Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Bolehkah Bunda Korban KDRT Tetap Bertahan Demi Anak? Ini Saran Psikolog

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Selasa, 17 Jan 2023 15:20 WIB

Ilustrasi KDRT
Ilustrasi Bertahan Demi Anak Usai KDRT/Foto: Getty Images/iStockphoto/Jelena Stanojkovic

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) banyak terjadi menimpa banyak ibu dan anak. Tak sedikit korban memilih diam karena dipengaruhi faktor ketakutan akan ancaman, tergantung ekonomi pada pelaku, hingga perasaan cinta dan sayang.

Belum lama ini, kasus seorang artis yang mengalami KDRT dari sang suami juga menarik perhatian netizen. Ini mengingatkan kembali seberapa pentingnya perlindungan pada wanita dan anak-anak.

Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati, ada berbagai alasan mengapa korban KDRT memendam masalahnya dan tidak melaporkan sang pelaku. Salah satunya adalah karena adanya rasa takut.

"Perlu kita ketahui bersama bahwa fenomena kekerasan pada perempuan seperti gunung es. Di mana jumlah yang sebenarnya dapat lebih besar lagi. Sebagai gambaran, terhadap ketimpangan relasi kuasa, penyintas dapat merasa sangat takut untuk melaporkan kekerasan yang dialaminya," katanya.

Selain itu, sebagian besar korban KDRT yang merupakan seorang Bunda juga tidak melaporkan sang pelaku karena memikirkan nasib anak-anak mereka, Bunda.

Bolehkan Bunda korban KDRT bertahan demi anak?

Dari sisi psikologi, Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog, menjelaskan bahwa mempertahankan rumah tangga usai mengalami KDRT adalah hak Bunda. Namun, Bunda perlu ketahui terlebih dahulu penyebab dari masalah yang terjadi.

"Boleh enggak itu haknya (Bunda) kok. Cuma perlu diselesaikan. Perlu melihat permasalahannya itu secara jernih juga. Apa yang menyebabkan ini terjadi dan bagaimana menyelesaikannya. Karena tidak ada asap kalau tidak ada api," katanya pada HaiBunda baru-baru ini.

Menurut Danang, mempertahankan rumah tangga usai mengalami KDRT boleh dilakukan. Namun, Bunda dan Ayah perlu mengubah perilaku karena anak akan melihat dan mempelajarinya.

"Jadi menurut saya enggak apa-apa kalau memang mau bertahan. Tapi jangan lupa bahwa anak juga akan melihat perilaku ibunya dan bapaknya. Maka kalau mau bertahan pun harus berubah dua-duanya agar menjalin relasi dengan baik," ujarnya.

Lantas apa dampak yang terjadi jika Bunda menghadapi KDRT? Klik baca halaman berikutnya, ya!

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Lihat lagi video jenis KDRT menurut Undang-undang dan cara menghadapinya berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]



LAPORKAN KE LAYANAN PENGADUAN

Selective focus loneliness young asian woman sitting on bedroom floor near the balcony. Depression sadness breaking up asian teenage girl sitting alone hugging knees closing eyes and thinking.

Ilustrasi Bertahan Demi Anak Usai KDRT//Foto: Getty Images/iStockphoto/CandyRetriever

Dampak KDRT pada korban

Menghadapi KDRT memang bukan hal mudah yang bisa Bunda lalui. Terlebih jika Bunda sudah memiliki anak dari pernikahan tersebut.

Meski begitu, Bunda perlu pahami bahwa KDRT dapat memberikan dampak yang lebih buruk bagi korbannya. Korban KDRT dapat terpengaruh secara emosional mulai dari sedih, marah, kecewa, merasa tidak berharga, hingga menarik diri dari orang lain.

Menurut psikolog klinis dewasa, Mega Tala Harimukhti, S.Psi,M.Psi, korban KDRT juga memiliki dampak jangka panjang. Misalnya saja kehilangan konsentrasi, depresi, hingga mengalami PTSD.

Banner 13 Cara agar Bayi Cerdas Sejak dalam Kandungan

"Mereka jadi enggan bertemu dengan orang lain karena perasaan tertekan dan cemas yang dirasakan. Dalam jangka panjang, mereka bisa saja kehilangan konsentrasi, mengalami depresi, hingga terparahnya mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)," ungkapnya kepada HaiBunda.

Pesan untuk korban KDRT

Mega berpesan agar korban KDRT sebaiknya mencoba untuk berbicara pada orang lain. Korban perlu mencoba untuk menyampaikan dan menceritakan apa yang mereka alami kepada orang terdekatnya.

"Dan tidak ada salahnya untuk mencoba menghubungi pusat pelayanan terpadu perempuan dan anak yang biasanya ada di tiap kota. Karena kekerasan dalam rumah tangga perlu dihentikan, perlu dicegah untuk meminimalkan trauma psikologis," ujarnya.

Bunda dapat melaporkan langsung kejadian kekerasan terhadap perempuan dan anak yang ditemui atau dialami ke layanan SAPA 129 (021-129), atau melalui layanan pesan WhatsApp di 08111-129-129.


(mua)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda