Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Sejauh Mana Ortu Boleh Ikut Campur saat Anak Bertengkar dengan Teman? Ini Kata Psikolog

Amira Salsabila   |   HaiBunda

Kamis, 26 Sep 2024 15:35 WIB

Ilustrasi bertengkar
Ilustrasi Perlukah Orang Tua Ikut Campur saat Anak Bertengkar dengan Teman? Ini Kata Psikolog/Foto: Getty Images/sutlafk
Jakarta -

Anak bertengkar dengan teman-temannya karena berbagai alasan, mulai dari kesalahpahaman, perebutan mainan, hingga merasa diasingkan. Namun, ketika mendapati Si Kecil berkelahi dengan teman bermainnya, perlukah orang tua ikut campur menyelesaikan masalah?

Berdebat dengan teman sebaya dan saudara kandung merupakan bagian alami dari perkembangan mereka. Jika anak-anak bisa menyelesaikan masalah sendiri, mereka dapat mempelajari keterampilan sosial yang berharga dan cara yang lebih baik untuk menyelesaikan konflik dengan orang lain.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Psikolog Saskhya Aulia Prima yang menyarankan orang tua untuk tidak terlalu ikut campur permasalahan anak-anak.

Banner Test Pack 2 Garis Tidak Hamil

“Nah, ini aku baru dapat riset tahun ini. Jadi, 2024 tuh ada riset kalau ibu-ibu keseringan ikut campur, sama konflik anak itu yang parah adalah anaknya enggak bisa punya kemandirian menyelesaikan konflik sosial,” ungkap Saskhya dalam acara 'Briefing Eksklusif Kiztopia', Jumat (13/9/2024).

“Sementara teman-teman, sekarang, sebelum dan setelah datang pasti akan ada konflik sosial dengan siapa pun di pekerjaan dan segala macam,” sambungnya.

Langkah yang perlu dilakukan orang tua saat anak bertengkar dengan teman

Namun, jika Bunda tidak pernah campur tangan, Si Kecil mungkin tidak akan mampu mengembangkan keterampilan yang mereka perlukan untuk mengatasi konflik, yang mana dapat membuat mereka merasa kewalahan.

“Jadi, sebetulnya dari kecil banget, ketika mereka tumbruk-tumbrukan, ketika mereka berantem kita tuh sifatnya supervisor aja mendampingi. Bukan supervisor juga, jadi kayak anak aku tuh parah banget ya kayak ngerebut apa segala macam, nah dia harus tahu pokoknya kamu kapan minta maaf,” ujar Saskhya.

“Terus misalnya dia belum bisa mempertimbangkan (permintaan maaf), kita minta maaf ke orang tuanya terus coba kamu arahin (anak) untuk bisa say sorry (bilang maaf),” tambahnya.

Alih-alih berperan sebagai penyelamat, orang tua dapat membantu anak-anak dengan menjadi pengamat, pendengar, pelatih, dan penyemangat. Dengan cara ini, anak-anak belajar bahwa mereka dapat menghadapi pengalaman hidup.

“Jadi, sebisa mungkin yang namanya konflik itu tuh apalagi training-nya masih di playground, masih biasa. Daripada kalau di kantor, ya kan? Kalau dari kecil udah enggak mandiri susah kan punya development untuk menyelesaikan masalah sosial,” jelas Saskhya.

Oleh karena itu, Saskhya menyarankan para orang tua untuk tidak terlalu ikut campur ketika anak-anak bertengkar dengan temannya. Hal ini karena agar mereka memiliki kemandirian di masa mendatang.

“Kalau dia ketemu orang lebih banyak, konflik sosialnya akan lebih banyak, of course dia lebih banyak tahu mimik muka orang, tahu konflik sosialnya kayak apa. Jadi, sedari kecil jangan ikut camput-ikut campur banget, itu aja sih supaya anaknya punya kemandirian menyelesaikan masalah sosial, pun itu di playground. Pisahin, pisahin aja tapi mereka harus kita kasih kesempatan untuk resolving together,” sarannya.

Kapan orang tua harus mendampingi anak saat bermain?

Pada kesempatannya, Saskhya mengatakan orang tua perlu mendampingi anak usia di bawah tiga tahun ketika bermain.

“Sebenarnya kalau menurut aku kondisinya masing-masing anak, ya. Terutama kalau yang di bawah tiga tahun, mungkin takut hilang, nangis, atau apa, sebaiknya kita dampingi karena tiap anak juga temperamennya berbeda,” jelas Saskhya.

“Ada kayak anak aku baru masuk (playground) sudah hilang dan sama siapa, halo banget sama semua orang, tapi ada yang kayak dia tuh pegangan terus. Nah, kita mendampingi tuh kalau misalnya butuh bantuan untuk memulai sesuatu. Pokoknya kita awasin dari jauh,” sambungnya.

Namun, jika Si Kecil sudah cukup umur untuk bermain tanpa perlu didampingi terlalu ketat, Bunda bisa melepaskannya.

“Kalau anaknya sudah bisa dilepas mandiri, silakan lepas mandiri. Biasanya itu yang enggak siap bukan anaknya, tapi orang tuanya,” ungkapnya.

Nah, itulah langkah yang perlu Bunda ambil ketika melihat anak bertengkar dengan teman. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing  soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!

(asa/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda