Washington DC -
Ada orang tua yang memiliki kepribadian
narsistik. Nah, pola asuh orang tua yang narsistik sering disebut bisa berefek negatif pada anak. Hmm, apa benar begitu?
Psikolog di situs web gaya hidup milik Gwyneth Paltrow, Goop, mengatakan pengasuhan orang tua yang narsis bisa bermanfaat buat anak. Dalam artikel berjudul 'It's Not Your Fault You're a Narcissist', psikiater New York Suzanne Garfinkle berpendapat narsis bisa membuat orang tua menjadi yang terbaik. Asal mereka tahu bagaimana cara memanfaatkan sifat egoisnya dengan benar.
Suzanne mengatakan narsistik itu gangguan yang memengaruhi diri dan hubungan. Narsistik terjadi ketika seseorang memiliki ketertarikan yang berlebihan atau mengagumi diri mereka sendiri. Orang dengan kepribadian ini cenderung mementingkan diri sendiri dan ada beberapa yang kesulitan berempati.
"Orang narsistik cenderung ingin menjadi hebat tanpa melakukan pekerjaan yang diperlukan dan mereka menggunakan orang lain terutama untuk tujuan membuat diri mereka merasa lebih baik," kata Suzanne seperti dilansir Daily Mail.
Orang tua dengan kepribadian
narsistik biasanya takut mendapat kritik atau penolakan tentang keterampilan mengasuh anak-anak, mereka juga lebih mudah sombong tentang anak-anaknya, serta selalu mengingatkan ke sang anak apa yang sudah dilakukan sebagai bentuk pengorbanannya untuk si kecil. Saat ini, di mata Suzanne cukup banyak orang tua yang narsis tapi itu nggak selalu buruk. Soalnya ada manfaat juga yang didapat, Bun. Apa tuh?
"Orang narsis berinvestasi di diri mereka sendiri. Nah, cerminan diri orang tua yang narsis bisa dilihat anak-anak. Misalnya, anak bisa aja terinspirasi dengan mendengar cerita ibunya yang menggambarkan bagaimana dia menaklukkan pekerjaannya," kata Suzanne.
Tapi ingat, kepribadian narsistik orang tua bisa bermanfaat ketika sifat yang ada dikendalikan ya. Ada sisi positif pastinya ada sisi negatif. Begitu juga dengan orang tua yang narsis dalam mengasuh anak. Kadang-kadang anak dari orang tua narsistik merasa perasaan orang tua mereka lebih penting daripada perasaan mereka. Alhasil, anak-anak ini sering mengabaikan atau menyangkal emosi mereka sendiri.
"Anak-anak mereka sering merasa dihakimi dan dikritik. Sehingga ada risiko anak punya harga diri rendah dan depresi. Kecenderungan orang tua mereka yang marah-marah membuat mereka merasa cinta itu bersyarat. Akibatnya, kecemasan dan masalah kepercayaan sering muncul," kata Suzanne.
Sementara itu, di situs Psychology Today, terapis Pernikahan dan Keluarga Karyl McBride mengatakan narsistik sering disalahpahami. Narsistik sering dianggap sama dengan arogan atau besar kepala. Tapi, Karyl menegaskan dua hal itu berbeda.
"
Narsisistik adalah gangguan yang lebih dalam, lebih merusak dan memiliki dampak buruk pada orang-orang dalam hubungan dengan individu. Nah, anak yang dibesarkan orang tua narsistik yang secara emosional dan psikologis kasar bisa menyebabkan efek jangka panjang yang melemahkan emosional mereka, ketika memang sifat dalam kepribadian narsistik itu tidak terkendali," tutur Karyl.
(rdn)