Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Misteri Putri Konglomerat Dubai Disekap lalu Menghilang

Annisa Afani   |   HaiBunda

Kamis, 18 Feb 2021 21:09 WIB

Perdana menteri Dubai, Syekh Mohammed bin Rashid Al Maktoum.
Putri Latifa/ Foto: Dok. Instagram @d3dubai

Berita mengejutkan datang dari Uni Emirat Arab (UEA), Bunda. Sheikha Latifa binti Mohammed Al Maktoum, anak perempuan konglomerat Dubai Syekh Mohammed bin Rashid al Maktoum, mengaku mendapat perlakuan tak adil.

Wanita 35 tahun ini dikabarkan disandera dan diisolasi dalam ruangan tertutup, tanpa akses matahari, dan tak ada bantuan medis. Peristiwa ini jadi heboh lantaran Latifa muncul ke hadapan publik, lewat video yang direkam secara sembunyi-sembunyi.

Mengutip BCC News, selama diisolasi, Latifa kerap bertukar kabar dengan sahabatnya, Tiina Jauhianen. Komunikasi mereka lakukan secara diam-diam. Dari sana, Tiina terus memantau keadaan Latifa yang sedang terpuruk.

Untuk melancarkan aksinya, Latifa memberi kabar dengan mengirimkan video. Pada Tiina, dia menjelaskan ruang isolasinya sangat tertutup, hingga dijaga ketat oleh beberapa orang di depan pintu.

"Saya membuat video ini dari kamar mandi, karena ini satu-satunya ruangan dengan pintu yang bisa saya kunci. Saya disandera. Saya tidak bebas. Saya diperbudak di penjara ini. Hidup saya tidak ada di tangan saya," ungkap Latifa, dalam video yang ia kirim.

"Saya berada di sebuah vila, dan vila ini telah diubah menjadi penjara. Semua jendela ditutup. Ada lima polisi di luar dan dua polisi di dalam rumah. Dan saya bahkan tidak bisa keluar untuk mencari udara segar," lanjutnya.

Banner Nia Ramadhani

Ketakutan terlihat jelas dalam video Latifa. Ada desakan dan keputusasaan dalam suaranya. Dari penampilannya, Latifa terlihat pucat dan mengalami sedikit pembengkakan. Ia sudah tiga tahun diisolasi, setelah penangkapannya dalam upaya melarikan diri sebelumnya.

Namun secara tiba-tiba, kontak yang terjalin diantara keduanya terputus. Hal ini tentunya membuat Tiina merasa sangat khawatir pada Latifa. Terlebih lagi jika Latifa harus mendapat perlakuan buruk tambahan karena ketahuan menggunakan alat komunikasi dalam ruang selnya tersebut.

"Awalnya, saya pikir mungkin ponselnya bermasalah. Saya berharap, dia akan muncul kembali. Saya tidak bisa yakin atas hal itu," kata Tiina.

Tapi kemudian, dia sadar bahwa Latifa tidak pernah lagi menghubunginya. "Jika berasumsi bahwa dia tertangkap dengan telepon, kondisinya sekarang mungkin jauh lebih buruk," tuturnya.

Latifa pernah hampir berhasil kabur dari negara tempat ayahnya itu berkuasa, Bunda. Bersama Tiina dan temannya yang lain, mereka berencana untuk berlayar menggunakan kapal pesiar melintasi Samudra Hindia, kemudian terbang ke Amerika Serikat.

Tetapi hal tersebut tak dapat terwujud. Karena saat mereka semakin dekat dengan pantai India, tiba-tiba muncul sekelompok orang bersenjata dan naik ke kapal yang Latifa gunakan.

Teman-teman Latifa pun sontak lari dan bersembunyi di kamar mandi dalam kapal. Orang-orang tak dikenal ini lalu menggunakan granat asap untuk memaksa semua yang kabur dan bersembunyi kembali naik ke atas dek.

"Latifa berteriak dan menendang. Dia terus berkata 'Jangan bawa saya kembali ke UEA. Tembak saja saya di sini'," kata Tiina, meniru ucapan Latifa.

Itulah momen terakhir Tiina dapat menatap sahabatnya secara langsung. Apa yang terjadi usai penangkapan Latifa? Klik baca halaman selanjutnya ya, Bunda.

Simak juga tips penggunaan media sosial ala GKR Bendara untuk bantu warga laporkan KDRT dan redakan konflik, dalam video Intimate Interview di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]


NASIB PUTRI LATIFA USAI PENANGKAPAN

ASCOT, ENGLAND - JUNE 20:  Queen Elizabeth II being congratulated by Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum on Ladies' Day during day three of Royal Ascot at Ascot Racecourse on June 20, 2013 in Ascot, England.  (Photo by Charlie Crowhurst/Getty Images for Ascot Racecourse)

Syekh Mohammed dan Haya/Foto: Getty Images

Usai penyergapan dan penangkapan, salah satu dari 25 anak Syekh Mohammed itu pun dibawa kembali ke Dubai. Sejak Maret 2018 di atas kapal pesiar itulah, Latifa benar-benar tak lagi muncul di hadapan publik.

"Saya telah berada di sini sejak itu, selama lebih dari satu tahun di sel isolasi. Tidak ada akses ke bantuan medis, tidak ada pengadilan, tanpa biaya, tidak ada ... Setiap hari, saya khawatir tentang keselamatan saya dan polisi mengancam saya bahwa saya tidak akan pernah melihat matahari lagi. Saya tidak aman di sini," tutur Latifa dalam video.

Lalu pada satu waktu, Latifa pun menerima kunjungan dari ibu tirinya, Haya, untuk makan siang bersama saat masih berada dalam ruang tahanan. Tanpa Latifa sadari, Haya juga mengundang seorang temannya, mantan Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, yakni Mary Robinson.

Tanpa sepengetahuan Latifa, Haya telah membuat kebohongan yang rumit. Ia mengatakan bahwa Latifa menderita gangguan bipolar, depresi, dan rentan terhadap eksploitasi. Itulah alasan mengapa Robinson hadir di acara makan bersama tersebut.

Robinson pun kemudian mengatakan bahwa Latifa mengalami sesuatu yang salah pada dirinya, Bunda. Ia juga mengungkapkan bahwa Latifa telah menyesali usahanya untuk melarikan diri ke hadapan publik.

Atas ungkapan yang disampaikan tersebut, Robinson pun dikritik oleh aktivis hak asasi manusia. Meski begitu, ia pun mengaku bahwa kunjungan tersebut terjadi atas permintaan keluarga yang berkuasa, bukan kemauan sendiri.

Namun dalam sebuah kesempatan berbeda saat bersama media, Robinson memberikan keterangan sebaliknya. Di sana, ia menyadari telah dibohongi oleh Haya.

"Saya dibohongi oleh teman baik saya, Haya. Haya menjelaskan bahwa Latifa memiliki masalah bipolar yang cukup serius. Dan ia berkata kepada saya, dengan cara yang sangat meyakinkan: 'Kami tidak ingin Latifa mengalami trauma lebih lanjut. Saya tidak tahu bagaimana menyapa seseorang yang menderita bipolar tentang trauma mereka. Dan saya benar-benar ingin berbicara dengannya dan mengatasi trauma saat makan siang yang enak'," kata Robinson, mengulang kata-kata Haya.

Haya pun pernah mencoba melarikan diri dari Dubai ke London bersama dua anaknya, pada 2019. Ia bahkan menghubungi Robinson untuk memohon pertolongan.

"Relatif tidak lama setelah itu (acara makan bersama), saya mendapat telepon dari Haya. Katanya, 'Robinson, saya di London. Saya baru saja datang ke London dengan dua anak saya. Saya datang hanya dengan pakaian yang kami pakai karena begitu takut. Kami salah. Saya telah menemukan banyak hal'," kenang Robinson.

Belakangan, Haya berkata bahwa Syekh Mohammed tidak menyambut kepeduliannya pada Latifa. Bahkan, kini ia makin memusuhi Haya. Pada April 2019, Haya pun mengatakan bahwa dia yakin posisinya di Dubai tidak aman seperti sebelumnya

Lalu, seperti apa pandangan pengadilan tinggi setempat terkait masalah ini? Selengkapnya di halaman berikutnya, Bunda.

KEPUTUSAN PENGADILAN ATAS PENYEKAPAN PUTRI LATIFA

Perdana menteri Dubai, Syekh Mohammed bin Rashid Al Maktoum.

Syekh Mohammed/Foto: Instagram @hhshkmohd

Pada Maret 2020, keputusan Pengadilan Tinggi setempat mengungkapkan perincian lebih lanjut tentang perlakuan Syekh Mohammed terhadap anggota keluarganya. Hakim juga menemukan bahwa Haya telah diintimidasi dan Latifa mengalami kekerasan.

Pengadilan memutuskan bahwa Syekh Mohammed telah melakukan penculikan berencana. Tak hanya pada Latifa, sebelumnya ia juga pernah melakukan pada putrinya yang lain, Sheika Shamsa, saat di Cambridge, Inggris.

Andrew McFarlane, hakim keluarga paling senior di Inggris, menetapkan fakta bahwa Sheika Shamsa, salah satu putri syekh dari istrinya yang lain, melarikan diri dari keluarganya pada musim panas tahun 2000, saat mengunjungi Inggris.

Saat ditemukan, ia kemudian diculik dan dipaksa masuk ke dalam mobil oleh pria yang bekerja untuk ayahnya, lalu dibawa ke tempat tertentu. Di sana, dia naik helikopter ke Deauville di Prancis, kemudian naik jet untuk kembali ke Dubai.

"Sehubungan dengan Shamsa dan Latifa, ditegaskan bahwa setelah mereka kembali ke hak asuh keluarga ayah, kebebasan mereka telah dirampas," kata Hakim dalam putusannya.

Di sisi lain, Syekh Mohammed yang menjabat sebagai Wakil Presiden dan Perdana Menteri Uni Emirat Arab mengatakan, penilaian pengadilan tersebut berpihak sebelah.

"Kasus ini menyangkut masalah-masalah yang sangat pribadi, yang berkaitan dengan anak-anak kita. Seruan itu dibuat untuk melindungi kepentingan dan kesejahteraan terbaik anak-anak. Hasilnya tidak melindungi anak-anak saya dari perhatian media, seperti yang dilakukan anak-anak lain dalam proses keluarga di Inggris dilindungi," katanya, dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh perwakilannya.

"Sebagai kepala pemerintahan, saya tidak dapat berpartisipasi dalam proses pencarian fakta pengadilan. Hal ini mengakibatkan dikeluarkannya putusan 'pencari fakta' yang mau tidak mau hanya menceritakan satu sisi cerita. Saya minta media hormati privasi anak-anak kami dan jangan mengganggu kehidupan mereka di Inggris," sambungnya.

Untuk Bunda ketahui, munculnya pemberitaan ini bermula sejak Tiina serta kedua temannya, David dan Marcus, membuat film dokumenter. Dalam film tersebut, mereka menampilkan seluruh video yang Latifa kirimkan ke Tiina.

Latar belakang mereka lakukan hal tersebut hanya karena ingin Latifa mendapatkan haknya. Mereka juga sangat khawatir pada Latifa karena sampai saat ini belum mendapat kabar apapun darinya.

"Kami tidak mengambil keputusan ini dengan enteng, ada beberapa malam tanpa tidur memikirkan hal ini. Tapi, ini saatnya melakukan sesuatu. Aku merasa, dia ingin kami memperjuangkannya dan tidak menyerah," ungkap Tiina dalam film tersebut.


(AFN/muf)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda