PARENTING
7 Ciri-ciri Bayi Terkena DBD dan Cara Mengatasinya, Bunda Perlu Tahu
Annisya Asri Diarta | HaiBunda
Rabu, 17 Apr 2024 17:24 WIBSalah satu ancaman serius yang harus diwaspadai adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). DBD tidak hanya mengancam kesehatan bayi, tetapi juga dapat menyebabkan kematian.
DBD merupakan infeksi virus yang menyebar dari nyamuk ke manusia, biasanya lebih sering terjadi di daerah beriklim tropis dan subtropis. Gejala DBD dapat bervariasi, tetapi gejala umumnya meliputi demam tinggi, nyeri otot dan sendi, sakit kepala yang parah, mual, muntah, ruam kulit, dan nyeri perut.
Beberapa kasus DBD dapat berkembang menjadi bentuk yang lebih parah, penyakit ini ditandai dengan penurunan trombosit dan peningkatan risiko perdarahan.
Bayi dan anak-anak menjadi kelompok yang rentan terhadap dampak buruk penyakit ini, sehingga pencegahan dan penanganan yang tepat sangatlah penting. Nyamuk Aedes aegypti bertindak sebagai vektor virus dengue paling aktif, terutama di siang hari. Gigitan dari nyamuk ini menimbulkan gejala DBD, sehingga Bunda perlu menjaga Si Kecil ketika ia tidur di siang hari.
Sebagian besar kasus akan membaik dalam waktu 1-2 minggu, tetapi beberapa orang dapat mengalami demam berdarah parah yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Dalam kasus yang parah, DBD dapat menimbulkan kematian.
Penularan DBD pada bayi
Mengutip WHO, penyakit DBD dapat terjadi karena penularan dari 4 jenis yang berbeda. Simak selengkapnya, Bunda.
1. Melalui gigitan nyamuk
Penyakit DBD menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi, terutama nyamuk Aedes aegypti. Meski spesies lain dalam genus Aedes juga dapat berperan sebagai vektor, kontribusi utama dalam penyebaran virus ini biasanya datang dari Aedes aegypti.
Setelah nyamuk mengambil darah dari individu yang terinfeksi virus dengue (DENV), virus tersebut bereplikasi di dalam usus tengah nyamuk sebelum menyebar ke jaringan sekunder, termasuk kelenjar ludah. Proses ini memakan waktu, periode mulai dari tertelannya virus oleh nyamuk hingga penularan sebenarnya ke inang baru disebut masa inkubasi ekstrinsik (EIP).
Pada suhu lingkungan sekitar antara 25–28°C, EIP biasanya memakan waktu sekitar 8–12 hari. Namun, variasi dalam masa inkubasi ekstrinsik dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk fluktuasi suhu harian, genotipe virus, dan konsentrasi awal virus dalam nyamuk. Setelah terinfeksi, nyamuk dapat menularkan virus tersebut sepanjang hidupnya.
2. Penularan dari manusia ke nyamuk
Nyamuk dapat tertular virus dengue (DENV) dari seseorang yang memiliki tingkat viremia DENV. Hal ini dapat terjadi pada individu yang sedang mengalami infeksi demam berdarah dengan gejala yang jelas, individu yang belum menunjukkan gejala demam berdarah (pra-gejala), bahkan individu yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Penularan virus dari manusia ke nyamuk dapat terjadi dalam rentang waktu hingga dua hari sebelum seseorang menunjukkan gejala penyakitnya dan juga hingga dua hari setelah demam mereda. Risiko infeksi nyamuk berkaitan dengan tingkat viremia yang tinggi dan demam yang parah pada pasien.
Sebaliknya, tingkat antibodi spesifik DENV yang tinggi pada seseorang dapat berhubungan dengan penurunan risiko infeksi nyamuk.
Umumnya, individu mengalami viremia selama 4-5 hari setelah infeksi, tetapi ada kemungkinan viremia dapat bertahan hingga 12 hari. Periode ini menjadi krusial dalam penularan virus dari manusia ke nyamuk, yang memperkuat pentingnya tindakan pencegahan dan kontrol penyebaran DENV pada individu yang terinfeksi.
3. Penularan dari Ibu
Penularan virus dengue (DENV) melibatkan vektor nyamuk sebagai perantara. Namun, ada bukti yang menunjukkan kemungkinan penularan DENV dari Ibu hamil ke bayinya, meski tingkat penularan vertikal tampaknya rendah. Risiko penularan vertikal ini terkait dengan waktu terjadinya infeksi demam berdarah selama kehamilan.
Jika seorang Ibu terinfeksi DENV selama kehamilan, bayinya mungkin menghadapi risiko komplikasi serius. Beberapa risiko tersebut termasuk kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan bahkan gawat janin. Walaupun penularan vertikal DENV tidak umum, namun konsekuensinya sangat serius bagi kesehatan bayi yang baru lahir.
Hal ini menekankan pentingnya pengawasan dan perlindungan kesehatan bagi Ibu hamil terutama di daerah dengan risiko tinggi penularan DENV. Langkah-langkah pencegahan seperti pengendalian populasi nyamuk, pemakaian pakaian yang menutupi tubuh, dan penggunaan obat anti-nyamuk yang aman selama kehamilan dapat membantu mengurangi risiko penularan vertikal dan melindungi kesehatan bayi yang belum lahir.
4. Mode transmisi lainnya
Selain tertular lewat makhluk hidup, beberapa kasus tercatat bahwa penularan virus dengue (DENV) melalui produk darah, donasi organ, dan transfusi. Meski penularan ini relatif jarang, namun dapat terjadi jika donor darah atau donor organ terinfeksi virus DENV.
Di sisi lain, penularan virus secara transovarial pada nyamuk juga telah dicatat. Hal ini merujuk pada penularan virus dari induk nyamuk betina yang terinfeksi ke telur nyamuk yang dihasilkannya. Dalam kasus ini, telur nyamuk yang terinfeksi dapat menularkan virus kepada keturunannya, kemudian dapat berperan sebagai vektor untuk menularkan virus kepada manusia saat menggigit.
Gejala DBD pada bayi
Gejala demam berdarah pada bayi mungkin sulit dikenali dan sering kali mirip dengan infeksi umum lainnya pada anak-anak. Mengutip Centers for Disease Control and Prevention, gejala DBD pada bayi dapat dilihat dari ciri-ciri berikut ini.
- Demam atau suhu tubuh rendah (kurang dari 36°C atau 96,8°F)
- Kantuk yang berlebihan
- Kurang energi dan mudah kelelahan
- Munculnya ruam pada kulit
- Terjadinya pendarahan yang tidak biasa, seperti dari gusi, hidung
- Munculnya memar pada kulit tanpa sebab yang jelas
- Muntah secara berulang, minimal terjadi 3 kali dalam 24 jam
Gejala demam berdarah dapat berkembang dengan cepat dan menjadi parah sehingga memerlukan perhatian medis segera atau bahkan rawat inap. Segera hubungi dokter atau bawa bayi ke fasilitas medis terdekat jika Bunda mencurigai adanya gejala demam berdarah pada bayi. Tindakan cepat dapat membantu mencegah komplikasi serius dan memastikan penanganan yang tepat untuk kesehatan bayi.
Cara mengatasi DBD
Melansir laman official Kemenkes, DBD dapat diatasi dengan mengusir dan memutus rantai kehidupan nyamuk aedes aegypti melalui cara berikut ini. Simak selengkapnya, Bunda.
- Memasang kelambu di kamar tidur dan kasa pada setiap lubang ventilasi dan jendela agar ketika Si Kecil tidur tidak digigit nyamuk aedes aegypti.
- Menggunakan repellent atau obat oles anti nyamuk untuk mengusir nyamuk aedes kala beraktivitas dan tidur.
- Memakai baju lengan panjang dan celana panjang untuk menghindari gigitan nyamuk selama di luar rumah.
- Menerapkan 3M dengan menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang sampah yang dapat didaur ulang
Demikian ulasan tentang ciri-ciri bayi yang terkena DBD. Semoga bermanfaat untuk antisipasi kesehatan Si Kecil ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)