sign up SIGN UP search

parenting

5 Alasan Anak Jadi Pelaku Bullying, Waspadai Pola Asuh yang Salah & Penanganan yang Tepat

Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog   |   Haibunda Selasa, 23 May 2023 17:14 WIB
Bullying pada anak 5 Alasan Anak Jadi Pelaku Bullying/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Tomwang112
Jakarta -

Perilaku bullying di kalangan anak masih menjadi PR besar untuk orang tua. Tidak hanya was-was anak menjadi korban, orang tua pun perlu waspada agar anak tak menjadi pelaku perundungan.

Orang tua seringkali tidak menyadari anak-anak menjadi orang yang berbeda ketika di luar rumah. Anak yang terlihat diam dan penurut, bisa melampiaskan emosinya di luar rumah seperti di lingkungan bermain atau sekolah. Hal ini perlu penanganan yang tepat ketika perilakunya sudah mengarah pada bullying.

Alasan anak menjadi pelaku bullying

Ada banyak pemicu seorang anak menjadi pelaku bullying. Berikut di antaranya:


1. Tidak bahagia di rumah

Bisa jadi karena dia ingin melampiaskan emosinya. Hal ini mungkin terjadi ketika ia tidak bahagia di rumah, dia merasakan perasaan tidak enak di dalam hatinya dan melampiaskannya pada anak-anak di sekitarnya.

2. Merasa superior

Ditambah jika perawakan tubuhnya, mendukung untuk membuatnya merasa lebih kuat dari teman-temannya yang lain. Pelampiasan kemarahan itu bisa berasal dari rumah atau dari peristiwa-peristiwa traumatik di situasi-situasi tertentu sebelumnya.

3. Harga diri

Alasan lainnya dapat juga karena merasa harga dirinya rendah, sehingga ia mengkompensasinya dengan menyakiti orang lain karena ingin dihormati.

4. Meniru teman

Selain itu bisa juga karena ia meniru teman-temannya, meniru adegan di televisi, film, game, atau media-media lainnya.

5. Balas dendam

Balas dendam juga bisa menjadi salah satu alasan anak melakukan perundungan. Bisa jadi sebelum menjadi pelaku, sebelumnya dia adalah korban.

Pola asuh yang menyebabkan seorang anak menjadi pelaku bullying

Sejauh ini, belum bisa dipastikan pola asuh macam apa yang dapat membuat anak menjadi pelaku bullying. Namun yang pasti, anak-anak melakukan bullying karena dia tidak mendapatkan edukasi bahwa perilakunya itu adalah perilaku yang salah.

Dia juga tidak diajarkan caranya mengontrol emosinya. Dia tidak memiliki kontrol atas emosinya sehingga ia tidak tahu bahwa perilaku menyakiti orang lain adalah hal yang tidak boleh dilakukan.

Pola asuh yang terlalu cuek, bisa membentuk seorang anak menjadi pelaku bullying. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena apapun yang ia lakukan terbiasa dibiarkan dan mendapatkan pemakluman.

Tak hanya itu saja, pola asuh yang keras dengan menerapkan hukuman-hukuman fisik yang keras juga bisa membuat anak menjadi pelaku bullying. Terbiasa mendapatkan hukuman tanpa benar-benar memahami kesalahannya dapat membuat anak merasa kekerasan adalah jalan yang tepat untuk menyelesaikan sesuatu atau untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Orang tua tidak bisa mengontrol anak di luar rumah, tetapi orang tua bisa mengedukasi mereka bagaimana cara berteman, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada orang lain terutama dalam lingkungan pertemanan. Selain itu, perlu ada komunikasi yang baik antara orang tua dan sekolah.

Saat sekolah melaporkan anak menjadi pelaku perundungan, maka ini bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengedukasi anak dan memastikan mereka belajar dari pengalaman itu.

Hukuman untuk anak pelaku bullying

Hukuman tentu saja diperlukan untuk membuat anak mengerti konsekuensi dari perilakunya. Namun, yang tidak kalah penting adalah mereka juga tetap mempunyai hak untuk didengar.

Dari situ orang tua pun dapat mengetahui motifnya melakukan bullying, dan juga mengetahui bahwa ada kebutuhan-kebutuhan anak yang terpenuhi. Sehingga kemudian orang tua bisa membantunya memenuhinya dengan cara yang tepat.

Cara mendidik pelaku bullying

Anak tidak bisa menyadari kesalahan dari perbuatannya jika orang tua terlalu fokus menghukum, hingga dia merasa sakit dan terluka. Tindakan seperti itu, malah bisa membuat anak menyalahkan orang tua atas kesakitannya. Menyepakati hukuman di awal dapat membantu anak lebih mengerti konsekuensi atas kesalahan yang dibuatnya.

Orang tua juga harus tegas dalam bersikap, saat telah menyepakati sebuah hukuman, maka jalankan hukuman itu dengan benar. Perlu juga untuk menunjukkan ekspresi sedih, kecewa, tidak suka, dan kesal, agar anak dapat mengerti emosi yang sedang dirasakan orang tua.

Penting memberi konsekuensi secara sosial dan emosional pada anak, ketika mereka melakukan bullying. Orang tua tidak boleh bersikap seperti tidak ada apa-apa, karena bisa membuat mereka berpikir perilakunya adalah kewajaran dan tidak ada konsekuensi berarti atas itu.

Anak-anak yang memiliki energi berlebih, penting bagi mereka untuk dapat menyalurkan kreativitasnya pada kegiatan yang jauh lebih bermanfaat untuk penyaluran energi dan bakatnya. Dari situ orang tua juga bisa memuji mereka atas sesuatu baik yang telah dilakukannya.

Pujian dan penghargaan dari orang tua penting untuk membangun kepercayaan diri dan harga diri anak. Namun perlu digarisbawahi, yang perlu dipuji adalah perilakunya bukan hasilnya. Memuji perilaku dan usaha anak lebih penting dari hanya sekadar memuji hasil.

Pola asuh yang tepat agar anak tidak rentan bullying

Pola asuh memegang peranan penting dalam membentuk perilaku anak. Pola asuh orang tua juga yang bisa membentengi anak dari pelaku atau korban bullying.

Pola asuh yang kuat penting untuk membentuk anak dengan kepribadian yang kuat. Ajari anak agar menjadi pribadi yang tidak mudah menangis dan mengeluh agar tidak terlihat lemah. Anak-anak seperti itulah yang rawan menjadi korban bully.

Anak juga memiliki kemampuan sosial yang baik agar bisa berteman dengan siapa saja. Setelah mengajarinya agar memiliki mental yang kuat, selanjutnya adalah ajarkan anak agar memiliki kemampuan berkomunikasi asertif agar anak bisa menolak, mengajak, mempersuasi, dan sebagainya. Sehingga dia bisa memerankan diri menjadi anak dengan pribadi yang kuat.

Cara memulihkan mental anak korban bullying

Ketika anak trauma pada perundungan yang diterimanya, berarti anak menginterpretasikan pemukulan dan hinaan temannya sebagai sesuatu yang membuatnya terluka. Maka penting untuk membentuk ulang interpretasi anak dengan melakukan framing bahwa akan selalu ada anak-anak atau teman-teman yang melakukan hal-hal buruk seperti itu pada kita, tetapi bagaimana kita menghadapinya menjadi hal yang utama.

Beri tahu anak, bahwa mereka yang yang melakukan bully itu adalah anak yang tidak bahagia, anak yang mungkin tidak diatur oleh orang tuanya, dan sebagainya.

Membawa anak korban perundungan ke psikolog juga diperlukan terutama jika anak sudah menunjukkan fase-fase disorder. Karena jika sudah sampai pada tahap ini, nasihat pun sudah tidak akan cukup.

Tips mendidik anak di zaman yang rentan bullying

Perhatian lebih adalah kunci dalam mendidik anak di zaman yang rentan bullying seperti saat ini. Memberikan perhatian lebih, bukan hanya tentang memfasilitasi kebutuhannya secara materi saja.

Lebih dari pada itu, Ayah dan Bunda perlu benar-benar terhubung dengan anak-anak. Banyak orang tua saat ini yang sibuk sendiri dengan handphone atau dengan pekerjaannya, sehingga waktu dan perhatian untuk anak hanya seadanya. Hadir bersama anak, tapi tidak terhubung dengan anaknya.

Selalu menuruti kemauan anak juga bisa menjadi bumerang. Orang tua perlu mengajarkan anak untuk bisa menahan keinginannya, bahwa tidak semua hal sejalan dengan keinginannya. Dengan itu anak-anak akan memiliki kepribadian yang kuat dan tegar.

Terakhir adalah melatih anak untuk komunikasi asertif. Latih kemampuan sosialnya agar anak bisa mudah beradaptasi di manapun lingkungannya. Ajak anak keluar, main, dan sebagainya, agar tidak hanya berkutat dengan gadgetnya saja.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Simak juga cerita ibunda Cinta Laura saat anaknya di-bully di awal karier dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/rap)
Share yuk, Bun!
BERSAMA DOKTER & AHLI
Bundapedia
Ensiklopedia A-Z istilah kesehatan terkait Bunda dan Si Kecil
Rekomendasi
Ayo sharing bersama HaiBunda Squad dan ikuti Live Chat langsung bersama pakar, Bun! Gabung sekarang di Aplikasi HaiBunda!
ARTIKEL TERBARU
  • Video
detiknetwork

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Pantau terus tumbuh kembang Si Kecil setiap bulannya hanya di Aplikasi HaiBunda!