Jakarta -
Isu perselingkuhan memang nggak ada habisnya dibahas ya, Bun. Ketika udah bicara soal perselingkuhan, ada nih satu istilah yang sering banget disebut yaitu
pelakor alias perebut laki orang atau wanita yang jadi selingkuhan suami.
Soal pelakor ini juga jadi bahan pembicaraan yang hangat ketika saya kumpul bersama keluarga besar. Ada beda pendapat dari para istri kala itu. Beberapa kerabat saya langsung men-cap kalau si pelakor ini sudah pasti salah karena sudah tahu laki-laki beristri, masih saja dipepet. Tapi ada juga kerabat saya yang berpendapat salah laki-lakinya juga nih. Kalau dia bisa berkomitmen walaupun digoda wanita kemungkinan besar nggak akan selingkuh.
Mendengar dua kubu beradu pendapat, saya cuma senyum-senyum aja deh. He-he-he. Tapi, diam-diam saya menanyakan hal ini juga ke psikolog klinis dewasa dari Psychological Service Centre and Laboratory Bina Nusantara University Pingkan Rumondor. Saya penasaran gimana ya soal pelakor ini kalau ditilik dari pandangan psikologi.
Nah, Pingkan setuju kalau pelakor udah jadi istilah sehari-hari nih, Bun. Tapi, dalam dunia nyata saat perselingkuhan terjadi kan ada tiga pihak yang terlibat yaitu suami, istri, dan orang ketiga, nggak cuma satu orang.
"Dalam hal ini aku akan bilang dia orang ketiga atau orang lain.
Pelakor cuma istilah orang awam aja sih sebenarnya. Aku cuma bilang bahwa si suami dan istri dan si orang ketiga, tiga-tiganya ini punya kontribusi terhadap perselingkuhan," tutur Pingkan waktu ngobrol sama HaiBunda.
Kok bisa disebutkan tiga-tiganya punya kontribusi? Ya, soalnya ketika bicara perselingkuhan ada kaitannya sama kepuasan dalam rumah tangga nih, Bun. Misalnya, istri udah merasa dia baik-baik aja tapi nyatanya nggak ngeh sama standar seorang istri buat sang suami.
Atau, istri memang sudah baik tapi sang suami nih yang punya masalah. Di sini, masalah yang dialami suami nggak sekadar nggak bisa mengontrol diri ketika ada wanita lain lho, Bun. Tapi, bisa jadi ada trauma yang dialami dan sulit diatasi sehingga seorang pria dengan mudahnya berpaling ke wanita lain.
"Jadi susah di sini bilang benar atau salah. Yang pasti ada kontribusi suami, istri, dan orang ketiga. Kontribusinya seperti apa dan sebesar apa, tergantung," tutur Pingkan. Nah, kalau menurut Bunda gimana soal
pelakor ini? Jangan segan bagikan pendapat Bunda di kolom komentar ya.
(rdn)