.

Buruknya, hal ini dapat menyebabkan kesulitan di rumah dan sekolah, dan masalah ini cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia anak hingga dewasa, Bunda.

Untuk itu, sebagai orang tua kita perlu tahu cara untuk membantu anak merasa kompeten dan pandai. Psikolog dan pakar perkembangan Marilyn Price-Mitchell Ph.D., membagikan enam cara yang bisa membantu anak merasa kompeten dan pandai.

Bagaimana caranya? Berikut tipsnya dikutip dari Psychology Today:

1. Contohkan prinsip pemecahan masalah

Ketika anak-anak memahami empat prinsip sederhana dalam memecahkan masalah, mereka belajar menerapkannya dalam semua aspek kehidupan mereka. Ajari anak Bunda cara memahami masalah, merancang rencana, melaksanakan rencana, dan melihat ke belakang untuk mengevaluasi upaya.

"Pendidik matematika George Polya mengembangkan prinsip-prinsip sederhana ini pada tahun 1945 dan prinsip-prinsip tersebut masih dianggap sebagai dasar pemecahan masalah hingga saat ini," ujar Price-Mitchell.

2. Hindari perfeksionisme

Studi menunjukkan bahwa sikap perfeksionis dapat mengganggu kemampuan anak untuk mencapai tujuan. Orang tua membantu anak-anak menghindari jebakan perfeksionisme dengan berfokus pada proses pembelajaran, bukan hanya pada hasil, dan dengan membantu anak-anak menetapkan tujuan yang realistis. Pelajari tentang tanda-tanda perfeksionisme dan cara mendukung anak yang perfeksionis.

3. Libatkan anak dalam pengambilan keputusan

Ketika anak-anak secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan keluarga, seperti perencanaan menu, ke mana pergi berlibur, film apa yang akan ditonton, bagaimana membagi tugas-tugas keluarga, mereka belajar tentang proses pengambilan keputusan, meningkatkan keterampilan, dan meningkatkan kepercayaan diri.

"Mereka memperoleh pengalaman dalam berdebat, bernegosiasi, dan mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain - semua aspek akal. Keluarga yang mengadakan pertemuan keluarga secara teratur membantu memperkuat kemampuan mereka untuk bekerja sama dan mencapai gol," tulisnya.

Smiling young loving mum making ponytail to little preschool laughing daughter with toy sitting on sofa, couch in living room at home, mother helping child with hairstyle, nanny caring of pupil6 Cara Membantu Anak Merasa Kompeten, Bunda Jangan Terlalu Perfeksionis/ Foto: Getty Images/iStockphoto/fizkes

4. Mendorong penggunaan teknologi

Ada banyak sekali teknologi yang tersedia yang membantu anak-anak menjadi lebih banyak akal dan produktif. Misalnya, pemetaan pikiran (mindmapping) dapat membantu anak-anak lebih memahami masalah dan menyusun rencana dengan memvisualisasikan hubungan, menguraikan berbagai sisi masalah, dan menentukan langkah selanjutnya.

5. Dorong kemandirian dan kolaborasi

Meskipun kemandirian dan kolaborasi mungkin tampak berlawanan, keduanya perlu untuk menjadikan anak pandai. Anak-anak harus dapat memutuskan tugas apa yang paling baik diselesaikan sendiri dan mana yang mendapat manfaat dari kerja tim.

Saat anak mengerjakan proyek sekolah atau rumahnya berikutnya, tanyakan padanya aspek proyek apa yang mungkin memerlukan kolaborasi dengan Bunda atau orang lain.

Mengapa? Menurut Price-Mitchell, ketika anak-anak memimpin perencanaan proyek mereka sendiri, yang seringkali dikelola oleh orang tua, mereka mengalami secara langsung apa yang menghasilkan hasil yang baik dan bagaimana mereka belajar dari kesalahan mereka.

6. Ajarkan seni skeptisisme positif

Menjadi pandai berarti mengembangkan kemampuan untuk melihat berbagai solusi untuk satu masalah. Ini juga membutuhkan sedikit skeptisisme.

"Saat kami mengajari anak-anak untuk bersikap skeptis, kami juga mengajari mereka untuk menjadi pemecah masalah yang ingin tahu dan banyak akal. Orang tua dapat mencontohkan skeptisisme positif di rumah, mengajar anak-anak untuk berpikir seperti Galileo dan Steve Jobs," kata Price-Mitchell.

Simak juga cara menumbuhkan minat baca anak saat di rumah saja:

[Gambas:Video Haibunda]



(aci/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda