Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cerita Rakyat Angling Dharma, Kisah Raja Bijaksana untuk Didongengkan ke Anak

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Rabu, 23 Feb 2022 10:20 WIB

Mendongeng
Cerita Rakyat Angling Dharma, Kisah Raja Bijaksana untuk Didongengkan ke Anak/ Foto: iStock
Jakarta -

Bunda pasti sudah tak asing dengan Angling Dharma. Raja yang dikenal bijaksana ini merupakan tokoh legenda masyarakat Jawa yang telah dikenal sejak era Majapahit.

Cerita rakyat Angling Dharma bisa menjadi dongeng menarik untuk disampaikan ke anak lho. Tokoh legenda ini menyimpan banyak cerita bernilai moral yang bisa dipetik anak-anak untuk kehidupan sehari-hari.

Sifat Angling Dharma yang bijaksana dan berbudi luhur membuatnya dihormati rakyat. Tak hanya itu, Angling Dharma adalah seorang pengembara yang berani.

HaiBunda telah merangkum cerita rakyat Angling Dharma dari buku Pengembara Angling Dharma oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta dan buku Kidung Angling Darma karya I Wayan Samba dan I Made Subandia. Simak kisahnya lengkapnya berikut yuk, Bunda!

Cerita rakyat Angling Dharma

Suatu ketika, di kerajaan Malawapati di Pulau Jawa hidup seorang raja yang masih muda, tampan, berwibawa, dan bijaksana. Raja yang terkenal di seluruh negeri ini bernama Angling Darma.

Sebagai raja, Angling Dharma sering tak dikenali rakyatnya. Ia lebih suka menyembunyikan gelar dan asal usulnya.

Namun, setelah orang-orang mengenalnya, mereka barulah mengetahui bahwa dia adalah seorang raja yang bijaksana. Selain dikenal bijaksana, Angling Dharma juga memiliki kekuatan gaib yang membuatnya disegani.

Mengembara adalah salah satu kegemaran Angling Darma. Ia senang menjelajah desa-desa, hutan-hutan, atau gunung-gunung. Ia juga senang melihat kehidupan rakyatnya.

Suatu hari, Angling Dharma bertemu dengan putri Raja Basunonda bernama Dyah Dursilawati. Saat itu, Dyah Dursilawati sedang berobat, namun pengobatannya gagal. Ketika hendak pulang, tiba-tiba Angling Dharma mendekati Dyah Dursilawati dan mengobati sakitnya hingga sembuh.

Dyah Dursilawati lalu pulang ke kerajaannya sambil diantar Angling Dharma. Atas keberhasilannya itu, Angling Sharma pun dinikahkan dengan Dyah Dursilawati oleh Raja Basunonda.

Tujuh bulan menikah, Angling Dharma berencana ingin mengembara. Namun, Dyah Dursilawati tak ingin ditinggal karena sedang hamil dua bulan. Angling Dharma pun mengajak sang istri dan meminta Patih Batik Madrin menjaga istrinya selama mengembara.

Suatu ketika, Dyah Dursilawati merengek ingin diambilkan buah ental oleh suaminya. Angling Dharma lalu meminta Batik Madrin untuk memanjat, tapi dia menolak karena tidak bisa melakukannya.

Angling Dharma tak punya pilihan. Ia lalu memasukkan jiwanya ke dalam burung merak yang kebetulan ada di situ. Setelah jiwanya masuk, burung itu bangkit dan langsung menuju ke punvak pohon untuk mengambil buah ental.

Tanpa sepengetahuan Angling Dharma, Batik Madrin menyusun rencana jahat. Diam-diam dia melepaskan jiwanya dan menyelinap masuk ke dalam tubuh Angling Dharma.

Dyah Dursilawati menyadari bahwa yang baru saja terbangun bukan suaminya, tapi Batik Madrin. Jiwa Angling Dharma yang ada di burung merak pun menyadarinya.

"Hai, Batik Madrin, mengapa engkau menyelinap ke dalam tubuhku? Apakah kamu binatang liar dan lupa siapa diriku dan siapa dirimu?" ujar Angling Dharma.

Burung merak itu sangat marah. Sementara Dyah Dursilawati sangat ketakutan. Ia berlari sambil menangis sepanjang jalan dan Batik Madrin terus mengejarnya sambil meyakinkan dirinya adalah Angling Dharma.

"Dyah Dursilawati, percayalah! Aku ini adalah suamimu. Aku hanya berdoa untuk memberi jiwa kepada tubuh burung merak itu. Jadi, yang bersama merak itu hanyalah doaku, sedangkan aku tetap Angling Darma," ujar Batik Madrin.

Dyah Dursilawati terus lalu hingga berhasil kembali ke kerajaan. Raja Basunonda sangat marah mendengar cerita tentang menantunya dan melihat kondisi sang putri.

Meski begitu, Batik Madrin tak berhenti. Ia berencana menguasai kerajaan Malawapati. Namun, rencananya tak bisa terlaksana selama jiwa Angling Dharma masih ada di burung merak.

Suatu hari, Batik Madrin ingin menyombongkan dirinya dengan menunjukkan kambing terkenal miliknya yang sakti di hadapan raja dan orang penting di istana. Tak banyak yang tahu, kambing itu bisa menjadi sakti karena dirasuki jiwa Batik Madrin.

Batik Madrin tak mengetahui apa pun. Ketika jiwanya masuk ke tubuh kambing, pada saat itu tubuh Angling Dharma menjadi kosong. Di saat itulah jiwa Angling Dharma berpindah ke tubuhnya dari burung merak.

Batik Madrin tidak bisa melakukan apa pun. Jiwanya menetap di dalam tubuh kambing. Ia juga tidak tahu di mana tubuh aslinya karena telah disembunyikan Angling Dharma di dalam hutan.

Setelah keributan ini, Raja Basunonda akhirnya mengetahui kebenaran cerita. Ia pun menerima kembali Angling Dharma ke kerajaan untuk bertemu dengan sang putri.

Sewu or Manjusrighra is a Buddhist temple built in the 8th century within only eight hundred meters to the north of Prambanan. Sewu is the second largest Buddhist temple complex after Borobudur in Central Java. Sewu older than Borobudur and Prambanan. Although originally had 249 temples, the temple community is called Ilustrasi Candi di Jawa/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Yamtono_Sardi

Kisah dua putra tampan Angling Dharma

Dari pernikahannya dengan Dyah Dursilawati, Angling Dharma dikaruniai putra bernama Raden Angling Kusuma. Angling Dharma juga memiliki putra dari Dewi Mayangsari yang diberi nama Raden Danurweda. Setelah dewasa, keduanya tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan disiapkan untuk menggantikan takhta sang ayah di Bojanegari dan Malawapati.

Sayangnya, kedua putra Angling Dharma ini tidak mau menikah dan menduduki singgasana kerajaan. Mereka belum mendapatkan perempuan yang cantik, mulia, terkenal, keturunan orang baik, bijak, cekatan, dan terampil.

Angling Dharma pun memerintahkan para gadis di Bojanegari, Malawapati, dan negeri seberang untuk berkumpul dan mendapatkan hati kedua putranya. Akan tetapi, gadis-gadis ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Suatu hari, kedua putra Angling Dharma ini kabur ke hutan hingga sampailah ke Gunung Arcamanik. Di sini keduanya bertemu petapa di Gunung Arcamanik, Begawan Santanumurti yang memiliki dua putri cantik bernama Kusuma Srengganaratna dan Anom Srengganasari.

Kedua putri ini terlibat perselisihan dengan Raja Surawisesa karena menolah lamaran. Raja Surawisesa lalu menyerag Arcamanik untuk merebut kedua putri Begawan Santanumurti.

Dalam peperangan itu, Arcamanik kalah. Namun, kekalahan ini dibalas oleh dua putra Angling Dharma. Keduanya mempertaruhkan jiwa untuk membantu Begawan Santanumurti.

Raden Angling Kusuma dan Raden Danurweda memang suka berkelana dan menolong orang kesusahan. Raden Danurweda pernah melawan dan mengalahkan Demang Jaganala. Sedangkan Raden Angling Kusuma mampu mengalahkan Raja Durbali.

Setelah mengalahkan raja Surawisena, kakak beradik ini melanjutkan pengembaraan. Tapi tiba-tiba keduanya tertiup angin kencang dan terbawa ke Arcamanik kembali.

Keduanya pun bertemu kembali dengan Begawan Santanamurti. Pimpinan Arcamanik ini pun menyerahkan kedua putrinya yang cantik untuk mendampingi Raden Angling Kusuma dan Raden Danurweda.

"Tuan, akhirnya Tuan menyelamatkan kami. Aku akan membalas kebaikan budimu dengan menghadiahkan kedua putriku kepadamu," kata Begawan Santanamurti.

Simak juga 3 manfaat mendongeng untuk anak, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda