Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Dampak Anak Tak Mengenal Sinyal Lapar & Kenyang, Berat Sulit Naik hingga Stunting

Tim HaiBunda   |   HaiBunda

Kamis, 11 Jan 2024 22:10 WIB

Bayi GTM
Bahaya bayi tak kenali sinyal lapar dan kenyang/ Foto: Getty Images/Kannika Paison
Daftar Isi
Jakarta -

Bunda, apakah Si Kecil sudah mulai diberikan MPASI? Fase memberikan MPASI kepada Si Kecil merupakan masa yang menantang bagi sebagian Bunda. Di masa ini dibutuhkan perhatian lebih pada makanan hingga cara makan anak yang baru mengenal makanan padat.

Spesialis anak dan konsultan nutrisi dan penyakit metabolik, Dr. dr. Meta Herdiana Hanindita, SpA(K), dalam Instagram Live HaiBunda menyebutkan bahwa pada masa pemberian MPASI merupakan periode yang sangat krusial bagi perkembangan SI Kecil. 

Pada masa pengenalan makan ini, Bunda perlu menerapkan feeding rules atau aturan makan pada Si Kecil. Feeding rules ini bertujuan untuk mengenalkan sinyal lapar dan kenyang pada Si Kecil serta melatih keterampilan makannya.

Jika Bunda tidak menerapkan feeding rules dengan baik, risiko gangguan makan pada Si Kecil sangat besar karena mereka akan kesulitan mengenali sinyal lapar dan kenyangnya, sehingga menyebabkan keterampilan makannya pun tidak terlatih.

Terlebih di usia 6-9 bulan merupakan periode kritis perkembangan keterampilan oromotor Si Kecil. Keterampilan oromotor sendiri merupakan keterampilan otot dan saraf yang digunakan untuk makan, mengunyah, dan menggerakkan lidah.

“Kalau sampai periode kritis ini terlewat, resiko gangguan makan makanan padat di kemudian hari akan semakin bertambah. Banyak lho, usia tiga tahun masih enggak bisa makan makanan keluarga, harus dibejek-bejek, harus diblender, dan lain sebagainya,” ujar dr. Meta beberapa waktu lalu.

Nah, ketika Si Kecil tidak bisa mengenali sinyal lapar dan kenyang pada dirinya sendiri, akan banyak masalah gangguan makan yang menyertainya. Mulai dari malnutrisi hingga stunting yang bisa membahayakan pertumbuhan anak.

Lebih jelasnya, berikut beberapa dampak yang akan terjadi ketika Si Kecil tidak diberikan feeding rules yang tepat hingga ia gagal mengenali sinyal lapar dan kenyangnya:

1. Weight  Falthering

Weight faltering atau yang bisa juga disebut dengan growth falthering merupakan kondisi di mana terjadi penurunan berat badan yang berkelanjutan pada Si Kecil. Melansir dari laman Jaringan Pemberian Makan Bayi di Inggris (GPIFN), sebenarnya ada banyak faktor yang dapat menyebabkan weight falthering pada anak, salah satunya adalah gangguan makan yang disebabkan karena Si Kecil tidak dapat mengenali sinyal lapar dan kenyang pada dirinya sendiri.

2. Underweight

Ketika Si Kecil tidak mengenali sinyal lapar dan kenyangnya, ia akan memiliki gangguan makan, seolah-olah tidak pernah merasa lapar. Hal ini bisa menyebabkan underweight hingga wasting, yaitu kondisi penurunan berat badan terus-menus hingga di bawah kurva pertumbuhan. 

Menurut WHO melalui kanal resminya, underweight pada anak merupakan situasi di mana prevalensi berat badan Si Kecil berada di bawah standar deviasi dari median standar pertumbuhan anak WHO di antara anak di bawah usia 5 tahun. 

Tidak hanya itu dampak  jika Si Kecil gagal mengenali sinyal lapar dan kenyangnya Bunda. 

3. Overweight dan Obesitas

Ketika Si Kecil tidak diberikan feeding rules yang tepat sehingga tidak mampu mengenali rasa lapar dan kenyangnya, malnutrisi merupakan salah satu dampaknya. Menurut dr. Meta, malnutrisi bukan hanya bicara seputar kekurangan nutrisi pada anak, namun juga di dalamnya meliputi kelebihan nutrisi atau overnutrition.

“Perlu Bunda ingat, malnutrisi bukan hanya berupa kekurangan nutrisi seperti pada stunting, kurang gizi, gizi buruk, atau  berat badan kurang. Tapi juga bisa berupa over nutrition seperti pada overweight dan juga obesitas.”

4. Gizi Buruk

Gizi buruk atau malnutrisi merupakan salah satu hal yang akan membayang-bayangi Si Kecil jika ia gagal mengenali sinyal lapar dan kenyangnya. Menurut WHO, gizi buruk mengacu pada kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi atau nutrisi anak. 

5. Stunting

Terakhir adalah stunting. Bunda stunting adalah kondisi yang terjadi jika Si Kecil mengalami beberapa hal yang disebutkan di atas.  WHO di tahun 2020 mendefinisikan stunting sebagai pendek atau sangat pendek, yaitu tinggi badan atau panjang badan menurut usia berada di bawah minus 2 standar deviasi karena kekurangan nutrisi berkepanjangan dan atau infeksi yang berulang.

Stunting akan berdampak besar pada perkembangan Si Kecil, hampir seumur hidupnya lho, Bunda. Selain berdampak pada keterlambatan pertumbuhan tinggi badannya, stunting juga dapat menyebabkan penurunan IQ. Selanjutnya, anak dengan riwayat stunting pada saat dewasa akan lebih beresiko terkena berbagai macam penyakit mulai dari stroke, penyakit jantung, hipertensi, obesitas dan lain sebagainya.

Itulah Bunda beberapa hal yang akan terjadi jika Bunda tidak menerapkan feeding rules yang tepat pada Si Kecil. Pada usianya, Si Kecil sangat membutuhkan asupan gizi dan nutrisi yang seimbang untuk pertumbuhannya.

Tahukah Bunda, menurut penelitian anak-anak dengan riwayat stunting pada saat dewasa ternyata lebih banyak yang bekerja sebagai pekerja-pekerja kasar yang tidak membutuhkan pendidikan atau skill khusus, hal ini berhubungan dengan penurunan fungsi kognitifnya.

Gangguan makan dan kekurangan nutrisi yang terjadi pada anak di usia dini tidak hanya berdampak pada kehidupan dan kesehatannya pada saat itu, Bunda. Namun jauh lebih panjang dari yang Bunda duga. Maka dari itu, mulai sekarang perhatikan asupan nutrisi dan cara makan Si Kecil ya, Bun.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda