HaiBunda

PARENTING

Kesehatan Mental Ayah Pengaruhi Perkembangan Emosional dan Kognitif Anak

ZAHARA ARRAHMA   |   HaiBunda

Jumat, 18 Jul 2025 17:10 WIB
Kesehatan mental ayah/ Foto: Getty Images/DragonImages

Selama ini, perhatian terhadap kesehatan mental orang tua lebih sering tertuju pada ibu. Padahal, kesehatan mental ayah juga memegang peranan penting dalam menciptakan lingkungan keluarga yang sehat dan harmonis. Di balik peran ayah sebagai pencari nafkah atau figur yang terlihat kuat, tak jarang tersimpan beban emosional yang tidak mudah diungkapkan.

Pernahkah Bunda membayangkan bagaimana jika seorang ayah mengalami stres, kecemasan, atau kelelahan mental namun merasa harus menahannya sendiri? Tanpa disadari, kondisi ini bukan hanya berdampak pada kesejahteraan ayah itu sendiri, tetapi juga bisa memengaruhi kualitas pengasuhannya dan berdampak langsung pada perkembangan emosional serta kognitif Si Kecil.

Penasaran seperti apa faktanya? Yuk, simak penjelasan berdasarkan studi dan pandangan ahli yang bisa membantu Ayah memahami pentingnya menjaga kesehatan mental diri demi mendukung tumbuh kembang anak secara optimal!


Peran Ayah tak bisa diabaikan dalam tumbuh kembang anak

Perbincangan mengenai tumbuh kembang anak seringkali hanya berfokus pada peran ibu. Bunda dianggap sebagai sosok sentral yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan perkembangan Si Kecil, mulai dari masa kehamilan, proses melahirkan, menyusui, hingga mengasuh anak di usia dini. Tidak jarang, berbagai program dan kebijakan pun lebih banyak ditujukan untuk mendukung kesejahteraan fisik dan mental para ibu.

Namun, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics tahun 2025, mulai meneliti peran dan kesehatan mental ayah secara lebih serius. Penelitian berskala besar ini menyatakan bahwa kesehatan mental Ayah juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan Si Kecil, baik dalam aspek kognitif, emosional, sosial, hingga fisik.

Penelitian ini menjadi bukti paling komprehensif dalam menunjukkan hubungan antara gangguan kesehatan mental ayah pada masa perinatal, yakni periode dari masa kehamilan hingga dua tahun pasca kelahiran, dan berbagai aspek perkembangan anak hingga usia 18 tahun.

“Hal yang paling menonjol dari studi ini adalah betapa konsistennya tren yang terlihat,” ujar psikolog klinis dan peneliti utama dari SEED Lifespan Research Centre, Deakin University, Australia, Dr. Delyse Hutchinson.

Ia melanjutkan, "Temuan ini menekankan pentingnya mendukung ayah secara mental dan emosional, jika kita menginginkan hasil perkembangan anak dan keluarga yang optimal.”

Kesehatan mental Ayah rentan selama masa perinatal

Masa perinatal tidak hanya penuh tantangan bagi ibu, tetapi juga bagi ayah. Dalam studi tersebut, peneliti mencatat bahwa ayah juga berisiko mengalami gangguan psikologis selama masa transisi menjadi orang tua. Melansir dari CNN Health, populasi gangguan mental ayah selama masa ini cukup signifikan, di antaranya:

  • 8 persen ayah mengalami depresi klinis
  • 11 persen mengalami gangguan kecemasan
  • 6–9 persen mengalami stres tinggi

Meskipun gejala-gejala ini mungkin tidak selalu terlihat jelas, dampaknya terhadap cara ayah berinteraksi dengan anak sangat nyata. Ayah yang mengalami gangguan kesehatan mental cenderung:

  • Menjadi kurang responsif terhadap kebutuhan emosional anak
  • Menarik diri dari rutinitas harian seperti bermain atau membacakan cerita
  • Mengalami kesulitan membentuk ikatan emosional yang sehat dengan anak

Akibatnya, Si Kecil dapat mengalami hambatan perkembangan dalam beberapa aspek penting, seperti:

  • Perkembangan sosial-emosional, seperti kemampuan menjalin hubungan positif, empati, dan regulasi emosi.
  • Kemampuan kognitif, termasuk memori, atensi, IQ, hingga performa akademik.
  • Kemampuan bahasa yang berhubungan erat dengan interaksi harian.
  • Perkembangan fisik, seperti tinggi badan, berat badan, kualitas tidur, dan gangguan pencernaan.

Sementara itu, tidak ditemukan kaitan signifikan antara kesehatan mental Ayah dengan perkembangan adaptif dan motorik Si Kecil. Namun, para peneliti tetap menyarankan pengawasan intensif karena perkembangan anak dapat berubah-ubah seiring waktu.

Bagaimana kesehatan mental Ayah bisa memengaruhi anak?

Hubungan antara kesehatan mental Ayah dan perkembangan anak, sangat erat kaitannya dengan bagaimana ia terlibat secara emosional dan fisik dalam pengasuhan sehari-hari. Gangguan psikologis dapat mengubah cara ayah berinteraksi, memengaruhi ekspresi kasih sayang, hingga menurunkan kualitas komunikasi dengan anak.

“Kondisi psikologis ayah pasca kelahiran tampaknya memiliki pengaruh lebih langsung terhadap perkembangan anak dibanding kondisi sebelum anak lahir. Ini bisa disebabkan oleh perubahan nyata dalam perilaku pengasuhan dan bagaimana ikatan antara ayah dan anak terbentuk sejak dini," ujar Dr. Hutchinson.

Studi ini mencatat bahwa dampak negatif kesehatan mental ayah paling kuat terlihat pada masa bayi dan balita. Masa ini merupakan periode sensitif ketika anak belajar membangun rasa percaya dan mengenali dunia sosial di sekitarnya. Jika Ayah mengalami depresi atau stres, Si Kecil mungkin merasa kurang diperhatikan atau tidak mendapatkan stimulasi yang cukup.

Meski demikian, dampaknya tidak hanya terbatas pada usia dini. Anak yang tidak mendapatkan dukungan emosional yang cukup dari ayah dapat membawa luka psikologis hingga usia sekolah atau remaja. Beberapa masalah jangka panjang yang mungkin muncul antara lain kecemasan, kesulitan belajar, atau masalah perilaku.

Dukung kesehatan mental Ayah adalah investasi masa depan anak

Studi ini tidak bertujuan untuk menyalahkan Ayah atas munculnya hambatan dalam perkembangan Si Kecil. Sebaliknya, penelitian ini menjadi pengingat penting bahwa dukungan terhadap seluruh anggota keluarga, termasuk ayah, adalah kunci membentuk lingkungan pengasuhan yang sehat.

“Ayah dan anak bisa saja sama-sama terdampak oleh faktor besar yang sama, seperti kemiskinan, tekanan ekonomi, atau ketidaksetaraan sosial,” jelas Dr. Arwa Nasir, profesor pediatri dari University of Nebraska Medical Center.

Atas dasar itu, para peneliti dan ahli kesehatan menyerukan agar sistem layanan kesehatan mental mulai mengintegrasikan deteksi dini dan dukungan khusus bagi ayah, tidak hanya terfokus pada ibu. Salah satu pendekatan yang diusulkan adalah mengadaptasi skrining depresi pasca persalinan yang selama ini diperuntukkan bagi Bunda agar juga dapat diterapkan pada Ayah.

Ada banyak cara konkret yang bisa dilakukan untuk memperkuat kesehatan mental ayah dan membangun lingkungan keluarga yang lebih stabil secara emosional. Beberapa strategi yang direkomendasikan antara lain:

  • Menyediakan pemeriksaan rutin kesehatan mental untuk ayah di layanan kesehatan ibu dan anak
  • Memberikan akses yang mudah ke konseling atau terapi keluarga
  • Membentuk kelompok dukungan ayah, baik secara tatap muka maupun daring
  • Mengembangkan aplikasi digital berbasis mindfulness dan terapi perilaku kognitif (CBT) untuk membantu ayah mengelola stres

Namun, semua inisiatif ini hanya akan berhasil jika para ayah merasa memiliki ruang aman untuk berbicara terbuka tanpa takut dicap lemah. Oleh karena itu, lingkungan sosial dan pelayanan kesehatan perlu mendorong keterbukaan dan menormalkan pembicaraan soal kesehatan mental Ayah.

“Meminta bantuan bukanlah kelemahan. Sebaliknya, itu adalah bentuk keberanian dan cinta kepada keluarga. Bahkan jika anak sudah tumbuh besar, tidak pernah ada kata terlambat untuk mulai menjaga kesehatan mental diri sendiri,” tegas dr. Hutchinson.

Demikian rangkuman informasi berdasarkan studi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental ayah demi mendukung tumbuh kembang emosional dan kognitif anak. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi referensi yang membantu, ya!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Simak video di bawah ini, Bun:

7 Cara Mengajarkan Anak agar Memiliki Karakter Pantang Menyerah

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

5 Outfit Sheila Dara yang Enggak Pernah Gagal, Kasual hingga Formal

Mom's Life Nadhifa Fitrina

30 Lagu Persembahan Kristen dalam Ibadah Gereja Terpopuler, Ajarkan ke Si Kecil

Parenting ZAHARA ARRAHMA

5 Cara agar Anak Percaya dan Mau Cerita pada Orang Tua Menurut Pakar

Parenting Asri Ediyati

Amankah Ibu Hamil Makan Chia Seed? Ini Jawaban Pakar

Kehamilan Annisa Karnesyia

Doa Sebelum Belajar, Agar Diberi Kemudahan Menyerap Ilmu Pelajaran

Mom's Life Amira Salsabila

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

5 Outfit Sheila Dara yang Enggak Pernah Gagal, Kasual hingga Formal

30 Lagu Persembahan Kristen dalam Ibadah Gereja Terpopuler, Ajarkan ke Si Kecil

Doa Sebelum Belajar, Agar Diberi Kemudahan Menyerap Ilmu Pelajaran

5 Cara agar Anak Percaya dan Mau Cerita pada Orang Tua Menurut Pakar

Amankah Ibu Hamil Makan Chia Seed? Ini Jawaban Pakar

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK