HaiBunda

PARENTING

Kasus Bullying Meningkat pada Anak, Psikolog Ungkap Sekolah Harus Jadi Garda Terdepan

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Jumat, 14 Nov 2025 23:30 WIB
Ilustrasi Kasus Bullying Meningkat pada Anak, Psikolog Ungkap Sekolah Harus Jadi Garda Terdepan/Foto: Getty Images/iStockphoto/Tomwang112
Jakarta -

Lingkungan belajar anak-anak di Indonesia saat ini belum sepenuhnya aman dari perundungan. Kita pasti sering mendengar atau melihat tanda-tanda bullying yang kerap kali membuat para orang tua merasa khawatir.

Seperti pada kasus perundungan di Bali baru-baru ini menjadi bukti kalau ternyata tindakan bullying masih marak terjadi, Bunda. Oleh karena itu, perlindungan anak di sekolah dan lingkungan pendidikan perlu mendapatkan perhatian lebih.

Menilik data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menunjukkan peningkatan tajam terhadap kasus bullying. Pada 2024 tercatat 573 kasus, naik lebih dari 100 persen dibandingkan di tahun 2023 yang hanya 285 kasus.


Dampak dari perilaku bullying tak hanya terlihat secara fisik saja, tetapi juga bisa berpengaruh pada kondisi psikologis anak. Hal ini tentunya membuat psikolog merasa prihatin.

"Tentunya ada perasaan duka cita, keprihatinan, sedih dan khawatir terhadap fenomena bullying yang belakangan ini memang semakin meningkat. Perundungan bukan hanya merugikan korban secara fisik, tetapi dampak psikologisnya juga sangat besar. Dan hal ini menunjukkan masih banyak lingkungan yang kurang empati walaupun sudah banyak informasi di luar sana mengenai kerugian dan tindakan ini," tutur psikolog klinis dan konselor anak dari sekolah Cikal Amri Setu, Jakarta Timur, Winny Suryania, M. Psi. Psikolog.

Peran sekolah untuk mencegah terjadinya bullying

Sebagai seorang psikolog, Winny Suryania mengatakan bahwa sekolah harus menjadi sebagai garda terdepan dalam mencegah dan menangani kasus bullying. Upaya ini bisa dilakukan lewat edukasi, sosialisasi, hingga pengembangan peer support atau dukungan emosional supaya siswa bisa saling menjaga dan membantu teman sebayanya.

"Sekolah dalam hal ini dapat berperan menjadi garda depan pada melakukan tindakan pencegahan dan penanganan. Pencegahan bisa dilakukan mulai dari membangun budaya sekolah yang aman dan inklusif, melakukan edukasi/sosialisasi berkala mengenai bullying pada semua komunitas sekolah (orang tua, murid, guru, staff, vendor yang sering bekerja sama dengan sekolah) edukasi pada murid dilakukan sesuai tahap usia perkembangan," ujar Suryania.

Selain itu, edukasi soal ini tidak hanya diberikan di kelas saja, tetapi juga bisa melalui kegiatan rutin di sekolah. Psikolog Winny Suryania menambahkan pemberdayaan siswa untuk membentuk peer support sangatlah efektif untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, Bunda.

"Bisa diberikan tidak hanya dalam sesi pembelajaran, namun juga pada kegiatan murid, misalnya memberdayakan murid untuk membentuk peer support agar bisa saling menjaga dan membantu orang lain, hal ini bisa lewat kegiatan sekolah yang dilakukan secara rutin," katanya.

Lebih lanjut, edukasi yang diberikan sejak awal ini juga bisa membantu staf sekolah memiliki pemahaman yang sama mengenai bullying, Bunda. Langkah ini penting supaya upaya pencegahan dan perlindungan anak dapat berjalan dengan efektif.

"Pentingnya edukasi ini diberikan pada lapisan sekolah agar komunitas sekolah memiliki satu visi misi dan pemahaman yang sama terhadap perilaku bullying tersebut dan tindakan pencegahan yang perlu dilakukan," tambah Suryania.

Sekolah perlu mempunyai pengawas dan layanan konseling yang aktif

Selain terkait edukasi, sekolah perlu mempunyai aturan dan kebijakan untuk mencegah terjadinya perundungan. Dalam hal ini, psikolog menyebut peran aktif sekolah sangatlah dibutuhkan.

"Selain edukasi, perlu juga penerapan dan kebijakan yang tegas. Sekolah juga perlu memiliki satgas sebagai pengawas aktif dan sebagai contoh untuk perilaku dan relasi positif dengan orang lain," ucap Suryania.

Akses ke layanan konseling juga tak kalah penting, Bunda. Layanan ini nantinya bisa membantu anak-anak menerima bimbingan dan dukungan yang mereka butuhkan.

"Terakhir, sekolah perlu memiliki akses untuk menyediakan layanan konseling atau merujuk pada ahli untuk membantu lebih jauh pada pemulihan atau pendampingan komunitas sekolah," tuturnya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/fir)

Simak video di bawah ini, Bun:

Tanpa Sadar, 7 Kalimat Ini Bisa Jadi Bentuk Gaslighting pada Anak

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Rumah Modern dan Asri Milik Rossa, Intip Potretnya yang Dilengkapi Musala hingga Kolam Renang

Mom's Life Annisa Karnesyia

8 Makanan Ini Bisa Mempercepat Penuaan Dini, Ada yang Favorit Warga RI

Mom's Life Amira Salsabila

Kasus Bullying Meningkat pada Anak, Psikolog Ungkap Sekolah Harus Jadi Garda Terdepan

Parenting Nadhifa Fitrina

5 Potret Gemas El & Leshia Anak Lesti Kejora yang Umurnya Berdekatan, Kini Menanti Adik Baru

Parenting Nadhifa Fitrina

5 Potret Raisa di Premiere Wicked: For Good, Tunjukkan Karya Zalina pada Ariana Grande

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

73 Lagu Rohani Kristen Terbaik dan Terpopuler, Penyembahan & Pujian Syukur

Rumah Modern dan Asri Milik Rossa, Intip Potretnya yang Dilengkapi Musala hingga Kolam Renang

Kasus Bullying Meningkat pada Anak, Psikolog Ungkap Sekolah Harus Jadi Garda Terdepan

8 Makanan Ini Bisa Mempercepat Penuaan Dini, Ada yang Favorit Warga RI

5 Potret Gemas El & Leshia Anak Lesti Kejora yang Umurnya Berdekatan, Kini Menanti Adik Baru

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK