PARENTING
Radang Otak Anak: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati & Mengatasinya
ZAHARA ARRAHMA | HaiBunda
Jumat, 11 Jul 2025 14:30 WIBSaat anak demam, lesu, atau rewel tanpa sebab jelas, wajar kalau orang tua mengira itu hanya masuk angin atau flu ringan. Namun, di balik gejala yang tampak sepele, ada kemungkinan kondisi medis yang jauh lebih serius. Salah satunya adalah radang otak atau ensefalitis, Bunda.
Meski bukan penyakit yang umum, radang otak bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Gejalanya kadang menyerupai flu biasa, tapi bisa berkembang cepat jadi kondisi yang membahayakan.
Orang tua perlu memahami gejala awal, penyebab yang mungkin terjadi, serta langkah penanganan yang sesuai untuk mendapatkan penanganan radang otak lebih optimal. Berikut ini HaiBunda rangkumkan penjelasan lengkap yang dapat menjadi acuan dalam mengenali kondisi ensefalitis pada anak. Simak selengkapnya!
Apa itu radang otak anak (Ensefalitis)?
Radang otak atau ensefalitis adalah kondisi serius ketika jaringan otak mengalami peradangan. Kondisi ini bisa menyebabkan pembengkakan otak dan memengaruhi berbagai fungsi penting, seperti kesadaran, bicara, gerakan tubuh, bahkan kemampuan berpikir.
Melansir laman Johns Hopkins Medicine, ensefalitis menyerang sekitar 10–15 orang dari setiap 100.000 penduduk setiap tahunnya. Dalam satu dekade terakhir, lebih dari 250.000 kasus tercatat di Amerika Serikat. Meski bisa terjadi pada siapa saja, radang otak lebih sering dialami oleh anak-anak dan remaja karena sistem kekebalan tubuh mereka belum berkembang sempurna.
Penyebab radang otak
Radang otak terjadi ketika jaringan otak mengalami peradangan. Kondisi ini bisa sangat serius, dan penyebabnya tidak selalu bisa diketahui secara pasti. Bahkan faktanya, pada sekitar setengah dari kasus ensefalitis, penyebab pastinya tidak ditemukan meskipun telah dilakukan berbagai pemeriksaan medis, Bunda.
Namun, dalam kasus yang penyebabnya dapat diidentifikasi, ensefalitis umumnya terbagi menjadi dua jenis utama, dikutip dari laman Mayo Clinic:
1. Ensefalitis infeksius
Jenis ini terjadi ketika virus secara langsung menginfeksi otak. Infeksi bisa terbatas pada satu area atau menyebar ke beberapa bagian otak. Virus merupakan penyebab paling umum dari ensefalitis, meskipun dalam kasus yang sangat jarang, bisa juga disebabkan oleh bakteri, jamur, atau parasit.
Beberapa virus yang diketahui dapat menyebabkan radang otak meliputi:
- Virus Herpes Simpleks (HSV) terdiri dari tipe 1 yang biasanya menyebabkan sariawan dan tipe 2 yang menyebabkan herpes genital. Meski jarang terjadi, infeksi HSV tipe 1 dapat memicu ensefalitis berat yang berisiko menimbulkan kerusakan otak permanen.
- Virus Epstein-Barr dan Varicella-Zoster termasuk dalam keluarga virus herpes. Epstein-Barr merupakan penyebab mononukleosis atau infeksi kelenjar, sedangkan varicella-zoster menyebabkan cacar air dan herpes zoster (cacar api).
- Enterovirus seperti poliovirus dan coxsackievirus umumnya menimbulkan gejala ringan seperti flu, radang mata, atau nyeri perut. Namun, dalam kasus tertentu, virus ini bisa menyerang sistem saraf dan menyebabkan peradangan otak.
- Virus yang ditularkan melalui nyamuk dan virus ensefalitis kuda. Infeksi biasanya muncul dalam beberapa hari hingga dua minggu setelah gigitan nyamuk pembawa virus.
- Virus dari gigitan kutu, seperti virus Powassan, dapat menyebabkan ensefalitis beberapa hari setelah gigitan kutu yang terinfeksi.
- Virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Setelah gejala muncul, virus ini menyebar dengan cepat ke otak dan hampir selalu berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
2. Ensefalitis autoimun
Pada ensefalitis jenis ini, sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan otak secara keliru, seolah-olah otak adalah ancaman. Penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, tetapi kondisi ini bisa dipicu oleh:
- Tumor, baik yang bersifat kanker maupun jinak, biasa disebut sindrom paraneoplastik.
- Infeksi sebelumnya, di mana setelah tubuh sembuh, sistem imun justru menyerang otak.
- Reaksi imun tanpa pemicu jelas, di mana tidak ditemukan penyebab infeksi atau tumor, namun otak tetap diserang oleh antibodi tubuh sendiri.
Gejala radang otak
Gejala radang otak dapat bervariasi tergantung pada penyebab, tingkat keparahan, serta bagian otak yang mengalami peradangan. Pada kasus ringan, gejala bisa menyerupai flu biasa. Namun, pada kasus berat, kondisi ini bisa berkembang cepat dan berisiko mengancam nyawa, terutama jika tidak ditangani secara tepat.
Pada tahap awal atau kasus ringan, baik pada anak maupun orang dewasa, radang otak dapat menunjukkan gejala seperti:
- Demam ringan yang berlangsung terus-menerus
- Sakit kepala yang datang tiba-tiba
- Tubuh terasa lemas, lesu, atau cepat lelah
- Kehilangan nafsu makan
- Perasaan tidak nyaman secara umum, mirip gejala masuk angin
Jika peradangan meluas atau menyerang bagian vital otak, maka akan muncul gejala yang lebih parah, antara lain:
- Demam tinggi yang muncul mendadak
- Mual dan muntah hebat
- Leher kaku yang menandakan iritasi saraf tulang belakang
- Bingung, perubahan perilaku, hingga halusinasi
- Gangguan kemampuan berbicara, mendengar, bahkan melihat
- Kejang mendadak, penurunan kesadaran, atau pingsan
- Mengantuk berlebihan hingga koma
Gejala berat ini umum terjadi pada radang otak orang dewasa, tetapi juga bisa dialami oleh anak-anak, tergantung kondisi klinisnya. Sementara itu, pada bayi dan balita, radang otak anak sering kali menunjukkan tanda yang lebih samar.
Walau demikian, dampaknya tetap serius dan memerlukan perhatian medis segera. Gejalanya meliputi:
- Ubun-ubun (fontanel) yang tampak menonjol
- Rewel terus-menerus, terutama saat disentuh
- Tubuh lemas, tidak aktif, atau tampak lunglai
- Kesulitan menyusu atau makan
- Muntah tanpa penyebab yang jelas
Cara mencegah radang otak anak
Meskipun radang otak anak tidak selalu bisa dicegah sepenuhnya, risikonya dapat dikurangi dengan menghindari penyakit yang bisa menyebabkannya. Melansir dari Kids Health, beberapa langkah pencegahan berikut terbukti efektif menurunkan risiko jika diterapkan secara konsisten sejak dini.
1. Lengkapi imunisasi anak
Vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah ensefalitis yang disebabkan oleh infeksi virus tertentu. Vaksin campak, gondok, rubela (MMR), dan cacar air telah terbukti mampu menurunkan angka kejadian radang otak akibat virus secara drastis.
Ada baiknya imunisasi dasar Si Kecil diberikan sesuai jadwal yang dianjurkan dokter atau posyandu, karena bisa membantu mencegah berbagai infeksi penyebab ensefalitis.
2. Terapkan kebiasaan hidup bersih
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan merupakan langkah pencegahan yang tak kalah penting. Biasakan anak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan, setelah bermain, dan setelah buang air. Ini dapat mencegah masuknya virus dan bakteri yang bisa memicu infeksi otak.
3. Lindungi dari gigitan nyamuk dan kutu
Beberapa jenis ensefalitis ditularkan melalui gigitan serangga, seperti nyamuk dan kutu. Untuk itu terapkan perlindungan tubuh dengan:
- Kenakan pakaian panjang saat anak berada di luar rumah, terutama saat pagi dan sore hari.
- Gunakan salep anti nyamuk khusus anak yang aman untuk kulitnya.
- Pasang kelambu atau kasa nyamuk di tempat tidur dan ventilasi rumah.
4. Cegah perkembangbiakan nyamuk
Jaga lingkungan sekitar rumah agar tetap bersih dan bebas dari genangan air. Kosongkan tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk, seperti pot bunga, ember, ban bekas, atau saluran air yang mampet.
5. Hindari paparan dari orang yang sakit
Anak-anak sebaiknya tidak terlalu dekat dengan orang yang sedang mengalami infeksi virus, terutama jika menunjukkan gejala seperti demam, batuk, atau ruam. Sistem imun anak yang masih berkembang membuat mereka lebih rentan tertular.
Diagnosis radang otak anak (Ensefalitis)
Untuk memastikan apakah anak mengalami radang otak, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan medis. Deteksi dini dilakukan guna mencegah kerusakan otak yang lebih luas dan menetapkan penanganan yang tepat.
Dilansir Children's Hospital of Philadelphia, beberapa tes yang umum dilakukan untuk mendiagnosis radang otak anak maupun orang dewasa, antara lain:
1. CT scan atau MRI
Tes pencitraan ini bertujuan untuk melihat kondisi otak secara detail. CT scan menggunakan sinar-X dan teknologi komputer untuk menghasilkan gambar penampang otak, sementara MRI memanfaatkan medan magnet dan gelombang radio. Keduanya berguna untuk mendeteksi adanya pembengkakan, perdarahan, atau kelainan struktural yang menandakan peradangan otak.
2. Elektroensefalogram (EEG)
EEG merekam aktivitas listrik otak melalui elektroda yang ditempelkan di kulit kepala. Pemeriksaan ini membantu mendeteksi kelainan gelombang otak, seperti pada kasus kejang atau gangguan kesadaran.
3. Pungsi Lumbal
Deteksi dilakukan dengan mengambil sampel cairan serebrospinal (CSF) dari tulang belakang bagian bawah. Tes ini dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi, peradangan, atau peningkatan tekanan di otak dan sumsum tulang belakang.
4. Tes laboratorium
- Tes darah: untuk mendeteksi infeksi virus, bakteri, atau reaksi imun tubuh.
- Tes urine dan feses: membantu mencari sumber infeksi dari saluran pencernaan atau kemih.
- Sputum culture (uji dahak): dilakukan jika dicurigai infeksi berasal dari saluran pernapasan.
5. X-ray
X-ray atau rontgen digunakan untuk melihat kondisi paru-paru dan organ lainnya yang mungkin menjadi sumber infeksi penyerta, terutama bila anak menunjukkan gejala pernapasan.
6. Biopsi otak
Dalam kasus yang sangat jarang dan kompleks, pengambilan sampel jaringan otak mungkin dilakukan untuk menegakkan diagnosis secara pasti, jika hasil pemeriksaan lain belum memberikan kejelasan.
Bisakah radang otak pada anak disembuhkan?
Dalam banyak kasus, ensefalitis dapat disembuhkan, terutama jika ditangani sejak dini. Anak yang menerima perawatan medis secara intensif dan tepat waktu, umumnya memiliki peluang besar untuk pulih sepenuhnya tanpa komplikasi serius.
Namun, proses pemulihan setiap anak bisa berbeda. Hal ini bergantung pada sejumlah faktor, seperti jenis infeksi yang menyebabkan ensefalitis, bagian otak yang terdampak, serta seberapa baik tubuh anak merespons pengobatan.
Pada beberapa kasus, anak mungkin mengalami efek jangka panjang, seperti gangguan bicara, kesulitan bergerak, atau penurunan fungsi kognitif. Untuk kondisi seperti ini, diperlukan penanganan lanjutan berupa rehabilitasi neurologis, termasuk terapi wicara, terapi okupasi, atau fisioterapi agar kemampuan anak bisa pulih secara bertahap.
Apakah radang otak memengaruhi kecerdasan anak?
Radang otak bisa memengaruhi kecerdasan dan kemampuan berpikir anak. Melansir Encephalitis International, peradangan yang terjadi di otak dapat menimbulkan gangguan kognitif jangka panjang, seperti penurunan daya ingat, konsentrasi, hingga kemampuan berbahasa. Dampak ini tentu bisa memengaruhi keseharian anak, mulai dari belajar, menyelesaikan tugas, hingga bersosialisasi.
Beberapa anak mengalami kesulitan memproses informasi. Mereka menjadi lebih lambat dalam merespons, sulit fokus, dan mudah kewalahan saat menerima banyak rangsangan, seperti suara atau percakapan. Gangguan memori juga bisa terjadi, misalnya lupa materi pelajaran, nama teman, atau kejadian yang baru saja dialami.
Masalah bahasa pun kerap muncul, seperti sulit memahami ucapan orang lain, bingung memilih kata, atau berbicara tidak runtut. Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal sebagai afasia, yaitu gangguan kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak.
Selain itu, ensefalitis dapat memengaruhi fungsi eksekutif, yaitu kemampuan untuk merencanakan, mengatur aktivitas, dan mengontrol emosi. Anak bisa terlihat mudah bingung, kehilangan motivasi, atau sulit menyelesaikan tugas secara mandiri.
Dalam beberapa kasus, anak juga bisa mengalami penurunan kesadaran terhadap kondisinya. Mereka tidak menyadari adanya perubahan perilaku atau cara berpikir, bahkan menyangkal bahwa dirinya memiliki masalah. Pada kondisi yang lebih jarang, ensefalitis juga dapat menyebabkan prosopagnosia (kesulitan mengenali wajah) dan konfabulasi (mengarang ingatan palsu yang diyakini nyata).
Oleh karena itu, setelah fase akut ensefalitis, evaluasi neuropsikologis sangat disarankan. Pemeriksaan ini membantu mengenali dampak kognitif secara menyeluruh sekaligus menyusun rencana pemulihan, agar anak dapat kembali beraktivitas dengan lebih baik.
Cara mengobati radang otak
Radang otak anak memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Penanganan medis dilakukan secepat mungkin untuk mengatasi penyebab utama dan mencegah komplikasi yang dapat mengganggu fungsi otak secara permanen. Berikut beberapa bentuk pengobatan yang umum diberikan:
- Obat antivirus: digunakan jika ensefalitis disebabkan oleh infeksi virus, terutama virus herpes simpleks (HSV) yang sering menjadi penyebab utama kasus ensefalitis berat. Pemberian antivirus seperti asiklovir harus dilakukan sedini mungkin untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
- Kortikosteroid: obat ini berfungsi mengurangi peradangan dan pembengkakan pada jaringan otak, terutama pada kasus yang melibatkan respons imun berlebihan atau ensefalitis autoimun.
- Anti-kejang: jika anak mengalami kejang, dokter akan memberikan obat anti-kejang untuk menstabilkan aktivitas listrik di otak dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
- Parasetamol atau obat sejenis dapat diberikan untuk menurunkan demam dan meredakan sakit kepala yang sering menyertai ensefalitis.
- Terapi rehabilitasi, seperti fisioterapi, terapi okupasi, dan terapi bicara untuk memulihkan fungsi yang terganggu pasca fase akut terlewati.
Komplikasi radang otak
Komplikasi radang otak anak sangat bergantung pada beberapa faktor, seperti usia, penyebab infeksi, serta kecepatan dan ketepatan pengobatan yang diberikan. Pada kasus ringan, anak bisa pulih tanpa mengalami gangguan jangka panjang, asal mendapatkan penanganan medis sejak dini, ya, Bunda.
Namun, jika ensefalitis berlangsung berat atau tidak segera ditangani, berbagai komplikasi bisa muncul, baik sementara maupun permanen. Beberapa di antaranya meliputi:
- Kelelahan berkepanjangan
- Gangguan motorik seperti kesulitan berjalan atau koordinasi tubuh yang menurun
- Perubahan emosi dan perilaku
- Penurunan daya ingat dan konsentrasi
- Gangguan penglihatan atau pendengaran
- Kesulitan bicara atau memahami percakapan
- Risiko koma atau kematian jika tidak segera ditangani
Kapan harus ke dokter?
Radang otak anak bisa berkembang dengan cepat dan membahayakan jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, Ayah dan Bunda wajib mengenali tanda bahaya dan segera mencari bantuan medis.
Segera bawa anak ke dokter atau rumah sakit terdekat jika ia menunjukkan gejala berikut:
- Demam tinggi, terutama jika disertai kejang atau leher kaku
- Gangguan bicara, pendengaran, atau penglihatan yang muncul tiba-tiba
- Kesulitan bergerak, tidak bisa berjalan, atau tidak mampu menggerakkan anggota tubuh
- Perubahan perilaku drastis, seperti kebingungan, mudah marah, atau tidak responsif
- Hilang kesadaran, tampak sangat mengantuk, atau tidur terus-menerus dan sulit dibangunkan
Untuk bayi dan balita, waspadai juga tanda-tanda berikut ini, Bunda:
- Demam di atas 38°C, terutama pada bayi di bawah usia tiga bulan
- Ubun-ubun (fontanel) yang tampak menonjol
- Menangis terus-menerus, terutama saat disentuh, tanpa sebab jelas
- Tampak lemas, tidak responsif, atau menolak menyusu
Demikian informasi tentang radang otak pada anak. Semoga informasi dapat semakin membantu Ayah dan Bunda lebih waspada dan sigap menjaga kesehatan Si Kecil. Jangan ragu konsultasi ke dokter jika muncul gejala yang mencurigakan, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak video di bawah ini, Bun:
Tak Hanya IQ Tinggi, Ini 7 Tanda Anak & Orang Dewasa Memiliki Otak Jenius
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Studi Ungkap 7 Aktivitas yang Bisa Meningkatkan Kecerdasan Anak, Segera Lakukan Bun!
7 Kebiasan Orang Tua Membuat Otak Anak Mengecil, Termasuk Memukul & Berteriak
5 Stimulasi Sentuhan untuk Merangsang Otak di 1.000 Hari Kehidupan Bayi
Beda Perkembangan Otak Anak Laki-laki dan Perempuan, Seperti Apa?
TERPOPULER
5 Potret Transformasi Harper Putri Victoria & David Beckham yang Ultah ke-14
5 Waktu yang Dilarang Berhubungan Intim Menurut Islam dan Bahayanya
Jangan Anggap Remeh, Ini Kelelahan Tanda Kanker hingga Diabetes
10 Perilaku "Sopan" di Pesawat yang Ternyata Dibenci Pramugari
Tahun Berapa Anak Gen Z? Ketahui Karakter, Faktor Pembentuknya & Cara Mendidiknya
REKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Sabun Bayi Cair yang Bagus dan Aman, Pilihan Terbaik untuk Si Kecil
ZAHARA ARRAHMAREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Sepatu Sekolah Terbaik yang Bagus dan Awet
KinanREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Susu untuk Kecerdasan Otak Anak Usia 12 Tahun
ZAHARA ARRAHMAREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Body Serum Terbaik untuk Sehatkan dan Merawat Kulit
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Sikat Gigi Anak yang Aman dan Lembut
ZAHARA ARRAHMATERBARU DARI HAIBUNDA
5 Potret Transformasi Harper Putri Victoria & David Beckham yang Ultah ke-14
Tahun Berapa Anak Gen Z? Ketahui Karakter, Faktor Pembentuknya & Cara Mendidiknya
Jangan Anggap Remeh, Ini Kelelahan Tanda Kanker hingga Diabetes
5 Waktu yang Dilarang Berhubungan Intim Menurut Islam dan Bahayanya
Keutamaan Rutin Membaca Surat Al Waqiah, Salah Satunya Melancarkan Rezeki
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
5 Posisi Bercinta yang Baik dan Benar Menurut Islam
-
Beautynesia
Tebak Kepribadian dari Kerapian Rumah, Bisa Jadi Cerminan Sisi Dirimu yang Tersembunyi!
-
Female Daily
Byeon Woo Seok Jadi Pemeran Utama di Drakor Adaptasi Webtoon ‘Solo Leveling’ yang Populer!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
7 Momen Langka Pangeran William-Kate Mesra saat Sambut Presiden Prancis
-
Mommies Daily
Vitamin dan Suplemen Terbaik untuk Perempuan 40+: Kulit Kencang, Tulang Kuat, Bebas Nyeri Sendi