PARENTING
Autis Pada Anak: Kenali Ciri-ciri, Terapi yang Tepat hingga Tips Membesarkannya
dr. Mira Dewita, Sp.A | HaiBunda
Rabu, 12 Apr 2023 17:41 WIBGangguan spektrum autisme menjadi hal yang perlu diperhatikan. Sejauh ini, kasusnya pun terus bertambah di Indonesia.
Autisme merupakan kondisi yang berkaitan dengan perkembangan otak anak. Autisme atau spectrum disorder akan mengganggu cara anak berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan orang lain.
Anak yang mengalami kondisi autis sulit menjalin hubungan timbal balik, Bunda. Mereka juga kurang mengekspresikan emosi dan menunjukkan respon ketika diajak bicara.
Hubungan autisme dengan kemampuan bahasa anak
Anak yang mengalami autisme memiliki tanda telat bicara atau speech delay. Sementara itu, biasanya anak mulai berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya pada usia 2 tahun.
Bahkan, ada anak-anak yang berkomunikasi di usia lebih cepat. Beberapa anak sudah bisa berbicara padahal usianya belum genap 2 tahun.
Bagi bunda yang anaknya mengalami telat bicara, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui kemungkinan apakah ada tanda-tanda autis lainnya atau tidak. Pelajari lebih jauh ciri-ciri autisme di bawah ini.
Ciri anak autis
Ada beberapa ciri anak autis berdasarkan perilakunya dan fisiknya Bunda. Misalnya saja sebagai berikut:
1. Memiliki minat terbatas
Anak dengan kondisi autisme memiliki minat yang terbatas dan hanya menyukai hal-hal tertentu. Jadi, mereka kurang bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya.
Misalnya, jika anak-anak lainnya senang bermain dan mendorong mobil agar mobil berjalan, anak autis justru hanya tertarik pada hal tertentu seperti roda mobil. Contoh lainnya ketika anak lain diberikan mainan balok dan bisa menyusunnya, anak autis tidak mengerti cara kerja mainan balok tersebut.
2. Membuat gerakan berulang
Biasanya anak dengan kondisi autis kerap melakukan gerakan yang berulang. Terkadang mereka suka memutar-mutar tangan, atau menggerak-gerakkan tangan dengan cara lainnya.
3. Gangguan persepsi sensorik
Anak autis juga memiliki masalah pada persepsi sensoriknya. Bisa saja mereka mengalami hipersensitif atau hiposensitif. Artinya, anak autis kerap merasa takut dan tidak menyukai suara-suara tertentu.
4. Tidak bisa mengontrol emosi
Terkadang anak autis mengalami gangguan pada emosinya. Mereka tidak bisa berbagi dan memberitahu apa yang mereka rasakan.
5. Tidak memiliki kontak mata
Anak autis memiliki wajah seperti anak-anak pada umumnya karena mereka mengalami gangguan pada interaksi sosialnya. Namun, anak autis tidak melakukan kontak mata, Bunda.
Ketika anak autis berbicara dengan seseorang, mereka tidak menatap lawan bicaranya. Meskipun berbicara dengan orang tuanya, mereka tidak pernah melakukan kontak mata.
Jika anak autis melakukan kontak mata, kontak yang diberikan sangat minim. Durasinya terlalu singkat dan tidak adi kuat.
Pengobatan anak autis
Ketika anak didiagnosa autis, bunda bisa memberikan beberapa terapi agar bisa berkomunikasi, berbicara, dan berinteraksi. Penanganan pertama, bawa Si Kecil ke dokter atau klinik tumbuh kembang untuk menegakkan diagnosis terkait gangguan spektrum yang dialaminya.
Dalam klinik tumbuh kembang, biasanya sudah terdapat dokter anak dan dokter rehabilitasi medis yang akan terus memantau dan melihat perkembangan anak.
Ketika anak dinyatakan autis, terapi dibutuhkan agar bisa berbicara seperti anak lainnya. Tak hanya itu, terapi ini juga dilakukan agar anak tumbuh lebih mandiri dan bisa menjalani kegiatan sehari-hari.
Selama diterapi, ciri-ciri anak autis akan terlihat lebih jelas karena pengamatan atau observasinya berjalan lebih panjang.
Jenis terapi anak autis
Setelah anak didiagnosis autis, anak akan mendapatkan beberapa jenis terapi, Bunda. Berikut di antaranya:
1. Terapi sensori integrasi
Anak autis memproses stimulasi dari luar dengan cara yang berbeda dari anak normal. Karena itu, terapi yang paling awal diberikan adalah terapi sensori integrasi.
Terapi ini membantu anak memproses stimulasi dari luar dengan benar. Dengan begitu, anak menjadi lebih fokus.
Secara umum, terapi ini adalah dilakukan dengan mengajak anak untuk bermain. Dalam permainan tersebut, sensori yang ada pada anak baik yang berhubungan dengan keseimbangan, rasa, audiovisual, dan sebagainya. Karena stimulasinya diberikan secara tepat, anak akan memproses stimulasi dari luar dengan lebih baik.
2. Terapi wicara
Setelah anak lebih fokus dan bisa berkonsentrasi, mereka bisa melanjutkan terapi wicara, Bunda. Ketika terapis memberikan arahan, anak sudah bisa memperhatikan.
Lama waktu terapi disesuaikan dengan kondisi anak. Hal ini karena kondisi autis juga memiliki tingkatan sehingga lama terapi tidak bisa disamaratakan.
Beda anak autis dan down syndrome
Selain anak autis, anak yang kerap dibawa ke klinik tumbuh kembang adalah anak dengan kondisi down syndrome. Ada beberapa orang yang belum bisa membedakan antara dua kondisi ini.
Seperti apa perbedaan anak autis dan down syndrome? Berikut di antaranya:
1. Kemampuan berinteraksi
Anak yang mengalami down syndrome memiliki kemampuan berinteraksi yang baik. Mereka masih bisa melakukan kontak mata dan melakukan komunikasi.
Tak hanya itu, anak dengan down syndrome juga bisa memberitahu orang-orang di sekitar apa yang mereka rasakan. Mereka bisa tertawa dan tepuk tangan bersama-sama. Sementara itu, anak dengan kondisi autis tidak bisa melakukan hal tersebut.
2. Kondisi fisik
Secara fisik, penampilan anak autis dan down syndrome juga berbeda, Bunda. Anak dengan down syndrome memiliki fisik yang sangat berbeda dengan anak yang normal.
Berikut ciri-ciri anak Down Syndrome:
- Hidung lebih pendek menyerupai bangsa mongoloid
- Batang hidung tidak terlalu mancung
- Lidah lebih besar
- Jarak antar mata lebih lebar
- Adanya garis tertentu di telapak tangan
Kecerdasan anak autis
Secara umum, anak autis memiliki IQ yang sama seperti anak-anak normal pada umumnya. Tapi terkadang IQ anak autis lebih rendah, Bunda.
Meski begitu, ada anak autis dengan IQ yang normal dan IQ yang tinggi. Jadi, tidak semua anak autis memiliki IQ yang serupa.
Dampak jika anak autis tidak diobati
Ketika anak didiagnosa autis dan tidak menjalani pengobatan, nantinya anak tidak bisa bicara sampai besar bahkan sampai usia sekolah. Autis adalah gangguan berkomunikasi dan interaksi, sehingga sampai besar mereka hanya akan sibuk dengan dunianya sendiri.
Tak hanya itu, anak autis yang belum bisa bicara terkadang tidak bisa mengutarakan apa yang ia inginkan. Dengan begitu, anak autis yang tidak diobati kerap mengalami tantrum atau marah karena orang-orang tidak mengerti apa yang ia inginkan.
Tips menghadapi anak autis
Membesarkan anak dengan kondisi autis memang bukan hal yang mudah. Meski begitu, ada beberapa tips menghadapi anak autis yang perlu Bunda pahami. Berikut deretannya:
1. Pastikan
Hal paling pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan anak benar-benar memiliki kondisi autisme. Bunda bisa pergi ke dokter anak atau memeriksanya langsung ke klinik tumbuh kembang.
2. Lakukan terapi
Ketika anak sudah dinyatakan autisme dan memiliki tanda, lakukan terapinya. Terapi dilakukan agar agar anak bisa berbicara, membaik, dan bisa berinteraksi. Nantinya anak autis bisa bersekolah seperti anak normal lainnya, Bunda. Bahkan, banyak anak autis yang berprestasi di sekolah.
3. Selalu semangat
Orang tua yang memiliki anak dengan kondisi autis tetap harus semangat membimbing dan menemani anak. Terapi yang dijalani oleh anak autis bisa saja lebih dari satu tahun.
4. Gunakan satu bahasa
Anak autis mengalami kondisi telat berbicara. Karena itu, pastikan Bunda menggunakan satu bahasa di rumah sehingga anak tidak bingung dan semakin terlambat berbicara.
Makanan yang dilarang untuk anak autis
Banyak penelitian di Amerika Serikat yang menghubungkan kondisi autis dengan makanan. Namun, di Indonesia sendiri mendapatkan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan antara makanan dengan kondisi autis.
Amerika Serikat sendiri menghubungkan autisme dengan gluten karena banyak di antara mereka yang memiliki alergi gluten. Namun, orang Indonesia jarang memiliki alergi tersebut.
Kegiatan yang dilarang untuk anak autis
Banyak faktor-faktor yang memperberat kondisi anak autis. Salah satunya adalah ketika mereka banyak diberikan gadget atau screen time.
Jangan berikan anak autis screen time, Bunda. Lebih baik, gunakan waktu untuk berkomunikasi dengan anak sambil memberikan sentuhan atau bonding lainnya.
Kegiatan yang dianjurkan untuk anak autis
Anak autis sama seperti anak lainnya yang masih ingin bermain dan belajar. Jadi, kegiatan yang baik diberikan untuk anak autis adalah kegiatan luar ruangan atau outdoor.
Bunda bisa bawa anak melakukan kegiatan out bond seperti permainan flying fox dan sebagainya. Perbanyak juga mengunjungi kebun binatang.
Tak hanya itu, Bunda juga bisa mengajak Si Kecil ke playground yang ada di mal sesekali. Namun, pastikan mereka nyaman karena beberapa anak autis takut dengan suara yang terlalu kencang.
Apakah anak autis bisa hidup normal?
Ada beberapa pasien autis yang ketika berobat, mereka seperti anak normal. Namun, terapi yang dilakukan memang cukup lama dan panjang. Jadi, orang tua memang harus semangat dan sabar sampai anak bisa berkomunikasi dengan baik.
Simak deteksi autisme pada anak dalam penjelasan video di bawah ini: