
parenting
5 Cara Mengajarkan Anak Menerima Rasa Kecewa Sejak Dini
HaiBunda
Selasa, 16 Jan 2024 20:48 WIB

Daftar Isi
Emosi anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Terkadang dalam menghadapi rasa kecewa, anak-anak belum bisa menerimanya. Ya, bagi anak-anak masih belajar meregulasi emosinya, rasa kecewa adalah hal yang besar, Bunda.
“Kekecewaan bagi anak suatu yang sangat besar,” kata penulis Ready or Not: Preparing Our Kids to Thrive in an Uncertain World, Madeline Levine, PhD, dikutip dari Parents.
Kekecewaan memang suatu perasaan yang normal. Bagi anak-anak, rasa kecewa bisa menjadi alat pengajaran yang berharga dalam hal perkembangan emosi.
Ketika anak-anak belajar bahwa mereka memiliki cara untuk mengatasi kekecewaannya, mereka akan membangun ketahanan dan keterampilan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Hal tersebut secara tak langsung membuat anak pulih dari masalah yang dihadapinya. Pada akhirnya, mereka dapat belajar cara untuk memproses emosi negatif.
Cara mengajarkan anak menerima rasa kecewa
Mengajarkan anak untuk mengatasi rasa kecewa sebenarnya mudah, Bunda. Kuncinya adalah memberikan dukungan yang tepat dan membuka diskusi tentang masalah yang dihadapi anak.
Berikut detail cara mengajarkan anak menerima rasa kecewa yang dapat orang tua lakukan :
1. Jelaskan dan validasi
Ajarkan anak apa yang bisa dan tidak bisa diubah. Mereka mungkin tidak memahami bahwa masalahnya berada di luar kendali atau bahwa kemarahan tidak akan memberikan solusi atas apa yang mereka inginkan. Validasi kesulitan mereka dengan mengatakan, 'Bunda tahu kamu kesal', dan kemudian diskusikan solusi yang lebih efektif.
2. Tawarkan pilihan
Berikan anak pilihan ketika hal yang tidak terduga terjadi. Bunda bisa memberikan anak kesempatan untuk membuat keputusan agar mereka merasa tak kecil hati bila sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Misalnya, Bunda bisa berkata, "Sekarang kita tidak bisa pergi ke toko mainan, tapi mainan apa yang ingin kamu mainkan?" atau "Apakah kamu ingin berangkat besok pagi atau siang?."
“Anak-anak seusia ini merasa mereka memiliki kendali yang lebih kecil terhadap kehidupan mereka dibandingkan biasanya, atau ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan mereka,” ujar co-author dari Raising Resilient Children, Robert Brooks, Ph.D.
3. Bantu anak mengelola ekspektasi
Mengutip laman PBS Kids, anak kecil mempunyai kecenderungan untuk berpikir 'iya' atau 'tidak' sama sekali. Ketika orang tua berkata, “Pergi ke taman hiburan sepertinya menyenangkan.” Bagi anak yang masih kecil, ia akan mendengar, “Kita sekarang akan pergi ke taman dan itu akan menyenangkan!” Jika anak tidak benar-benar pergi ke taman hiburan, maka ia bisa menjadi sangat kecewa.
Orang tua tidak dapat mencegah terjadinya hal-hal yang mengecewakan, namun mereka dapat mengurangi tekanan sebagai respons terhadap peristiwa tersebut. Caranya dengan membantu anak-anak belajar mengelola antisipasi.
Untuk itu, coba buatlah daftar untuk menunjukkan harapan, kemungkinan, dan hal-hal yang pasti bersama anak. Misalnya, Bunda berharap bisa pergi ke taman hiburan suatu hari nanti, mungkin akan mengunjungi water park atau museum. Membuat daftar harapan bisa membantu anak-anak mengantisipasi hal tersebut tanpa harus melakukan semuanya.
![]() |
4. Ajari anak keterampilan memecahkan masalah
Daripada terburu-buru memperbaiki suatu masalah, bantulah anak menyelesaikannya sendiri, entah itu mainan yang rusak atau hal lebih besar yang mengecewakannya. Meskipun mungkin memerlukan waktu, mereka akan belajar bahwa situasi yang buruk pasti dapat diperbaiki.
Dilansir Nationwide Children's, seorang anak yang kurang memiliki keterampilan memecahkan masalah mungkin enggan mengambil tindakan ketika menghadapi suatu masalah. Mereka mungkin merasa frustrasi atau menyerah ketika ada sesuatu yang tampak terlalu menantang.
Sebaliknya, memiliki keterampilan memecahkan masalah akan membangun kepercayaan diri. Seorang anak dengan keterampilan memecahkan masalah terus berusaha sampai mereka menemukan solusi. Mereka adalah pemikir kreatif dan dapat beradaptasi lebih baik dalam berbagai situasi.
Keterampilan pemecahan masalah paling baik diajarkan sejak dini, yakni ketika anak datang kepada Bunda untuk berbicara atau mengajukan pertanyaan. Di waktu tersebut, kemungkinan besar anak sudah siap untuk belajar.
Selain itu, penting bagi orang tua dan pengasuh untuk hadir ketika momen tersebut terjadi. Ingatlah untuk memberi mereka perhatian Bunda. Dengarkan, tunjukkan empati, ajukan pertanyaan terbuka, dan bimbing mereka sebanyak yang mereka perlukan, tetapi jangan langsung membantu menyelesaikan masalahnya.
5. Ajarkan anak cara menenangkan diri
Mempelajari cara memproses emosi yang tidak nyaman juga memainkan peran penting dalam mengatasi kekecewaan. Ketika orang tua memberikan teladan dan mengajarkan keterampilan menenangkan diri, anak-anak belajar bahwa mereka dapat melewati hal-hal sulit.
Tetapi ingat ya, semua anak berbeda dan memiliki kebutuhan berbeda dalam hal menenangkan diri. Bunda dapat mencoba beberapa hal berikut untuk mulai mengajarkan anak cara menenangkan diri:
- Coba minta anak untuk membuang dan menarik napas. Latih lah pernapasan anak dalam sambil meminta mereka memikirkan hal-hal favorit.
- Gunakan seni untuk mengatasi perasaan kecewa seperti mewarnai atau menggambar. Cara ini bisa membuat anak lebih rileks meluapkan emosinya.
- Coba dengarkan anak musik yang lembut.
- Bunda dapat membacakan buku ke anak agar emosinya tenang.
- Ajak anak keluar rumah untuk melakukan aktivitas menyenangkan, seperti bermain.
Sebagai orang tua, kita membutuhkan waktu untuk mengembangkan keterampilan anak dalam mengatasi kekecewaan. Bersabarlah ketika anak mungkin bereaksi besar terhadap peristiwa yang tampaknya kecil. Terkadang, pelampiasan yang baik dapat membantu anak-anak mengatasi emosi mereka, sehingga mereka dapat berpikir lebih rasional tentang peristiwa yang mengecewakan dan apa yang dapat mereka lakukan untuk pulih.
Demikian cara mengajarkan anak menerima rasa kecewa sejak dini. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(aci/ank)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
3 Cara Dampingi Anak yang Takut Bertemu Orang Baru, Yuk Lakukan Role Play

Parenting
Kenali 5 Tanda Anak Merasa Kesepian, Segera Atasi Demi Masa Depannya

Parenting
Alasan 2 Saudara Kandung Punya Perilaku Berbeda, Ternyata Kuncinya di Otak Bun

Parenting
5 Dampak Buruk Karakteristik Sindrom Anak Emas, Berprestasi tapi Takut Gagal

Parenting
3 Manfaat Bermain Pop It, Salah Satunya Atasi Stres Anak saat Pandemi


5 Foto
Parenting
Deretan Artis yang Masih Sembunyikan Wajah Anak, Ternyata Ada Alasannya
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda