PARENTING
15 Cerita Wayang Menarik, Arjuna, Gatotkaca hingga Ramayana, Bisa Diceritakan ke Anak
ZAHARA ARRAHMA | HaiBunda
Sabtu, 29 Jun 2024 04:00 WIBWayang adalah salah warisan penuh sejarah yang terus berkembang dan dilestarikan masyarakat Indonesia. Cerita-cerita yang dipakai dalam pementasan wayang seringkali memakai kisah-kisah dari Mahabharata atau Ramayana.
Kisah Mahabharata dan Ramayana adalah kumpulan cerita dari budaya epos Sanskerta dan India kuno. Cerita ini penuh dengan aksi heroik tokoh yang memberi banyak pelajaran hidup.
Apabila Bunda tertarik menceritakan kisah dongeng pewayangan tersebut, berikut Bubun rangkumkan 15 dongeng wayang yang seru. Simak di bawah ini!
15 Cerita wayang menarik dari Arjuna, Gatotkaca hingga Ramayana
Dikutip dari berbagai sumber, berikut 15 cerita wayang yang penuh alur menarik. Simak cerita lengkapnya, Bunda.
1. Cerita Rakyat Wayang Gatotkaca
Mengutip dari buku Mengenal 30 Tokoh Wayang dalam 10 Lakon (2022), penerbit Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, berikut kisah wayang yang menceritakan kelahiran Gatotkaca.
Gatotkaca adalah bagian dari keluarga Pandawa. Ia adalah putra dari Bima. Dalam cerita Jawa, Gatotkaca dilahirkan dari perempuan raksasa bernama Hidimbi atau Arimbi.
Awal cerita, pernikahan antara Bima dan Dewi Arimbi berjalan bahagia. Mereka hidup menanti kelahiran buah hati.
Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya Dewi Arimbi melahirkan bayi lelaki. Betapa senang dia sebagai ibunya. Anak itu kelak yang akan meneruskan tahta di kerajaan Pringgodani.
Bimasena atau Werkudara sebagai bapaknya, juga menyambut gembira atas kelahiran putranya itu. Keluarga besar Pandawa pun hadir di Pringgodani. Ikut merasakan kebahagiaan. Tidak ketinggalan para punakawan pun ikut hadir. Semar, Gareng, Petruk dan Bagong, mereka datang penuh rasa suka cita. Termasuk Batara Kresna.
Namun ada satu hal yang membuat mereka cemas dan bingung. Tali ari-ari anak itu belum bisa putus. Padahal semua senjata yang ada sudah dicoba. Namun hasilnya nihil. Bima sebagai bapaknya menjadi gusar.
Anak yang diberi nama Jabang Tetuka itu belum putus tali ari-arinya. Ia lalu memotong dengan senjata andalannya, yakni Kuku Pancanaka. Tapi tidak membuahkan hasil. Maka Bima pun lalu minta tolong Arjuna untuk memotong tali ari-ari itu. Semua orang tahu kalau Arjuna punya banyak pusaka sakti.
Arjuna memotong tali ari-ari dengan Keris Kalanadah, tetapi gagal. Selanjutnya, Arjuna menggunakan dua senjata pusaka andalannya, yakni panah Sarotama, namun ia kembali gagal. Akhirnya Arjuna minta pertolongan Batara Kresna. Raja Dwarawati itu lalu menggunakan senjata andalannya, yakni Cakra Udaksana. Hasilnya? Masih gagal.
Di tengah kepanikan itu tiba-tiba muncul Begawan Abiyasa, kakek para Pandawa, dan kakek buyut Jabang Tetuka. Begawan Abiyasa bilang kalau tali ari-ari hanya bisa dipotong dengan senjata milik Batara Guru. Akhirnya Begawan Abiyasa menyuruh Arjuna untuk pergi ke kahyangan dan mencari senjata itu.
Sementara itu, di kahyangan justru sedang terjadi gonjang-ganjing karena kedatangan Kala Pracona. Dia ingin memperistri Dewi Supraba. Tentu saja para dewa tidak mengizinkan. Lalu, Kala Pracona ngamuk. Prajurit kayangan yang dipimpin Dewa Indra kewalahan menghadapi musuh yang sangat sakti itu.
Di tengah kepanikan itu Batara Guru lalu membaca mantra dan melihat pusaka Kaca Trenggana. Dari pusaka berupa kaca ajaib itu diperoleh keterangan yang bisa mengalahkan Kala Pracona hanya Jabang Tetuka.
Batara Guru lalu menyuruh Batara Narada untuk menyerahkan senjata Kunta Wijayandanu kepada Arjuna. Dengan pusaka itu tali ari-ari Jabang Tetuka bisa diputus.
Pada saat itu Aradeya atau Karna sedang bertapa di tepi Kali Gangga. Karena wajahnya mirip Arjuna, maka Batara Narada lalu menyerahkan pusaka itu kepada Karna.
Begitu mendapat senjata pusaka Karna lalu lari cepat meninggalkan Batara Narada. Tidak lama kemudian Arjuna tiba di tempat itu diiringi para punakawan. Batara Narada menceritakan peristiwa yang baru saja terjadi. Maka ia lalu menyuruh Arjuna untuk mengejar Karna.
Arjuna berhasil menyusul Karna. Namun Karna tidak mau menyerahkan senjata itu. Terjadi pertempuran. Arjuna akhirnya bisa memegang sarung senjata tersebut. Di sisi lain, Karna bisa memperoleh gagang panah Kunta Wijayandanu. Dengan warangka itulah tali ari-ari Jabang Tetuka bisa diputus. Selanjutnya ia dibawa ke kahyangan.
Bersama para punakawan, Arjuna membawa Jabang Tetuka ke kayangan. Tiba di gerbang Selapa Tangkep, Arjuna meletakkan Jabang Tetuka di tengah jalan. Melihat hal itu, Kala Pracona tertawa mengejek para dewa. Karena menyuruh bayi untuk melawan dirinya. Maka bayi itu diangkat di dekat wajahnya.
Tidak diduga, bayi itu berhasil mencolok mata Kala Pracona sampai berdarah. Kala Pracona marah. Jabang Tetuka dibanting dan meninggal seketika.
Melihat hal itu para dewa cemas. Mereka takut Bima marah dan ngamuk di kayangan. Namun Semar lalu berbisik kepada Batara Guru agar Jabang Tetuka dimasukkan ke Kawah Candradimuka. Benar juga. Bukannya mati, Jabang Tetuka malah hidup kembali.
Para dewa lalu melempar berbagai macam senjata ke Kawah Candradimuka. Semua senjata itu lebur masuk ke dalam tubuh Jabang Tetuka. Bahkan bayi Jabang Tetuka menjadi dewasa dalam waktu singkat. Dia lalu mendapat julukan manusia otot kawat balung wesi (otot dari kawat, tulang dari besi).
Para dewa pun ramai-ramai memberi nama baru kepada Jabang Tetuka. Banyak nama yang mereka sarankan, seperti Krincing Wesi, Kaca Negara, Arimbi Suta, Bima Putra, hingga Gatotkaca.
Satria yang gagah perkasa itu lalu diminta para dewa untuk melawan Kala Pracona. Setelah berhasil merobek mulut Kala Pracona, raksasa itu akhirnya meninggal. Bumi kayangan tempat tinggal para dewa kembali damai. Gatotkaca lalu turun ke bumi.
2. Dongeng Rakyat Wayang Kresna
Melansir dari laman resmi Kemendikbudristek RI, berikut sepenggal dongeng wayang yang mengisahkan hidup Kresna.
Dalam wiracarita Mahabharata, Kresna adalah sosok Raja di Kerajaan Dwarawati. Keberadaan Prabu Kresna tidak bisa dipisahkan dari para Pandawa.
Kresna layaknya saudara, sahabat, dan orang tua bagi para Pandawa. Ia sering memberikan nasihat kepada Pandawa terkait banyak hal.
Dalam lakon pewayangan, tokoh Kresna kerap muncul dengan berbagai kesaktiannya. Salah satu kesaktiannya yang menarik perhatian adalah kemampuannya untuk mengubah diri menjadi berhala sebesar gunung.
Hal tersebut terjadi, sebab permintaan Pandawa yang meminta bantuan dalam memastikan kepemilikan Kerajaan Hastinapura. Selain itu, Kresna seringkali terlibat dalam pertempuran karena merasa murka atas perlakuan para Kurawa padanya.
Sebagai titisan Dewa Wisnu, Kresna merasa marah atas kecongkakan Kurawa. Kemarahan tersebut menempatkan seisi Hastinapura dan Kurawa dalam ambang kematian.
Untungnya, Kresna diingatkan oleh Batara Narada untuk lebih sadar akan tindakannya. Kalau tidak diingatkan, bisa-bisa dunia habis dimusnahkannya.
3. Cerita Wayang Ramayana
Dalam kisah pewayangan, nama Ramayana sudah tidak asing didengar, bukan? Berikut adalah kisah lengkap dari kehidupan Ramayana yang tertulis dalam buku Mengenal 30 Tokoh Wayang dalam 10 Lakon (2022), penerbit Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman.
Ramayana merupakan nama lain yang ditujukan untuk Ramawijaya, putra tunggal dari pasangan Prabu Dasarata dengan permaisuri Dewi Kusalya. Selain Ramayana, ia juga seringkali dipanggil sebagai Ramaregawa, Ramacandra, hingga Rawadewa.
Ramayana memiliki tiga orang saudara lainnya. Namun, mereka lahir dari ibu yang berbeda satu sama lain. Lesmana dan Satrugna lahir dari permaisuri Sumitrawati. Sedangkan Barat dari permaisuri Dewi Kekayi.
Ramayana dikenal dengan sikapnya yang bijaksana. Ia merupakan titisan dari Dewa Wisnu. Sehari-harinya, Ramayana bertekad untuk menciptakan kesejahteraan di dunia yang ia pijak.
Suatu hari, ketika Ramayana berpetualang dari negeri ke negeri. Ia mengikuti sebuah sayembara. Dari perlombaan itu ia memenangkan kesempatan untuk menikah dengan Dewi Sinta.
Dewi Sinta adalah putri Prabu Janaka dari Kerajaan Mantili. Putri satu ini terkenal akan kecantikannya yang merupakan titisan dari Bathari Sri Widowati.
Dari pernikahan bahagianya tersebut, Ramayana dan Dewi Sinta dikaruniai dua orang putra yang bernama Lawa dan Kusya.
Sebenarnya, Ramayana adalah seorang keturunan Dasarata yang ditunjuk untuk menggantikan ayahanda memimpin Kerajaan Ayodya. Sayangnya, ia gagal untuk duduk di singgasana sebab konflik di dalam keluarganya.
Dewi Kekayi, salah satu permaisuri Dasarata, merasa Ramayana tak cocok untuk naik sebagai raja Ayodya. Ia menyarankan Barata untuk ditunjuk mengganti posisi sang suami.
Tak hanya itu, Dewi Kekayi juga menghasut Dasarata untuk mengusir Ramayana dan istri dari istana. Alhasil, bersama Dewi Sinta dan Lesmana, Ramayana angkat kaki dan melakukan pengasingan di Hutan Dandaka selama 13 tahun.
Selama waktu pengasingan, Ramayana berhasil melakukan berbagai dharma satria. Salah satu contohnya, ia mengalahkan dan membantu Ramaparasu untuk kembali dalam jalan dharma.
Selain itu, Ramayana juga turut menyempurnakan Resi Subali, putra dari Resi Gotama. Ia juga turut terlibat dalam pertempuran Alengka melawan Dasamuka atau Rahwana.
Pertarungan itu disebabkan penculikan Dewi Sinta yang dilakukan Dasamuka. Hal tersebut membuat murka Ramayana hingga mengakibatkan terbunuhnya Dasamuka.
Setelah perang Alengka berakhir dan hidup dalam pengasingan selama 13 tahun, Ramayana, Dewi Sintha, dan Lesmana kembali pulang ke negeri Ayodya. Di kampung halamannya itu, Ramayana berhasil naik tahta menjadi Raja Ayodya, menggantikan Prabu Barata yang mengundurkan diri.
4. Cerita Wayang Ramawijaya
Cerita wayang tentang Ramawijaya ini berasal dari naskah lakon dalam buku Mengenal 30 Tokoh Wayang dalam 10 Lakon (2022), penerbit Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman.
Sebenarnya Ramawijaya yang seharusnya diangkat menjadi raja untuk menggantikan Dasarata. Akan tetapi, Dewi Kekayi menilai keturunannya, Barata, lebih cocok untuk dijadikan raja. Untuk itu, Dewi Kekayi menghasut Dasarata untuk mengusir Ramawijaya.
Ramawijaya pergi meninggalkan Ayodya bersama sang istri, Dewi Sinta, dan Lesmana. Mereka pergi menelusuri hutan Dandaka. Dan Dasamuka mendapat berita dari Dewi Sarpakenaka. Ia mengabarkan jika Ramawijaya beserta istri serta Lesmana berada di hutan Dandaka.
Mendengar kabar dan mengerti tempatnya, Dasamuka segera pergi menyeberang lautan lepas untuk segera mencari Kala Marica yang berada di Goa Karang.
Sesampainya di sana, Dasamuka berujar, “Kala Marica, saya hendak memboyong Dewi Sinta yang sedang berada di tengah hutan Dandaka.’
“Oh, ya Sang Prabu, tenang dan sabar,” sahut Kala Marica.
“Tenang dan sabar, bagaimana, Marica?”
Kala Marica pun segera menjelaskan, untuk berhasil menculik Dewi Sinta tanpa ada halangan yang merintangi, Kala Marica akan membuatkan taktik yang sakti.
“Hua, ha ha ha...,” Dasamuka tertawa terbahak-bahak. “Benar! Tidak salah aku mendatangimu!” Dasamuka merasa ada manfaatnya mendatangi Kala Marica. “Lalu kehendakmu, bagaimana Kala Marica?”
“Saya akan merubah wujud diri saya menjadi seekor Kijang yang cantik. Nanti akan menggoda Dewi Sinta. Tentu Dewi Sinta minta kepada Ramawijaya untuk menangkapnya,” jelas Kala Marica yang sangat disetujui oleh Dasamuka.
Setelah Ramawijaya pergi, ternyata Barata anak Dewi Kekayi menolak untuk naik tahta dan minta agar Ramawijaya tetap berada di Ayodya. Sayangnya, Ramawijaya sudah angkat kaki dari Ayodya bersama istrinya menjalani masa pembuangan di Hutan Dandaka.
Di Hutan Dandaka Ramawijaya dihadang Karadusana utusan Sarpakenaka, adik Dasamuka dan terjadi peperangan. Karadusana kalah. Setelah itu Ramawijaya melanjutkan ke Gunung Argasoka.
Di hutan tersebut terlihatlah seekor kijang kecil. Begitu melihat Kijang, Dewi Sinta sangat tertarik. Ia memohon ke Ramawijaya menangkap Kijang untuknya. Namun Kijang tahu, ia pun berusaha agar Ramawijaya mengejar.
“Uh! Jangan mempermainkan aku, Kijang,” tukas Ramawijaya terus berusaha mengejarnya dan agar tidak kehilangan jejak.
Gerak Kijang tampak lincah, dan selalu menggoda Ramawijaya. Kadang berlari kencang menjauh, namun tiba-tiba sudah berada di hadapannya, “Kamu jangan mempermainkan aku Kijang,” kesal Ramawijaya.
Melihat Ramawijaya begitu sulit menangkap Kijang tersebut, Sinta meminta Lesmana membantunya. Lesmana pun menyanggupi.
Karena di tengah hutan, Lesmana merajah tanah dengan pusaka kerisnya, untuk keselamatan dari segala hal. Ia berjalan melingkar mengelilingi Sinta, menggores tanah. Sekarang tampak lingkaran mengelilingi Sinta.
“Jangan keluar dari lingkaran ini,” pinta Lesmana yang disanggupi Sinta. Lesmana segera mencari Ramawijaya yang sudah jauh.
Dan karena ingin sekali menangkap Kijang, mereka berdua terus mengikuti Kijang, sampai lupa waktu dan melupakan Sinta yang ditinggal sendirian.
Dasamuka segera datang menghampiri Sinta, namun malang ketika ia hendak menyeret dan membawa Sinta, keampuhan rajah yang dibuat Lesmana, Dasamuka jatuh terjerembab. Dasamuka menyingkir sejenak untuk mencari akal.
Sejenak kemudian Dasamuka menemukan akal, ia pura-pura menjadi seorang kakek-kakek yang kelaparan. Seorang Kakek itu menjatuhkan diri di depan Sinta dan di luar lingkaran rajah.
“Tolonglah aku, aku haus, aku haus.,” ucap Kakek itu serak dan pelan.
Sinta melihatnya dan merasa iba. “Kakek,” tukasnya halus, tapi tak segera menolongnya.
“Tolonglah aku, aku tak kuat lagi, tolonglah aku carikan air,” lanjut sang Kakek.
Sinta memandang tajam Kakek yang berada di hadapannya, “Hm… aku harus menolongnya,” pikir Sinta kasihan. Dan tanpa basa basi Sinta pun datang menghampiri hendak meminta tempurung tempat air yang dibawa Kakek. Ia melupakan titah Lesmana yang melarangnya ke luar dari lingkaran rajah.
Sesampainya di hadapan Kakek tadi begitu Sinta hendak meminta tempurung, lebih dulu tangan Sinta ditarik Kakek-kakek tadi, “Hua ha, ha, ha...!”
Kakek tadi berubah wujud menjadi wajah aslinya, Dasamuka, yang langsung membawa Sinta terbang ke angkasa.
Rama dan Lesmana tidak tahu kejadiannya, mereka terus mengejar, “Lesmana, sebaiknya aku panah saja,” tukas Ramawijaya sambil menghunus anak panah dan memegang gendewa.
Anak panah dipasang, “Slap!” meluncur busur mengenai Kijang. Kijang terkena panah, berubah wujud menjadi Kalamarica yang di dadanya sudah tertancap panah Ramawijaya.
“Huaha..., ha, ha.... Ramawijaya kamu lihat di atas, Sinta istrimu!” Tunjuk Kala Marica, dan kemudian jatuh mati terjerembab ke tanah.
“Waduh Lesmana, kita telah teperdaya,” ucap Ramawijaya.
5. Cerita Wayang Arjuna
Berikut sepotong kisah pendek dari cerita wayang Arjuna yang dikutip dari buku Mengenal 30 Tokoh Wayang dalam 10 Lakon (2022), penerbit Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman.
Arjuna adalah keturunan Pandawa yang lahir dari pasangan Prabu Pandudewanata dan Dewi Kunti. Ia memiliki empat saudara lainnya yang saling hidup rukun.
Semasa kecil, Arjuna dikenal dengan nama Raden Permadi. Ia juga dikenal dengan wajahnya yang tampan dan keahliannya dalam memanah. Arjuna memiliki sebuah senjata andalan seperti Panah Pasopati.
Selain itu, Arjuna merupakan sosok yang penuh kesabaran layaknya Yudhistira. Ia juga senang sekali bertapa dan mencari ilmu. Kecerdikan yang dimilikinya selalu membantu Pandawa ketika ingin menyusun strategi dalam bertempur.
Sikap pandai dan lembut dari Arjuna membuatnya banyak dikagumi banyak perempuan. Arjuna memiliki beberapa istri dan dikaruniai sekumpulan anak yang juga cerdik seperti dirinya.
Dalam perang besar Baratayuda melawan keturunan Kurawa, Arjuna ikut serta bertarung dengan ksatria hebat lainnya. Mereka bertarung begitu sengit. Tak sedikit prajurit dari Pandawa tumbang dalam memerangi serangan Kurawa.
Melihat teman seperjuangannya gugur, Arjuna tak ikut menciut justru ia semakin semangat menarik tali busur panah kepada para lawan. Anak panahnya bahkan berhasil menancap tepat di leher Karna.
Karna merupakan keturunan Kurawa yang sama ahlinya dalam memanah. Pertarungan sengit antara Arjuna dan Karna disebut sebagai pertempuran dua saudara yang membekas di dunia pewayangan. Momen tersebut dikenal dengan lakon wayang bernama Karna Tandhing.
6. Dongeng Rakyat Semar
Semar adalah tokoh yang muncul dalam dongeng rakyat Jawa Timur yang berjudul Asal Usul Gunung Arjuna. Kisah ini sering diceritakan dalam lakon wayang. Mengutip dari buku Cerita Rakyat dari Jawa Timur Volume 1, karya Dwianto Setyawan.
Dahulu kala, hiduplah seorang pendekar sakti bernama Arjuna yang senang bertapa di puncak gunung. Ketaatan Arjuna pada Dewa setiap bertapa membuat gunung tersebut tumbuh kian tinggi, bahkan mencapai kayangan.
Suatu hari, sang Batara Guru merasa adanya gempa di kayangan. Ia mencoba menghentikan Arjuna dari kegiatan bertapa, tetapi gagal. Batara Guru lalu meminta bantuan dari Batara Semar, yaitu pengasuh Arjuna.
Batara Guru datang mengunjungi Batara Semar untuk segera menghentikan Arjuna bertapa di atas puncak gunung tersebut. Mendengar kabar itu, Semar dan Togog bergegas mendatangi gunung tempat Arjuna bertapa.
Sesampainya di sana, betapa kagetnya dua orang itu melihat gunung di hadapan mereka, yang tinggi menjulang hingga tak terlihat puncaknya.
Batara Semar dan Batara Togop lalu segera bersemedi di kaki gunung. Mereka meminta Dewa untuk membuat tubuh keduanya membesar layaknya gunung tersebut.
Tak lama kemudian, tubuh mereka membesar menyamai gunung tempat Arjuna bertapa. Kemudian, Semar dan Togog memotong gunung itu dan membuang bagiannya jauh-jauh.
Tindakan yang dilakukan dua orang tersebut mengakibatkan fokus bertapa Arjuna terganggu. Arjuna lalu berhenti kegiatan bertapanya itu.
Kini, bukit yang merupakan hasil potongan gunung tempat Arjuna bertapa dikenal sebagai Gunung Arjuna. Gunung itu terletak di perbatasan Malang dan Pasuruan.
7. Kisah Wayang Beber yang Tertua di Indonesia
Wayang Beber adalah sebutan lain dari wayang kulit. Namun, wayang beber adalah bentuk asli dari alat pewayangan. Wayang satu ini sudah hadir sejak tahun 1223 masehi.
Hal tersebut menjadikan Wayang Beber sebagai wayang tertua di Indonesia. Sedangkan wayang kulit sendiri adalah bentuk modifikasi dari wayang beber.
Menurut laman Portal Informasi Indonesia, penamaan wayang beber berasal dari cara memainkannya, yakni dengan membeberkan atau membentangkan layar berupa gambar. Cerita-cerita lakon yang digunakan dalam pementasan wayang beber adalah kisah Mahabharata dan Ramayana.
Akan tetapi, pementasan wayang beber mulai mengalami perubahan cerita ketika memasuki zaman kontemporer. Para dalang yang memainkan wayang mulai menyelipkan cerita yang mengkritisi keadaan masyarakat sekitar, baik dalam bidang politik, ekonomi, dan lain-lainnya.
Kini wayang beber yang asli, yakni wayang yang dibuat sebagai hadiah dari Raja Brawijaya, tersimpan dan dirawat oleh Mbah Mardi. Peninggalan penuh sejarah ini dapat ditemui di Pacitan, Jawa Timur.
Selain itu, di daerah seperti Yogyakarta dan Wonosari, ditemukan juga peninggalan wayang beber yang asli dan selalu diwariskan secara turun temurun untuk dilestarikan.
8. Cerita Rama dan Sinta
Cerita Rama dan Sinta adalah kisah yang terkenal dari pentas wayang Jawa. Kisah dua sejoli yang saling mencinta ini tertuang dalam buku Kitab Epos Mahabharata, (2017), penerbit Laksana.
Rama atau Ramayana adalah seorang putra dari Raja Dasarata dan Dewi Kusalya. Ia memiliki sifat baik hati, tenang, dan bijaksana. Sementara itu, Sinta atau Dewi Sintha adalah putri Raja Janaka. Perempuan ini memiliki paras cantik jelita.
Kisah Rama dan Sinta dimulai ketika Rama pergi menjelajah ke beberapa kerajaan. Rama pergi bersama Resi Wiswamitra menuju Kerajaan Mantili.
Sesampainya di negeri tersebut, ternyata terdapat sebuah sayembara yang diadakan Raja Janaka untuk mencari suami Dewi Sinta. Pagelaran sayembara itu mengadakan lomba barangsiapa yang dapat mengangkat, merentangkan dan melepaskan busur sakti Rudra yang tertanam di istana, maka ialah yang berhak meminang Sinta.
Tak disangka, Ramayana berhasil melakukan syarat tersebut di antara ribuan pemuda yang mencoba. Melihat itu Raja Janaka segera menerima Rama untuk dijadikan menantu.
Pesta pernikahan Rama dan Sinta berlangsung meriah. Keduanya hidup bahagia dan harmonis. Rama pun mengajak sang istri untuk tinggal di Ayodya, tempat tinggalnya.
Namun, di tengah kehidupan harmonis pernikahannya itu, Rama dan Sinta diberi rintangan, sebab ibu tiri Ramayana mengusirnya dari istana. Keduanya pun pergi meninggalkan Ayodya menuju hutan Dandaka. Mereka hidup dalam pengasingan selama 13 tahun lamanya.
Berbagai cobaan mereka lewati, seperti penculikan Sinta oleh Dasamuka dan pertempuran dengan Alengka. Hingga akhirnya mereka kembali ke Ayodya untuk hidup tenang dan bahagia selamanya.
9. Cerita Srikandi, Sosok Dewi Panglima Perang Pandawa
Mengutip dari buku Srikandi Belajar Memanah (2007), penerbit PT Balai Pustaka, berikut kisah kehidupan Srikandi, sosok tokoh perempuan penuh kegigihan di kisah Mahabarata.
Srikandi adalah putri kedua Prabu Drupada, yakni raja dari negeri Pancala, dengan permaisuri Dewi Gandawati. Srikandi tumbuh bersama dua saudara kandung lainnya yang bernama Dewi Drupadi dan Arya Drestadyumna.
Srikandi merupakan tokoh perempuan dalam kisah Mahabharata yang dikenal gagah dan berani. Ia adalah dewi panglima perang Pandawa yang mahir memanah.
Sejak kecil, Srikandi sangat gemar dalam kegiatan keprajuritan dan memanah. Srikandi bahkan pergi berguru dengan Arjuna untuk mengasah kemampuan memanahnya. Dari pertemuan inilah, mereka menjadi dekat hingga menikah.
Srikandi memiliki peran untuk bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan kesatriaan Madukara dalam perang Baratayuda. Kemudian, dalam pewayangan Jawa, perempuan yang penuh rasa ambisi ini bertindak sebagai senopati di dalam perang Pandawa, menggantikan Resi Seta yang gugur dalam perang.
Kematian Resi Seta disebabkan kekalahannya melawan Resi Bisma, yakni senopati Agung bala tentara Kurawa. Oleh sebab itu, Srikandi pun bertekad membalaskan kematian Resi Seta dengan melawan Resi Bisma.
Dengan keahliannya, Srikandi membidik busur panah Hrusangkalinya tepat di jantung Resi Bisma. Aksi itu menyebabkan Resi Bisma gugur seketika.
Usut punya usut, kemenangan Srikandi atas Resi Bisma disebabkan oleh kutukan Dewi Amba. Dewi Amba adalah raja dari negeri Giyantipura yang ditakdirkan dapat mengalahkan Resi Bisma di kehidupan selanjutnya.
Takdir tersebut muncul karena rasa sakit hati Dewi Amba sebab ditolak oleh Bisma. Resi Bisma menolak ajakan menikah Amba karena ia berjanji untuk terus melajang semasa hidup. Hal ini membuat Amba merasa terhina dan berambisi untuk menaklukan Bisma.
Sayangnya, Amba tidak menemukan satu cara yang bisa membantunya mendapatkan Bisma. Ia pun pasrah dan berdoa kepada Dewa Siwa untuk membunuh Bisma.
Dewa Siwa mengabulkan doa tersebut dengan syarat Amba lah yang membunuh Bisma di kehidupan selanjutnya. Akhirnya, Dewi Amba merenggut nyawanya sendiri dan terlahir kembali sebagai Srikandi.
Berbeda dari kebanyakan putri kerajaan lainnya, Srikandi tidak suka berdiam diri di istana. Ia lebih senang untuk menghabiskan waktu berpetualang dan berlatih . Hingga akhirnya ia ditunjuk sebagai senopati di berbagai perang.
Keteguhannya dalam berperang membuat Srikandi dijuluki sebagai simbol keberanian para wanita. Sang Dewi Panglima Perang ini menjadi bukti bahwa wanita juga memiliki kemampuan untuk mengerahkan akal dan tubuh dalam berjuang di peperangan.
10. Cerita Wayang Raden Dursala
Raden Dursala adalah salah satu keturunan Kurawa yang cukup dikenal dalam cerita pewayangan. Berikut kisah lengkap Dursala dalam buku Mengenal 30 Tokoh Wayang dalam 10 Lakon, karya Budi Sardjono dan Bagong Soebardjo.
Dursala merupakan pemuda asal Astina yang lahir dari pasangan Raden Dursasana dan Dewi Saltani. Ayah dari Raden Dursala merupakan satu dari seratus keturunan Kurawa yang berasal dari Kesatriaan Banjarjumut.
Raden Dursala dikenal dengan porsi tubuhnya yang tegap, besar, dan gagah. Namun, di balik fisiknya yang sempurna, Dursala memiliki sifat yang buruk. Ia adalah sosok yang takabur dan suka meremehkan lawannya.
Sejak muda, Dursala senang pergi berguru, berpetualang mencari ilmu kanuragan, dan guna kasantikan. Usahanya ini menjadikannya sebagai salah satu murid kesayangan Begawan Durna dan Begawan Pisaca.
Suatu hari, Raden Dursala terlibat keributan dengan Gatotkaca. Hal ini disebabkan permintaan Dursala kepada Gatotkaca untuk memindahkan tempat latihannya ditolak.
Akhirnya mereka saling bersitegang. Keduanya teguh memegang pada prinsip masing-masing. Pertempuran di antara keduanya tak terelakkan.
Dursala menyerang Gatotkaca dengan pusaka kesayangan. Dengan memasang kuda-kuda, Dursala berkomat-kamit melancarkan aksi serangan ke Gatotkaca.
“Duaar!” suara menggelegar yang memekakkan telinga membuat Gatotkaca kehilangan pertahanan.
Melihat kejadian itu, Dursala tertawa terbahak-bahak, “Ha ha haa.. rasakan itu Gatotkaca! Ayo segera bangun hadapi aku!”
Tubuh Gatotkaca lemas. Tubuh pria tersebut roboh dengan luka di tubuhnya. Para putra Pandawa yang menyaksikan itu segera menghampiri Gatotkaca dan menggendongnya menuju tempat yang aman. Beberapa di antaranya pun mencari obat untuk diberikan pada Gatotkaca.
Selama berhari-hari Gatotkaca memulihkan tubuh dan melatih kekuatannya dengan Resi Seta. Dengan harapan ia mendapat kekuatan baru, Gatotkaca mengikuti segala perintah Resi Seta.
Ilmu bernama Aji Narantaka dikuasai Gatotkaca untuk membalas dendam kepada Raden Dursala. Ia pun dengan langkah mantap mencari keberadaan Dursala untuk menumbangkannya.
Ketika bertemu dengan Dursala, mereka bertarung sengit. Keduanya saling mengerahkan ilmu yang dimiliki. Dursala mengeluarkan Candra Wirayang, pusaka andalannya.
Sayangnya, serangan tersebut berhasil dihindari Gatotkaca. Lalu, putra Bima ini membalas serangan tersebut dengan Aji Narantaka. Serangan tersebut berhasil membidik tubuh Dursala.
Kobaran api dari ilmu Aji Narantaka milik Gatotkaca membuat tubuh Dursala hancur lebur tak berbentuk. Hal ini menandakan kemenangan Gatotkaca atas Dursala.
Keguguran Dursala membuat para bala tentara Kurawa lari menyelamatkan diri dari pertempuran tersebut. Mereka kocar-kacir pulang menuju Kerajaan Astina untuk mengabarkan kematian keturunan Kurawa satu itu.
11. Dongeng Rakyat Wayang Dewa Ruci Banyu Suci Perwitasari
Kisah lakon Banyu Suci Perwita Sari berikut ini adalah cerita wayang yang dikutip dari buku Mengenal 30 Tokoh Wayang dalam 10 Lakon (2022), penerbit Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman.
“Untuk menyempurnakan semua ilmu yang telah kamu capai, kamu saya minta untuk mencari air kehidupan ‘Tirta Pawitra Mahening Suci’,” pinta Begawan Durna kepada Bratasena.
“Durna bapakku, di mana saya dapat menemukannya?”
“Kamu harus masuk ke dalam Segara Minang Kalbu!” pinta Begawan Durna.
“Dimana Segara Minang Kalbu?” Tanya Bima.
Durna pun menjelaskan jika Segara Minang Kalbu berada di tengah-tengahnya samudra yang terbentang luas.
“Saya akan berangkat!” Bima pun menyanggupi, setelah mohon pamit kepada saudara-saudaranya serta Kunti ibunya, Bima nyemplung ke samudra menuruti perintah Begawan Durna untuk mencari Tirta Pawitra Mahening Suci.
Di dalam samudra badannya terombang-ambing, terhempas serta diterjang ganasnya gelombang laut lepas, ibarat kapas dipermainkan tiupan angin kencang. Bima pasrah akan nasib dirinya karena kebulatan tekadnya tak menggoyahkan semangatnya.
Betapa kagetnya ketika tiba-tiba di hadapannya, muncul seekor naga besar menghadang. Naga itu berjuluk Kyai Namburnawa, yang langsung menyerang Bima. Naga itu menggigit pahanya. Kemudian ekornya terhempas serta merta membelit tubuhnya.
Bima menggeliat, menggelepar, menahan diri dengan sekuat tenaganya untuk melawannya. Bergulat dengan Kyai Namburnawa, spontan badan Werkudara mengikuti gerakan-gerakan Naga itu, agar tidak luluh serta hancur.
Semangatnya untuk mengabdi kepada guru begitu kuat, mengalahkan rasa sakit serta rasa lelah. Dikerahkan segala upaya, dikumpulkan seluruh tenaga untuk melepas himpitan sang naga.
Dan berhasil!
Saat itu Bima lepas dari himpitan, kemudian melesat menuju leher sang naga, secepat kilat tangannya meraih kepala naga, dengan Kuku Pancanaka. Raung kesakitan yang memekakkan telinga mengiringi jatuhnya sang naga.
Bratasena tampak begitu lelah, jiwanya seakan melayang, bak kehilangan kesadarannya. Cukup lama jiwa sang ksatria itu melanglang tak tentu ujung rimbanya. Pada saat tersadar, dan membuka matanya pelan-pelan, kakinya seakan menginjak tanah. Perlahan pandangannya semakin jelas seakan dirinya berdiri pada pulau kecil di tengah lautan luas.
Bima terbuai oleh ketakjuban, dan tiba-tiba semakin dikejutkan dengan munculnya Bocah Bajang yang bersamaan oleh cahaya yang menyilaukan matanya. Cahaya di atas Cahaya. Bocah Bajang itu sungguh kecil, terlalu kecil bila dibandingkan dengan perawakan Bima.
Bocah Bajang berjalan perlahan menghampirinya. “Aku sungguh heran sekali, sepertinya sudah saatnya kematian menjemputku. Sama sekali aku tidak merasakan kehidupan lagi” desah Bima.
“Akan tetapi ketika ku telusuri pandangan ke badan sampai ke ujung kaki, ternyata aku masih menyentuh bumi,” lanjutnya pelan.
Kemudian ia memandang bocah kecil yang ada di depannya dengan seksama, “Hm, kamu siapa?” tukasnya kemudian. “Mengakulah!”
“Bima, Kamu jangan gampang pergi bila belum mengetahui dengan tepat tempat yang akan kamu tuju. Kamu jangan gampang makan tanpa tahu apa manfaat yang terkandung dalam makanan itu. Jangan sekali-kali berpakaian, bila tidak mengetahui bagaimana cara yang benar dalam berbusana,” sahutnya, “Aku, Dewa Sang Hyang Bathara Dewa Ruci”.
Spontan Bima duduk bersimpuh di hadapan Dewa Ruci. Seumur hidup, Bima tidak pernah “basa krama” kepada siapapun, namun di hadapan Dewa Ruci Bima duduk dan bertutur halus.
“Apakah ilmu kesempurnaan hidup itu?” tukas Bima.
Ilmu kesempurnaan hidup ini akan diperoleh bila telah sempurna hidupnya. Hidup sudah tidak bergantung lagi kepada keinginan-keinginan duniawi lagi. Kalau seandainya kehidupan manusia masih menggunakan daya panasnya matahari, daya semilirnya angin, segarnya air dan masih menginjak bumi di bawah langit, manusia belum bisa dibilang sempurna karena yang sempurna itu hanyalah Sang Pencipta.
“Apakah Tirta Pawitra Mahening Suci itu?” lanjut Bima.
Jelas Dewa Ruci, “Tidak akan dapat diperoleh wujud air itu di manapun, termasuk di tempat ini. ‘Tirta Pawitra Mahening Suci’ sebuah perlambang yang harus dimengerti maksudnya.” Dewa Ruci menghela napas.
Kemudian ia melanjutkan keterangannya, “Tirta adalah air, kehidupan. Di mana ada air di situ ditemui kehidupan, Pawitra adalah bening. Air bening, tidak hanya dilihat dari wujud air yang bening namun juga harus dilihat dari kegunaannya menghidupi semua makhluk, manusia, hewan dan tumbuhan.
Mahening berasal kata dari maha dan ening yang mewujudkan arti ketentraman lahir dan batin. Sedang Suci terhindar dari dosa.”
Bima pun mengangguk. Penjelasan Dewa Ruci dapat dimengerti oleh Bima.
Dewa Ruci pun melanjutkan, “Dalam menjalani hidup ini, mencarilah kehidupan yang sempurna yang mampu memberikan ketentraman lahir dan batin, mampu menghindarkan diri dari dosa-dosa yang menyelimuti dirinya untuk menggapai kesucian. Bila ingin mengetahui hidup yang langgeng, tentram terhindar dari kegalauan dan kekecewaan, kalau sudah dapat menemukan ‘alam jati’”.
“Dimanakah Alam Jati itu?” Kejar Bima.
“Tidak bisa dilihat oleh mata, hanya mampu dirasakan melalui cipta,” sahut Dewa Ruci. Bima kemudian disuruh memasuki gua garba Dewa Ruci.
“Waduuuh Batara ...,” Bima terheran-heran, “Badan hamba begitu besar sementara Paduka begitu kecil. Bahkan, kelingking hamba saja tidak akan mampu masuk ke badan paduka.”
“Hai Werkudara, besar mana kamu dengan jagad? Bahkan gunung serta samudra pun mampu saya terima. Percayalah, masuklah kamu melalui telinga kiriku.” Seketika tanpa tahu apa yang terjadi, maka Bima tiba-tiba melewati telinga Dewa Ruci dan akhirnya sampai ke gua garba Sang Dewa.
Saat telah berada di Gua Garba Dewa Ruci, yang ditemui Bima hanyalah perasaan tentram, “Pukulun, hamba sekarang hidup dimana? Hamba melihat tempat yang begitu luas seakan tanpa tepi, begitu terang tanpa bayangan."
"Terangnya bukan karena cahaya mentari, namun sangat nyata dan indah. Hamba tidak tahu arah kiblat, mana utara-selatan, mana barat-timur. Pun tidak tahu apakah ini di bawah atau di atas, depan atau belakang. Hamba masih dapat melihat dengan baik, dan mendengar, namun kenapa hamba tidak melihat badan hamba sendiri. Yang hamba rasakan hanya kedamaian dan ketentraman semata.”
“Werkudara, kamu sekarang berada di alam yang bernama ‘Loka Baka’, alam kelanggengan, alam jati. Kamu dapat melihat dan mendengar dengan nyata namun tidak mampu melihat dirimu sendiri, itulah yang dinamakan Jagat Lagnyana, berada dalam alam kematian.” Bima sangat bahagia, “Hamba melihat Nyala satu tapi mempunyai cahaya delapan”
“Nyala satu cahaya delapan disebut pancamaya. Panca bukan berarti lima tapi beraneka rupa. Sedangkan delapan cahaya tadi adalah daya kehidupan lahir batin yaitu: cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya bintang, cahaya mendung, cahaya bumi, cahaya api, cahaya air, cahaya angin. Cahaya-cahaya itulah yang mampu menghidupi kehidupan alam.”
Bima diam sesaat, merenungi wejangan Dewa Ruci, lalu kemudian, “Pukulun, hamba melihat empat cahaya, serta empat warna,”
“Empat cahaya terjadi dari hawa empat perkara, merah adalah dorongan hawa nafsu, hitam perlambang kesentausaan namun berwatak gagah dan teguh, kuning dorongan keinginan namun berwatak mata keranjang dan putih merupakan dorongan kesucian. Ketiga watak merah, hitam, dan kuning senantiasa mengganggu watak putih yang sendirian.
Kalau tidak mempunyai keteguhan sikap dalam menghadapi godaan ketiga cahaya tadi maka cahaya putih akan ternoda. Namun bila cahaya putih tadi berjalan secara lurus dalam kebenaran, maka ketiga cahaya yang lain akan menyingkir, hilang, musnah dengan sendirinya.”
Lama Bima merenung di Gua Garba Sang Dewa Ruci.
Ia tak mau kembali keluar dari Gua Garba, namun Dewa Ruci pun tak berkenan, dan akhirnya Bima keluar dan kembali ke daratan, yang di situ sudah ditunggu Sang Guru Pendita Durna.
12. Kisah Anoman Duta
Mengutip dari buku Mengenal 30 Tokoh Wayang dalam 10 Lakon (2022), penerbit Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, berikut kisah lengkap Anoman Duta.
Prabu Dasamuka adalah sosok yang sombong. Ia merasa paling sakti dan tidak mau menghormati orang lain. Raja Alengka itu juga tidak ingin hidup dalam aturan hukum. Sungguh tidak tahu etika sama sekali. Ia bahkan berani menculik Dewi Sinta, istri Prabu Ramawijaya.
Prabu Ramawijaya sangat khawatir atas kondisi sang istri. Ia lalu memutuskan Anoman untuk pergi ke negeri Alengka, memastikan keberadaan Dewi Sinta.
Jarak antara Ayodya dan Alengka memang jauh, sehingga memakan waktu perjalanan yang lama. Namun Prabu Ramawijaya tetap percaya dengan kesaktian Anoman. Ia teguh memilih putra Dewi Anjani itu untuk menyelidiki keberadaan istrinya.
Mendengar kabar bahwa Anoman diutus ke Alengka, sepupu Anoman yang bernama Anggada tidak terima. Ia merasa dirinya lebih mampu dan sakti untuk mengemban tugas itu.
Perdebatan ini berujung pada perkelahian antara dua saudara sepupu itu. Mereka saling adu kesaktian. Akhirnya keduanya dilerai oleh Prabu Ramawijaya.
Sebagai raja yang arif bijaksana, Prabu Ramawijaya memilih untuk menginterogasi mereka. Beberapa pertanyaan dilayangkan untuk menilai kemampuan keduanya.
Anoman ditanya, butuh waktu berapa hari kalau mau ke Alengka. Anoman menjawab butuh waktu sepuluh hari, sedangkan Anggada hanya butuh waktu tujuh hari.
Mendengar itu, Anoman tidak mau kalah. Ia lalu menimpali bahwa ia hanya butuh waktu lima hari. Anggada sanggup tiga hari. Akhirnya Anoman sanggup hanya butuh waktu satu hari. Maka Prabu Ramawijaya lalu memilih Anoman.
Untuk membuat Rama percaya kalau perjalanan itu benar-benar seperti sehari, Anoman minta Batara Surya untuk mengikat matahari. Hal ini dilakukan agar matahari tidak turun ke cakrawala.
Sebagai teman, Prabu Ramawijaya meminta Semar dan tiga anaknya ikut serta mengikuti Anoman. Karena harus terbang, para punakawan itu Anoman simpan di kancing gelung miliknya. Lalu terbanglah Anoman menuju Alengka.
Namun ketika ia berada di atas samudra, mendadak tubuhnya tersedot ke bawah. Ternyata ia disedot oleh Wil Kataksini atau Ditya Garulangit, raksasa sakti penjaga lautan Alengka.
Anoman masuk ke dalam perut raksasa itu, tetapi Anoman memberontak. Akhirnya ia bisa keluar dari perut Wilkataksini dan membunuhnya.
Akibatnya tubuh Anoman sempoyongan. Ia tidak bisa terbang lagi. Mau tak mau Anoman mengambil jalan darat.
Untungnya Semar Gareng, Petruk dan Bagong, segera menolong. Anoman dibawa ke sebuah goa bernama Goa Windu. Di goa itu ada wanita pertapa bernama Dewi Sayempraba. Dia mantan istri Prabu Dasamuka.
Anoman lalu ditolong dan diobati oleh Dewi Sayempraba. Bahkan wanita itu jatuh cinta kepada Anoman. Ia ingin dijadikan sebagai istrinya. Anoman diminta untuk tidak meninggalkan Goa Windu.
Akan tetapi, Anoman tidak mau menuruti permintaan Dewi Sayempraba. Ia ingat tugas dari Prabu Ramawijaya agar ke Alengka. Maka bersama para punakawan ia melanjutkan perjalanannya.
Di tengah jalan Anoman seperti melihat cahaya terang. Ketika ia melihat, mendadak kedua matanya menjadi buta. Para punakawan gugup. Anoman menangis dan meratap-ratap. Ratapannya didengar oleh Burung Sempati.
Segera burung itu mengobati kedua mata Anoman sehingga bisa melihat lagi. Burung Sempati ternyata saudara Burung Jatayu yang pernah menolong Dewi Sinta saat dilarikan oleh Dasamuka. Namun Jatayu gugur di tangan raja yang zalim itu.
Setelah sehat kembali Anoman segera meneruskan perjalanan. Para punakawan dimasukkan kembali ke dalam kancing gelungnya. Tidak lama kemudian ia sampai di negeri Alengka.
Kedatangan Anoman diketahui oleh Indrajit, anak Prabu Dasamuka. Indrajit segera menguber-uber Anoman. Namun tidak bisa menemukan. Karena Anoman bersembunyi di pohon Nagasari, di Taman Asoka tempat Dewi Sinta disembunyikan.
Saat Dewi Sinta dan Dewi Trijata berjalan melewati pohon tersebut, Anoman segera turun. Tindakan ini membuat kedua wanita itu kaget.
Anoman segera memperkenalkan diri bahwa dia adalah utusan Prabu Rama. Ia juga menjulurkan cincin Prabu Rama kepada Dewi Sinta sebagai bukti dari ucapannya.
Singkat cerita, Anoman berhasil membebaskan Dewi Sinta. Namun, Dewi Sinta ingin agar suaminya yang menjemput langsung! Ia ingin Rama membuktikan cinta yang murni di antara keduanya.
Mendadak taman itu dikepung Indrajit dan bala tentara Alengka. Naasnya, Anoman ditangkap! Ia dibawa ke istana dihadapkan kepada Prabu Dasamuka.
Raja Sepuluh Muka itu marah besar. Ia perintahkan kepada Indrajit untuk mengikat Anoman dan dibawa ke alun-alun. Di situ tubuh Anoman diikat di tengah tumpukan kayu.
Akan tetapi sebelum dibawa ke alun-alun, sebenarnya ia diberi air minum oleh Togog. Togog adalah abdi dalem kerajaan Alengka yang merupakan jelmaan Sang Hyang Antaga. Saat itu Anoman minta kepada Togog agar rumahnya dipasang bendera kuning.
Tidak lama kemudian datang Prabu Dasamuka, Indrajit, Wibisana, dan keluarga besar Alengka. Wibisana minta kepada kakaknya, Prabu Dasamuka, agar jangan membakar Anoman. Permintaan itu tidak digubris.
Dasamuka lalu memerintahkan Indrajit untuk segera membakar Anoman. Api lalu berkobar-kobar dan lidah apinya sampai ke langit.
Ajaibnya Anoman tidak terbakar sama sekali. Ia justru segera melepas ikatan tali di tangannya dan api ke segala penjuru Alengka.
Kerajaan Alengka terbakar! Begitu juga rumah-rumah yang lain di sekitar keraton. Alengka jadi merah membara. Hanya rumah Togog dan Taman Asoka yang tidak tersentuh api.
Setelah melihat Alengka jadi lautan api, Anoman segera kembali ke Ayodya. Ia menghadap Prabu Rama dan menyerahkan sisir pemberian Dewi Sinta. Hal itu sebagai bukti bahwa selama di Alengka Dewi Sinta tidak mau berdandan.
Mendengar cerita Anoman tentang keberadaan Dewi Sinta, Prabu Rama jadi marah. Ia segera menyusun rencana untuk melakukan perang besar-besaran melawan Prabu Dasamuka!
13. Cerita Wayang Dewi Sinta
Kisah tentang Dewi Sinta, sosok putri Kerajaan Mantilireja ini adalah cerita yang dikutip dari buku Mengenal 30 Tokoh Wayang dalam 10 Lakon (2022), penerbit Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman dan laman resmi Kemendikbudristek RI.
Dewi Sinta adalah anak Prabu Janaka dari Kerajaan Mantilireja. Kelahiran Dewi Sinta merupakan sebuah anugerah yang begitu dinantikan Prabu Janaka.
Sebenarnya Prabu Janaka sudah putus asa karena tidak kunjung mendapat momongan. Namun, suatu hari ketika ia sedang bertapa di sebuah sungai. Prabu Janak mendengar sayup rengek tangisan.
Suara itu berasal dari sebuah peti kayu yang terapung di sungai. Dengan tergopoh-tergopoh Prabu Janaka memungut kotak tersebut. Tak disangka di dalam peti itu terdapat seorang bayi merah.
Prabu Janaka yang merasa prihatin segera membawa pulang dan mengasuh bayi itu layaknya anak sendiri. Ia memberi nama bayi itu Dewi Sinta.
Tahun demi tahun berlalu, Dewi Sinta tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Banyak pemuda mengaguminya. Sang Ayah, Prabu Janaka pun turut ingin anaknya segera dipinang.
Suatu hari, Prabu Janaka menggelar suatu sayembara di pelataran kerajaannya. Pemenang sayembara dijanjikan hadiah untuk menikahi Dewi Sinta.
Sementara itu, Ramawijaya yang kala itu sedang berkelana, mendengar kabar sayembara yang diadakan Prabu Janaka. Ia pun segera mendaftarkan diri dalam sayembara.
Singkat cerita Rama memenangkan perlombaan itu. Ia pun berkesempatan untuk menikah putri Prabu Janaka, yakni Dewi Sinta yang begitu memikat.
Kehidupan pernikahan keduanya berjalan begitu bahagia. Mereka hidup dengan saling mencintai. Namun, percikan cinta di kehidupan rumah tangga itu mulai terombang-ambing sebab rencana Dasamuka yang menculik Sinta.
Dasamuka menculik Sinta dengan taktik tipu dayanya menipu Rama. Ia memboyong Dewi Sinta menuju singgasananya.
Rama yang merasa cemas akan keberadaan istri tercinta, segera memerintahkan Anoman untuk menyelidiki keadaan Dewi Sinta. Perebutan dewi tersebut menyebabkan timbulnya kekacauan antara dua kubu.
Peperangan antara Ramawijaya dan Dasamuka tak terelakkan. Tekad besar Rama yang ingin menyelamatkan Dewi Sinta pun berbuah manis dengan tumbangnya Dasamuka.
14. Kisah Lesmana dalam Pewayangan
Lesmana adalah sosok dalam cerita pewayangan yang dikenal dengan sifat kesetiaannya kepada kakaknya, Ramawijaya. Berikut adalah kisah Lesmana yang tertulis dalam buku Mengenal 30 Tokoh Wayang dalam 10 Lakon (2022) karya Budi Sardjono dan Bagong Soebardjo.
Dalam cerita pewayangan Jawa, Raden Lesmana atau yang lebih dikenal sebagai Lesmana adalah sosok putra dari pasangan Prabu Dasarata dan Dewi Sumitra.
Lesmana adalah adik dari Ramawijaya. Suatu ketika ia mendengar kabar bahwa kakaknya diusir dari istana oleh ibu tirinya, Lesmana tak ragu untuk ikut serta menemani sang kakak.
Kepatuhan yang dimiliki Lesmana kepada Ramawijaya membawanya pada Hutan Dandaka. Di tengah rimbunnya hutan, Lesmana dan Ramawijaya turut menjaga keselamatan Dewi Sinta, istri Ramawijaya.
Suatu hari ketika sedang beristirahat di pinggir sungai, ketiganya menyaksikan seekor kijang emas di dekat bebatuan aliran air. Melihat itu, Dewi Sinta meminta Ramawijaya menangkap kijang itu.
Ramawijaya dengan senang hati menuruti permintaan istri. Ia pun meminta Lesmana menjaga Dewi Sinta. Lesmana tanggap mengiyakan perintah itu.
Tak lama berselang, terdengar sayup suara meminta tolong dari kejauhan. Dewi Sinta yang khawatir akan keselamatan suami, segera meminta Lesmana menyusul dan memeriksa keselamatan Ramawijaya.
Akan tetapi, Lesmana tidak segera menurut atas perintah Sinta. Ia merasa ragu sebab sang kakak menyuruhnya untuk menjaga Sinta. Lesmana takut kakak iparnya itu celaka bila ia pergi menyusul Ramawijaya.
Setelah beberapa saat memikirkan cara, akhirnya Lesmana pergi meninggalkan Sintha setelah ia selesai menggambarkan lingkaran di sekeliling Dewi Sinta. Lingkaran itu mengandung ramalan sakti yang akan melindungi perempuan tersebut dari bahaya. Sebelum pergi Lesmana berpesan untuk Sinta supaya tidak melangkah keluar dari garis yang dibuatnya.
Naasnya, tipu daya yang dibuat Dasamuka atau Rahwana berhasil membuat ketiganya teperdaya. Dewi Sinta diculik ke negeri Alengka. Hal ini membuat murka Ramawijaya.
Memboyong bala tentara, Rama dan Lesmana melancarkan serangan ke Alengka untuk menyelamatkan Dewi Sinta. Bahkan Lesmana dipercaya untuk menjadi panglima perang tersebut.
Perang berlangsung begitu dahsyat hingga putra mahkota Alengka turun tangan, yakni Indrajit. Lesmana maju paling depan menghalau serangan yang dilayangkan Indrajit.
Keduanya bertarung dengan sengit. Indrajit memanfaatkan ilmu sihir yang dikuasainya untuk menumbangkan Lesmana. Sayangnya, trik tersebut tidak membuahkan hasil yang manis.
Lesmana berhasil menghalau segala serangan yang diluncurkan Indrajit. Sampai akhirnya anak panah Indrastra milik Lesmana berhasil melesat tepat di jantung Indrastra.
Serangan tersebut melumpuhkan pergerakan Indrajit. Lesmana sukses mengalahkan putra mahkota Alengka dan membuat bala tentaranya memenangkan pertempuran itu.
15. Cerita Tokoh Wayang Yudhistira
Mengutip dari buku Mengenal 30 Tokoh Wayang dalam 10 Lakon (2022), penerbit Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, simak kisah Yudhistira, tokoh pewayangan yang merupakan keturunan Pandawa berikut ini.
Yudhistira adalah tokoh dalam cerita wayang yang dikenal paling jujur. Raja satu ini bahkan diduga memiliki darah warna putih saking memiliki hati dan pikiran yang paling suci.
Prabu Yudhistira adalah anak sulung dari lima bersaudara Pandawa. Ia lahir dari pasangan Prabu Pandudewanata dan Dewi Kunti. Istri Yudhistira adalah Dewi Drupadi, putri dari kerajaan Pancala. Keduanya dikaruniai anak bernama Pancawala.
Sewaktu muda, laki-laki ini memiliki nama Wijakangka. Namun, ia mengubahnya semenjak kemenangannya ketika mengalahkan raja jin di Alas Mertani. Jin tersebut bernama Yudhistira. Nah, karena kemenangan Wijakangka, jin tersebut itu pun menyatu ke dalam tubuhnya.
Prabu Yudhistira memiliki sebuah kemampuan yang disebut Candrabirawa. Kemampuannya satu ini mengantarkan ia dalam kemenangan ketika berperang melawan kerajaan Astina.
Dalam perang besar Baratayuda melawan Astina, banyak para Pandawa yang tak sanggup mengalahkan Senopati Astina, yakni Prabu Salya. Namun, hanya Yudhistira lah yang bisa menumbangkan Salya.
Dengan memanfaatkan ajian Candrabirawa, Yudhistira mampu menjadi raksasa kecil. Jadi ketika ia dibunuh, raksasa tersebut justru tidak mati dan terpecah menjadi dua dan seterusnya.
Perpecahan tubuh raksasa ini membuat kewalahan Prabu Salya dan prajurit Astina. Pertempuran tersebut dipenuhi oleh raksasa kecil yang merayap dan menyerang Prabu Salya hingga gugur.
Demikian kumpulan cerita dari kisah-kisah pewayangan yang menjadi dongeng legenda. Cerita-cerita di atas sering dipentaskan dalam pagelaran wayang. Bunda juga bisa bacakan kisah tersebut untuk anak sebelum pergi tidur, lho. Semoga bermanfaat, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)Simak video di bawah ini, Bun:
Cerita Fabel Animasi: Asal-Usul Munculnya Danau Toba
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Perbedaan Usia Anak Terpaut Jauh, Ini Cara Mona Ratuliu Lakukan Bonding Time
Berapa Usia Ideal Anak Masuk TK A? Bunda Perlu Tahu Nih
Jelang Ujian Semester, Ajari Si Kecil Doa Memohon Ilmu Bermanfaat
Anak Sudah Kenal Huruf, Cynthia Lamusu Bahagia tapi Bingung
TERPOPULER
7 Artis Ganti Profesi Setelah Pindah ke Luar Negeri, Jadi Perawat hingga Tukang Las
Charlotte Ramadhan Anak Shahnaz Haque Lulus Kedokteran Hewan IPB, Ini 5 Potretnya
Mau Ajak Anak Liburan ke PRJ 2025, Begini Caranya Naik KRL hingga TransJakarta
Bunda Diet Nasi? Resep Selada Jawa Ini Bikin Kenyang & Bantu Turun 9 Kg!
4 Cerita Persalinan Bunda Artis, Unik dan Tak Biasa
REKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Face Mist Terbaik untuk Lembapkan Kulit Wajah
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
5 Pilihan Tas Sekolah Anak TK-SD yang Bagus hingga Awet, Bisa Buat Perempuan & Laki-laki
Firli NabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Cleansing Oil untuk Semua Jenis Kulit dari Berminyak dan Berjerawat
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Slow Cooker Terbaik, Solusi Masak MPASI untuk Bayi
Azhar HanifahREKOMENDASI PRODUK
Review Main Virtual Sport di VS Thrillix AEON Mall Tanjung Barat, Lengkap dengan Harga Tiket
Firli NabilaTERBARU DARI HAIBUNDA
Langkah Aman Mengatasi Demam Anak di Rumah, Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua
4 Cerita Persalinan Bunda Artis, Unik dan Tak Biasa
Mau Ajak Anak Liburan ke PRJ 2025, Begini Caranya Naik KRL hingga TransJakarta
Bunda Diet Nasi? Resep Selada Jawa Ini Bikin Kenyang & Bantu Turun 9 Kg!
7 Artis Ganti Profesi Setelah Pindah ke Luar Negeri, Jadi Perawat hingga Tukang Las
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Lesti Kejora Ungkap Nasihat Hamdan ATT Sebelum Terkenal: Jangan Aneh-aneh
-
Beautynesia
KLAMBY & Putri Ariani Rilis Lagu 'Berdaya Diri' untuk Ajak Perempuan Indonesia Rayakan Diri Sendiri
-
Female Daily
Punya Nilai Sustainability, Ini 3 Skincare Lokal yang Cinta Bumi!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Banjir Hujatan, Prada Akhirnya Akui Sendal di Catwalk Terinspirasi India
-
Mommies Daily
Istri Sering Menolak Berhubungan Seks? Ini 12 Alasan yang Suami Harus Tahu