Jakarta -
Ketika anak dihadapkan dengan kondisi, situasi dan tempat baru nggak jarang lho mereka takut. Misalkan ketika mereka harus kita tinggalkan sejenak di daycare atau rumah saudara karena bunda dan ayahnya bekerja.
Menurut psikolog pendidikan, Orissa Anggita Rinjani, anak memang bisa takut pada beberapa hal kayak badut, monster, atau gelap saat berada di tempat baru. Hal ini sangat wajar karena mereka masih belum terlalu bisa bedain mana yang nyata dan mana yang tidak, dan belum terlalu paham cara kerja benda-benda di sekelilingnya.
Nah, kalau dari pengalaman yang dialami psikolog yang akrab disapa Ori ini, di antara berbagai kecemasan itu, yang rasanya hampir pasti akan dialami semua anak itu adalah kecemasan akan perpisahan (separation anxiety).
"Akan ada masa-masa anak kok kayaknya ngekor mulu ke mana kita pergi, kita nggak kelihatan dikit aja nangis, kita ke kamar mandi sebentar aja sampai digedor-gedor," papar Ori saat ngobrol dengan HaiBunda.
Puncaknya adalah ketika orang tua harus bekerja dan ninggalin mereka di rumah, di daycare atau pas nganter mereka ke sekolah. Bisa banget tuh anak nangis kejer dan alhasil bikin kita nggak tega hingga memutuskan cuti, ngajak anak ke kantor atau kalau memungkinkan bekerja dari rumah.
Apa ya yang kira-kira bisa dilakuin orang tua supaya
anak lebih gampang mengatasi kecemasannya? Apalagi ketika kita lepas mereka di daycare, rumah saudara atau sama si Mbak baru. Nah Ori pun memberikan beberapa tips nih biar anak lebih bisa mengatasi kecemasannya.
1. Talk, Talk, Talk
 Perbanyak ngobrol dengan si kecil untuk mengurangi perpisahan yang drama. Foto: Hasan/ detikcom |
Sebelum hari-H yakni hari pertama kali kita menitipkan anak di daycare, di rumah saudara, atau anak masuk sekolah pertama kali jangan bosen-bosen buat sounding.
"Buat semacam kalender di rumah, dan kasih tanda kapan harinya pas anak mulai harus berpisah sama orang tua atau pengasuh. Tiap hari, ajak anak liat kalendernya dan ingetin lagi," kata perempuan lulusan magister psikologi UI ini.
Yakinkan si kecil kalau dia bakal senang-senang di sekolah, daycare, atau di rumah saudara daripada di rumah dan tidak ada temannya. "Tanggapi perasaannya, kasih kata-kata yang nenangin, bisa juga yang relate ke waktu lain ketika dia bisa atasi rasa takut akan sesuatu," tutur Ori.
Misalnya, 'bunda dan ayah tahu adek mungkin takut yah kalau nggak ada bunda atau mbak. Tapi coba deh inget-inget pas waktu lain adek takut, kayak takut berenang pertama kali. Eh ternyata pas adek sudah mau coba, malah adek suka ya sekarang berenang'.
2. Bacakan Cerita dengan Tema Berpisah Kemudian Bertemu Lagi
 Bacakan cerita juga salah satu jalan ampuh biar anak nggak drama ketika ditinggal. Foto: thinkstock |
"Banyak kok buku-buku yang punya tema ini, kayak Llama Llama Misses Mama (Ann Dewdney), The Kissing Hand (Audrey Penn), Good-Bye Book (Judith Viorst), Benjamin Comes Back (Amy Brandt), atau Mama Always Comes Home (Karma Wilson)," kata Co-Founder Rumah Dandelion ini.
Misal kita nggak nemu di toko buku, bisa beli online atau baca gratisan di www.wegivebooks.org. Bisa juga cari di YouTube, ada yang versi audio visualnya.
"Yang jadi poin penekanan di cerita-cerita ini, bahwa memang ada kalanya anak harus pisah dengan orang tua atau pengasuh, but they do come back," tutur Ori.
3. Visualisasi Kegiatan Rutin di Daycare atau RumahKita dapat buat semacam buku cerita sendiri atau semacam visualisasi saja yang isinya gambar-gambar tentang sekuens kegiatan anak.
"Kalau di daycare, sekuensnya bisa circle time, waktu belajar, waktu makan snack, dan waktu penjemputan. Kalau di rumah, sekuensnya bisa waktu mandi pagi, waktu main, waktu makan siang, waktu tidur siang, waktu mandi sore, waktu makan malam, waktu ketemu ayah bundanya," kata Ori.
Buat anak yang belum punya sense of time, visualisasi dan patokan waktu berdasarkan kegiatan ini akan membantu banget. Anak jadi bisa punya antisipasi dan struktur, jadi lebih gampang deh untuk mengatasi kecemasannya karena dia bisa ngebayangin kalau waktu ketemu makin dekat.
4. Buat Ritual PerpisahanPenting banget menciptakan ritual perpisahan baik dengan kalimat atau gerakan atau nyanyian spesial. Atau dengan kata lain buat transisi yang fun.
"Kita bisa tuh ambil contoh dalam film Parent Trap. Nah di sana ada ritual gerakan buat tiap kali ketemu sama pengasuhnya. Jadi sebelum pisah sama
anak, dan pas waktu ketemuan lagi, lakuin deh ritual ini. Ajak anak role play situasi pas pisah dan ketemu, supaya makin siap," papar Ori.
5. Jangan Sembunyi-Sembunyi"Saat beneran udah waktunya kita berpisah, tenangin
anak, lakuin ritual perpisahan, terus segera pergi pokoknya don't prolong goodbye time," papar Ori.
Jangan pergi diam-diam, karena malah bisa buat anak cemas karena nggak tau kapan kita pergi. Next time, yang ada dia malah makin clingy atau lekat. Kalau anak nangis, sabar-sabar dan kuatin diri biar nggak tergoda buat balik lagi ya, Bun.
6. Perpisahan Gradual
 Ingatkan anak. Foto: Thinkstock |
Pas hari-H, sediakan waktu transisi sekitar 30 menit ya, Bun. Pakai teknik jam dinding untuk gentle reminder, 'Nanti kalau sudah jam 8, jarum pendeknya di sini (kita tunjuk angka 8), sudah waktunya bunda pergi kerja ya'.
Bisa juga pakai teknik jam weker 'Nanti kalau alarmnya bunyi, artinya sudah waktunya adek masuk kelas, bunda, ayah, sama mbak pulang. Nanti balik lagi jemput adek'. Ingetin tiap 10 menit waktu perpisahan akan tiba. Makin deket waktunya makin sering kita ingatkan ya, tiap 5 atau 3 menit sekali.
(rdn)