
parenting
7 Ciri-Ciri Trauma pada Anak, Penyebab, dan Cara Menyembuhkannya
HaiBunda
Jumat, 29 Sep 2023 11:04 WIB

Trauma merupakan respons emosional terhadap peristiwa mengerikan. Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami trauma, Bunda.Â
Jika hal ini terjadi, anak mungkin akan mengalami perubahan mulai dari kognitifnya, emosional, fisik, spiritual, hingga sosial. Seperti apa ciri, penyebab, serta cara menyembuhkan trauma pada anak?
Mengutip dari laman Psychology Today, trauma anak yang tidak ditangani dengan baik berpotensi mengganggu kesehatan mental mereka. Trauma pun dapat menjadi post traumatic stress disorder (PTSD).
Ciri trauma pada anak
Menurut psikolog klinis, Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog, ada beberapa ciri trauma pada anak yang perlu Bunda perhatikan. Berikut ini Bubun bantu rangkumkan deretannya:
1. Reaksi emosional yang intens
Anak yang mengalami trauma umumnya menunjukkan reaksi emosional yang sangat kuat. Misalnya rasa cemas berlebihan, rasa takut, hingga amarah yang tidak terkendali.
"Anak yang mengalami trauma dapat menunjukkan reaksi emosional yang sangat kuat, seperti kecemasan berlebihan, ketakutan yang mendalam, atau marah yang tidak terkendali. Mereka mungkin juga menangis atau merasa sangat sedih tanpa alasan yang jelas," jelas Danang.
2. Mimpi buruk atau gangguan tidur
Anak-anak yang mengalami trauma seringkali memiliki mimpi buruk atau mengalami gangguan tidur, Bunda. Mereka mungkin sulit tidur, sering terbangun di tengah malam, atau mengalami insomnia.
3. Perubahan dalam perilaku
Psikolog Danang mengungkapkan anak yang mengalami trauma mengalami perubahan perilaku dalam dirinya. Mereka bisa saja lebih tertutup hingga sulit diatur.
"Perubahan dalam perilaku adalah tanda umum trauma pada anak. Mereka bisa menjadi lebih tertutup, menarik diri dari orang lain, atau menjadi lebih agresif dan sulit diatur. Beberapa anak juga mungkin mengalami penurunan minat dalam aktivitas yang biasanya mereka nikmati," jelasnya.
4. Reaksi terhadap pemicu trauma
Anak-anak mungkin merespons dengan keras terhadap pemicu trauma mereka, Bunda. Misalnya suara, gambar, hingga situasi tertentu.
"Anak-anak mungkin merespons dengan keras terhadap pemicu yang mengingatkan mereka pada pengalaman traumatis, seperti suara, gambar, atau situasi tertentu. Mereka bisa menunjukkan ketakutan berlebihan atau reaksi panik," papar Danang.
5. Kesulitan dalam hubungan sosial
Anak yang trauma umumnya dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan teman sebaya atau orang dewasa. Tak hanya itu, mereka mungkin juga menjadi lebih tertutup atau cemas dalam situasi sosial.
6. Masalah kesehatan fisik
Danang menjelaskan beberapa anak yang mengalami trauma mungkin juga mengalami masalah pada fisiknya. Bisa jadi mereka sering merasa sakit perut atau sakit kepala yang berulang.
"Beberapa anak yang mengalami trauma mungkin mengalami masalah kesehatan fisik yang tidak dapat dijelaskan, seperti sakit perut atau sakit kepala yang berulang. Ini bisa menjadi manifestasi fisik dari stres emosional," papar psikolog yang berpraktik di RSJ Menur Surabaya ini.
7. Berpikir tentang trauma terus-menerus
Anak-anak yang mengalami trauma mungkin akan terus menerus berusaha untuk memahami atau mengatasi hal ini. Bahkan, mereka mungkin berbicara atau berpikir tentang pengalaman traumatis ini secara berulang kali.
"Anak-anak yang mengalami trauma mungkin terus-menerus berusaha untuk memahami atau "mengatasi" pengalaman traumatis mereka, bahkan jika mereka tidak dapat melakukannya dengan baik. Mereka mungkin berbicara atau berpikir tentang pengalaman traumatis secara berulang kali," kata Danang.
Penyebab anak mengalami trauma
Ada beberapa hal yang mungkin menyebabkan anak menjadi trauma, Bunda. Berikut ini deretannya menurut Psikolog Danang:
- Kekerasan fisik atau emosional
- Kekerasan seksual
- Kecelakaan atau cedera serius
- Peristiwa alam atau bencana
- Pengabaian atau penelantaran
- Kehilangan orang tua atau kerabat dekat
- Perang atau konflik bersenjata
- Krisis keluarga atau perceraian
- Kriminalitas atau kekerasan di lingkungan
- Pengalaman medis yang traumatik
- Diskriminasi atau pelecehan dan bullying
- Penyimpangan lingkungan seperti narkoba
Cara menyembuhkan trauma pada anak
Dalam kesempatan yang sama, Psikolog Danang turut membagikan beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk menyembuhkan trauma pada anak. Berikut ini ulasannya:
1. Bicara secara terbuka
Bunda bisa mengajak anak untuk membicarakan pengalaman traumatis ini jika mereka merasa nyaman. Setelahnya, dengarkan anak dengan penuh perhatian, ya.
"Ajak anak untuk berbicara tentang pengalaman traumatis mereka jika mereka merasa nyaman melakukannya. Dengarkan dengan penuh perhatian dan hindari menilai atau mengkritik. Ini membantu anak merasa didengar dan didukung," ungkap Danang.
2. Berikan keamanan
Pastikan anak tetap merasa nyaman di lingkungan rumahnya, ya. Keteraturan dan keamanan yang Bunda berikan bisa membantu anak merasa lebih stabil.
3. Bimbing dan dukung anak
Danang menyarankan agar Bunda selalu bisa membantu anak dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi mereka. Ajarkan juga anak cara mengelola stres dan kecemasan.
"Bantu anak dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi mereka. Ajarkan mereka cara mengelola stres dan kecemasan, seperti pernapasan dalam dan teknik relaksasi sederhana," imbuh Danang.
4. Batas dan konsistensi
Tetapkan batasan yang jelas dan konsisten untuk membantu anak merasa nyaman. Hal ini bisa menciptakan perasaan prediktabilitas dalam hidup mereka.
5. Cari bantuan profesional
Jika anak mengalami trauma berat atau kronis, Danang menyarankan agar Bunda segera mencari bantuan profesional. Psikolog dan psikiater dapat memberikan dukungan dan terapi yang tepat untuk mereka.
"Jika trauma berat atau kronis, konsultasikan dengan seorang profesional kesehatan mental yang berpengalaman dalam merawat trauma anak-anak. Psikolog dan psikiater dapat memberikan dukungan dan teknik terapi yang sesuai," tuturnya.
6. Berikan kontrol
Beri anak pilihan dalam hal-hal yang dapat mereka kendalikan, Bunda. Hal ini dapat membantu anak merasa memiliki kekuatan dalam situasi yang mungkin membuat mereka merasa tidak berdaya.
7. Dukung kegiatan positif
Dorong anak untuk terlibat dalam aktivitas yang bisa mereka nikmati, Bunda. Misalnya saja seperti olahraga, seni, atau hobi.
"Aktivitas positif ini dapat membantu mengalihkan perhatian mereka dari pikiran trauma," ucap psikolog yang aktif memberikan seminar ini.
8. Jaga kesehatan fisik
Pastikan anak mendapatkan tidur yang cukup, makan dengan baik, serta olahraga secara teratur ya, Bunda. Kesehatan fisik yang baik tentu bisa membantu meningkatkan kesejahteraan emosionalnya.
9. Ajarkan keterampilan pengelolaan stres
Ajarkan anak keterampilan konkrit untuk mengelola stres. Misalnya melakukan meditasi atau latihan pernapasan yang bisa membantu mereka mengatasi rasa cemas dan ketegangan.
10. Teruskan pemberian dukungan
Danang menyebut bahwa Bunda harus terus memberikan dukungan untuk mendukung penyembuhan anak dari trauma. Berikan dukungan emosional dan dengarkan anak ketika mereka ingin bercerita.
"Ingatlah bahwa penyembuhan dari trauma adalah proses yang berkelanjutan. Teruskan memberikan dukungan emosional dan mendengarkan anak ketika mereka membutuhkan seseorang untuk berbicara," ungkap Danang.
Bunda, itulah ciri dan cara mengatasi trauma pada anak menurut psikolog. Semoga informasinya bermanfaat, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/fir)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Viral Kisah Pilu Bunda Ungkap Sang Putra Jadi Korban Pelecehan oleh Anak Usia SD

Parenting
10 Cara Menyembuhkan Trauma pada Anak Menurut Psikolog, Ajarkan Kelola Stres Bun

Parenting
Trauma setelah Sang Ayah Tiada, Anak Juliana Moechtar Jadi Hobi Koleksi Sampah

Parenting
Trauma Masa Kecil Aktor Kim Seon Ho karena Lihat Ibunda Ditusuk Perampok

Parenting
Tips Agar Anak Tak Jadi Pelampiasan Emosi Bunda


5 Foto
Parenting
5 Potret Anak Seleb Rayakan Hari Kartini, Gemas Pakai Baju Adat
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda