Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Neuroblastoma pada Anak: Penyebab, Gejala, Pencegahan & Pengobatannya

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Senin, 09 Oct 2023 04:00 WIB

Anak sakit
Neuroblastoma pada Anak: Penyebab, Gejala, Pencegahan & Pengobatannya/ Foto: iStock

Neuroblastoma adalah jenis kanker langka yang sering menyerang anak, terutama di bawah usia 5 tahun. Kondisi ini termasuk jarang dijumpai pada anak di atas 10 tahun, Bunda.

Kanker neuroblastoma tumbuh dari sel saraf tubuh yang belum matang atau disebut neuroblas (berupa tumor padat). Seringkali, tumor berkembang di kelenjar adrenal yang lokasinya berada di dekat ginjal.

Seperti kanker lainnya, penyakit ini dapat menyebar ke bagian tubuh lain, dan yang paling umum terjadi di tulang, hati, kulit dan sumsum tulang. Demikian seperti dilansir laman resmi Cancer Research UK.

Kanker kemudian menyebar melalui darah dan sistem limfatik, yang terjadi pada setengah (sekitar 50 persen) anak-anak pengidap neuroblastoma. Sekitar separuhnya adalah tumor tunggal di satu tempat di tubuh.

"Seringkali, neuroblastoma dimulai di jaringan kelenjar adrenal. Kelenjar berbentuk segitiga ini terletak di atas ginjal dan menghasilkan hormon yang mengontrol detak jantung, tekanan darah, dan fungsi penting tubuh lainnya. Neuroblastoma juga bisa dimulai di area lain di tubuh yang memiliki kumpulan sel saraf, seperti di perut, dada, atau leher. Kanker dapat menyebar melalui darah dan mulai tumbuh (bermetastasis) di bagian tubuh lain, seperti kelenjar getah bening, tulang, paru-paru, dan hati," kata Spesialis Onkologi, Manisha Makker Bansal, MD, dikutip dari Kids Health.

Penyebab neuroblastoma

Sampai saat ini, penyebab neuroblastoma belum diketahui secara pasti, Bunda. Namun secara anatomi, neuroblastoma terjadi ketika neuroblas tumbuh dan membelah di luar kendali, bukannya berkembang menjadi sel saraf. Para ahli percaya bahwa cacat pada gen neuroblas memungkinkannya untuk membelah.

Sementara melansir dari Cleveland Clinic, anak-anak dengan riwayat keluarga neuroblastoma lebih mungkin terkena kanker jenis ini. Namun, sekitar 98 hingga 99 persen kasus, neuroblastoma tidak diturunkan dalam keluarga. Anak-anak yang lahir dengan kelainan bawaan lainnya (cacat lahir) mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena neuroblastoma.

Gejala neuroblastoma

Mengutip laman Cincinnati Children's Hospital, Amerika Serikat, gejala neuroblastoma sangat bervariasi tergantung pada ukuran, lokasi, dan penyebaran tumor. Namun, ada beberapa gejala yang paling umum, yakni:

  • Perut terlihat membengkak
  • Pergerakan mata yang tidak terkontrol disebabkan oleh tumor
  • Pembengkakan dan memar pada area sekitar mata yang disebabkan oleh metastasis (penyebaran tumor)
  • Kompresi ginjal atau kandung kemih oleh tumor dapat menyebabkan perubahan dalam buang air kecil
  • Nyeri, kesulitan berjalan, atau kelemahan mungkin timbul akibat penyebaran kanker ke tulang
  • Anemia atau memar, serta kelemahan dan kelumpuhan mungkin terjadi bila ada penyebaran pada sumsum tulang
  • Kemungkinan mengalami diare dan demam
  • Tekanan darah tinggi dan peningkatan denyut jantung dapat terjadi tergantung pada lokasi tumor.

Anak sakit demamIlustrasi Anak Sakit/ Foto: iStock

Pencegahan neuroblastoma

Neuroblastoma tidak dapat dicegah. Jika orang tua mengidap neuroblastoma saat masih kecil atau memiliki riwayat penyakit dalam keluarga, segera bicarakan dengan dokter. Semua anak yang didiagnosis dengan neuroblastoma harus menerima konseling genetik untuk mengetahui apakah pengujian genetik diperlukan.

Tes genetik dapat memberi tahu kita apakah anak memiliki penanda gen untuk neuroblastoma familial (yang diturunkan). Namun, penting untuk diingat bahwa bentuk neuroblastoma yang diturunkan sangat jarang terjadi atau hanya 1 hingga 2 persen kasus.

Perlu diketahui juga, ada beberapa mutasi gen yang dapat meningkatkan risiko terkena neuroblastoma, terutama yang diturunkan dari keluarga, Misalnya, pasien dengan sindrom Li Fraumeni (mutasi pada gen p53, yang membentuk protein penekan tumor) berisiko lebih tinggi terkena berbagai jenis kanker, termasuk neuroblastoma.

Pengobatan neuroblastoma

Jika anak mengalami neuroblastoma, maka pengobatannya akan tergantung pada beberapa faktor, dan tim dokter mungkin merekomendasikan untuk pembedahan, kemoterapi, radiasi, atau perawatan kanker lainnya. Perawatan neuroblastoma dapat meliputi:

1. Kemoterapi

Kemoterapi dilakukan untuk menghentikan perkembangbiakan sel kanker. Pengobatan dilakukan dengan menyuntikkan obat kemoterapi melalui pembuluh darah.

Biasanya, kemoterapi memerlukan perawatan selama beberapa minggu atau bulan. Jenis rejimen kemoterapi dan lamanya pengobatan bergantung pada kategori risiko neuroblastoma yang diidap anak.

2. Pembedahan

Ahli bedah juga dapat mengangkat tumor melalui sayatan. Namun, cara ini mungkin tidak dapat mengangkat seluruh tumor, Bunda. Beberapa anak tetap harus menerima kemoterapi sebelum atau sesudah operasi untuk mengecilkan tumor atau menghancurkan sel kanker yang tersisa.

3. Radiasi

Perawatan radiasi ditujukan untuk membunuh sel kanker atau menghentikan pertumbuhannya. Terapi radiasi menggunakan radiasi tingkat tinggi untuk menargetkan sel kanker.

Ahli onkologi radiasi sering menggunakan cara ini untuk mencegah kanker datang kembali setelah pengobatan. Radiasi paling sering digunakan pada pasien neuroblastoma berisiko tinggi. Pasien dengan risiko rendah dan menengah biasanya tidak memerlukan terapi radiasi.

4. Imunoterapi

Terkadang, sel kanker tetap ada setelah menjalani kemoterapi dan radiasi. Dokter mungkin menggunakan imunoterapi untuk melatih tubuh menyerang sel-sel abnormal. Dokter akan menyuntikkan antibodi (sel yang melawan infeksi) melalui pembuluh darah.

Obat imunoterapi yang saat ini digunakan menargetkan protein yang disebut GD2, yang berada di luar sel neuroblastoma. Antibodi tersebut menemukan protein GD2 pada sel neuroblastoma dan menempel padanya, yang memberi sinyal pada sistem kekebalan tubuh untuk menghancurkannya.

5. Terapi yodium 131-MIBG

Perawatan ini menggunakan radiasi untuk menargetkan sel tumor. Dokter akan menyuntikkan yodium radioaktif ke dalam aliran darah melalui pembuluh darah. Yodium radioaktif lalu membunuh sel tumor dengan radiasi yang dikeluarkan. Pengobatan ini telah digunakan pada anak-anak yang kambuh kembali atau tidak kunjung hilang (penyakit kambuh atau sulit disembuhkan).

6. Obat-obatan

Dokter mungkin merekomendasikan obat untuk menghancurkan dan menghentikan pertumbuhan sel kanker, atau membatasi aliran darah ke tumor. Beberapa obat ini bekerja setelah anak menjalani perawatan dengan terapi retinoid melalui obat yang disebut asam 13-cis-retinoat. Sementara jenis obat lain digunakan untuk menargetkan tumor yang belum hilang setelah pengobatan standar. Ada juga obat-obatan baru yang sedang dipelajari dalam uji klinis yang menjanjikan, seperti DFMO atau difluoromethylornithine.

7. Transplantasi sel induk (stem cell)

Dalam transplantasi sel induk, penyedia layanan kesehatan akan mengeluarkan sel induk anak dari aliran darah (yang berasal dari sumsum tulang) dan menyimpannya dalam freezer selama siklus awal kemoterapi. Kemudian, setelah memberikan kemoterapi dosis tinggi, mereka menyuntikkan kembali sel induk ke dalam aliran darah anak, yang kemudian akan dibawa ke sumsum tulang untuk menggantikan sel induk yang hancur selama pengobatan. Tubuh anak lalu menggunakan sel-sel yang baru untuk membangun kembali sistem kekebalan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/aci)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda