PARENTING
Obesitas Anak Naik Dua Kali Lipat, RI Terapkan Aturan Label Merah Produk Tinggi Gula Mulai 2027
Kinan | HaiBunda
Senin, 15 Sep 2025 09:10 WIBIndonesia kini tengah berupaya menekan risiko obesitas yang meningkat dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Salah satunya dengan menerapkan aturan label merah untuk produk tinggi gula mulai tahun 2027.
Dikutip dari Reuters, data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan kenaikan kasus obesitas yang sangat pesat.
United Nations Children's Fund atau UNICEF juga memperingatkan adanya risiko obesitas pada 1 dari 3 orang dewasa dan 1 dari 5 anak usia sekolah.
Perubahan penerapan aturan ini muncul setelah adanya lobi dari Amerika Serikat. Presiden Trump dan pemerintahnya mendesak Presiden Prabowo Subianto mengkaji ulang rencana penerapan label makanan tinggi gula, garam, dan lemak tersebut.
"Kami akan edukasi terlebih dahulu, lalu dua tahun dari sekarang pembatasan diberlakukan," ungkap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, dikutip dari Reuters.
Ini merupakan tanggapan resmi Indonesia tahun lalu atas pertanyaan dari World Trade Organization (WTO) mengenai rencana tentang aturan label tersebut.
Baca Juga : Obesitas Anak, Diturunkan dari Bunda atau Ayah?
|
Seperti apa aturan label produk tinggi gula?
Aturan ketat ini mencakup pembatasan iklan dan larangan penjualan di dekat sekolah, terutama untuk produk yang diberi label tidak sesuai.
Menurut Nadia, Amerika Serikat kemudian mempertanyakan kebijakan tersebut. Meski tidak memberikan jawaban rinci, Food and Drug Administration (FDA) menyatakan bahwa perusahaan yang mengekspor dari AS harus mematuhi hukum dan regulasi AS, serta persyaratan dari negara tujuan ekspor.
Food Industry Asia (FIA) yang merupakan asosiasi anggota perusahaan multinasional makanan dan minuman yang berbasis di Singapura, mengatakan anggotanya mendukung rencana dan jadwal pelabelan Indonesia.
"Tetapi pilihan teknis yang detail itu penting. Masa tenggang adalah hal umum dalam perubahan label dan ini memberi waktu perusahaan untuk beradaptasi," imbuh Matt Kovac dari FIA.
Tantangan dalam penerapan aturan label
Indonesia sebenarnya sudah sejak tahun 2021 mewajibkan perusahaan untuk mencantumkan informasi gizi pada kemasan makanan olahan. Kemudian di tahun 2024 muncul rencana peluncuran sistem label 'lampu lalu lintas'.
Label warna merah untuk produk tinggi lemak, garam, dan gula. Sementara itu, label warna hijau untuk produk yang memiliki lemak, garam dan gula dengan kadar rendah.
"Mulai akhir 2025, kementerian akan mengizinkan perusahaan menggunakan stiker seperti ini pada produk sebelum pembatasan diberlakukan dua tahun kemudian," kata Nadia Tarmizi.
Menurut data Organisation for Economic Cooperation and Development di tahun 2023, lebih dari 40 negara sudah menggunakan sistem serupa, baik sukarela maupun wajib. Singapura sebagai negara tetangga juga sudah memiliki sistem label 'lampu lalu lintas' serupa, yang kemudian menjadi contoh bagi Indonesia.
Banyak negara menghadapi penolakan keras dari kelompok industri, yang sering berargumen bahwa perusahaan sudah mencantumkan informasi gizi produk dengan jelas.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan mencocokkan label dengan isi produk di laboratorium yang ditunjuk pemerintah untuk memastikan akurasi. Produsen makanan di AS menilai rencana pelabelan ini akan berdampak signifikan pada ekspor barang ke Indonesia.
Bahaya obesitas dan diabetes pada anak
Dikutip dari Healthy Children, diabetes adalah kondisi medis kronis yang menyebabkan masalah pada kemampuan tubuh untuk mengubah makanan (terutama gula karbohidrat) menjadi energi.
Kadar gula darah yang tinggi akibat diabetes yang tidak ditangani dengan baik dapat merusak jantung, pembuluh darah, ginjal, mata, dan sistem saraf selama bertahun-tahun.
Dua bentuk diabetes yang paling umum adalah diabetes tipe 1 dan tipe 2. Keduanya dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi anak-anak lebih sering terdiagnosis diabetes tipe 1.
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup hormon yang disebut insulin. Hal ini membuat tubuh tidak dapat menggunakan gula, sehingga gula menumpuk dalam aliran darah.
Gula (atau glukosa) yang tidak dapat digunakan tubuh kemudian keluar melalui urine dan membawa serta air.
Meskipun diabetes tipe 1 dapat mulai pada usia berapa saja, tapi paling banyak terjadi di usia 5–6 tahun dan 11–13 tahun.
Tanda pertama yang sering muncul adalah meningkatnya frekuensi buang air kecil, terutama di malam hari, yang bisa membuat anak yang sudah terbiasa toilet training kembali mengompol.
Gejala penting lainnya termasuk sering haus, mudah lelah, penurunan berat badan, dan peningkatan nafsu makan.
Diabetes tipe 2
Dulunya, diabetes tipe 2 hampir tidak pernah dialami oleh anak-anak. Namun dengan meningkatnya angka obesitas anak, semakin banyak pula anak yang didiagnosis diabetes tipe 2.
Obesitas bukan sekadar masalah penampilan, tetapi bisa menimbulkan gangguan kesehatan serius. Anak yang obesitas lebih berisiko mengalami:
- Diabetes tipe 2
- Tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi
- Gangguan pernapasan, seperti sleep apnea
- Masalah sendi akibat beban berlebih
Selain masalah berat badan, faktor risiko lain diabetes tipe 2 pada anak meliputi memiliki anggota keluarga dengan penyakit ini atau lahir dari ibu pengidap diabetes saat hamil (diabetes gestasional).
Gejalanya mirip dengan diabetes tipe 1 dan bisa muncul secara bertahap. Area kulit yang menggelap, terutama di leher atau ketiak, juga umum terjadi.
Pengelolaan diabetes pada anak
Sampai saat ini, belum ada obat yang spesifik untuk diabetes. Namun, anak dengan kondisi ini dapat menjalani hidup normal jika kondisinya terkontrol.
Pengelolaan diabetes berfokus pada pemantauan kadar gula darah, terapi pengobatan seperti insulin (diberikan melalui suntikan harian atau pompa insulin), serta menjaga pola makan sehat.
Pastikan untuk selalu memantau kadar gula darah tetap dalam batas normal. Hal ini sangat penting karena dapat menurunkan risiko masalah kesehatan jangka panjang akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain pola makan sehat, biasakan anak untuk berolahraga minimal 30 menit sehari demi tubuh sehat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)