

Bundapedia
Rabies
Annisa Karnesyia | Haibunda
Rabies adalah penyakit menular akut yang berbahaya. Penyakit ini kerap dikenal dengan nama 'anjing gila'.
Rabies termasuk dalam penyakit zoonosis, yakni ditularkan dari hewan ke manusia. Menurut Kamus Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), rabies adalah penyakit infeksi akut yang menular, menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies, dan ditularkan melalui gigitan hewan penular Rabies terutama anjing, kucing dan kera, mengakibatkan 100 persen kematian.
Sekitar 99 persen hewan penyebab rabies yang menyebabkan kematian pada manusia adalah anjing. Mereka menyebarkan virus melalui air liur yang masuk ke tubuh manusia melalui gigitan atau cakaran.
"Penyakit ini ditemukan di lebih dari 150 negara di dunia. Sekitar 95 persen kematian pada manusia karena rabies terjadi di Afrika dan Asia, di mana pada rabies anjing tidak terkontrol dengan baik, sehingga memengaruhi komunitas menengah ke bawah, di mana program terkait kontrol dan akses pasca pajanan (peristiwa yang meninggalkan risiko) yang terbatas atau tidak ada," demikian tulis WHO di laman resminya.
Virus rabies dapat menyebabkan peradangan otak dan sumsum tulang belakang yang progesif serta fatal. Secara klinis, rabies dibagi dua, yakni:
- Rabies ganas: ditandai dengan gejala hiperaktif dan halusinasi.
- Rabies paralitik: ditandai dengan kelumpuhan dan koma.
Gejala rabies
WHO menjelaskan, gejala awal infeksi rabies dapat berupa demam, disertai rasa sakit dan kesemutan tak biasa. Seseorang yang terkena rabies juga dapat merasakan sensasi seperti rasa tertusuk dan terbakar (parestesia) di lokasi luka.
Selanjutnya, virus akan menyebar ke sistem saraf pusat, menyebabkan peradangan fatal pada otak dan sumsum tulang belakang. Masa inkubasi penyakit ini dapat bervariasi, dari 1 minggu sampai 1 tahun. Pada umumnya, masa inkubasi adalah 2-3 bulan.
Mengutip Cleveland Clinic, berikut gejala rabies berdasarkan fase dan keganasannya:
Gejala di fase prodromal (mencapai sistem saraf pusat)
- Demam
- Kelelahan
- Nyeri dan mati rasa di luka
- Batuk
- Nyeri otot
- Mual dan muntah
- Diare
- Gejala neurologis akut rabies
Gejala rabies ganas
- Agitasi dan agresi
- Kegelisahan
- Kejang
- Halusinasi
- Kedutan otot (fasikulasi)
- Demam
- Jantung berdebar (takikardia)
- Pernapasan cepat (hiperventilasi)
- Produksi air liur berlebihan.
- Dua pupil berubah ukuran yang berbeda (anisocoria).
- Kelumpuhan wajah (facial palsy
- Takut pada air (hidrofobia)
- Takut udara mengenai ke wajah atau kulit (aerofobia)
- Sering mengigau
Gejala rabies paralitik
- Demam
- Sakit kepala
- Leher kaku
- Kelemahan, terutama mulai dari bagian tubuh yang digigit dan berlanjut ke bagian tubuh lainnya
- Kesemutan
- Kelumpuhan
- Koma hingga kematian
![]() |
Pemeriksaan untuk diagnosis rabies
Setelah terkena gigitan binatang liar, Bunda harus segera ke dokter. Ada beberapa tes untuk mendiagnosis rabies, yakni;
1. Tes air liur
Air liur yang terkumpul di dalam tabung akan dikirim ke laboratorium untuk mencari tanda-tanda rabies.
2. Biopsi kulit
Petugas medis akan mengambil sampel kulit dari belakang leher. Sampel ini lalu dikirim ke laboratorium untuk mencari tanda rabies.
3. Tes cairan serebrospinal
Petugas medis akan menggunakan jarum untuk mengambil cerebrospinal fluid (CSF) dari punggung bawah. Sampel akan dikirim ke laboratorium untuk mencari tanda-tanda rabies.
4. Tes darah
Petugas medis akan menggunakan jarum untuk mengambil darah dari lengan. Darah juga akan dikirim ke laboratorium.
5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI adalah teknik pencitraan medis yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan komputer untuk membuat gambar detail organ dan jaringan di tubuh. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apa penyebab gejala.
Pengobatan rabies
Menurut WHO, vaksinasi pada anjing atau hewan peliharaan merupakan strategi yang paling hemat biaya untuk mencegah rabies pada manusia. Pemberian vaksin pada manusia hanya dapat diberikan usai terkena penyakit.
Berikut beberapa pilihan pengobatan rabies:
1. Vaksin rabies
Petugas medis akan memberi empat suntikan selama 14 hari. Jika sudah divaksinasi sebelum terpapar, maka bisa mendapatkan dua suntikan. Vaksin akan membantu tubuh untuk menghancurkan virus rabies sebelum masuk ke otak.
2. Human rabies immune globulin (HRIG)
Petugas medis akan memberikan suntikan human rabies immune globulin (HRIG) di sekitar luka. HRIG akan memberikan antibodi (molekul yang melawan infeksi) yang akan menghancurkan virus di dekat luka, hingga tubuh mengambil alih. Bunda tidak boleh mendapatkan HRIG bila sudah divaksinasi sebelum terpapar.
Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan bila Bunda digigit atau dicakar binatang, khususnya anjing:
- Segera cuci luka dengan sabun atau detergen.
- Bilas luka secara menyeluruh selama sekitar 15 menit dengan banyak air.
- Oleskan obat yang mengandung yodium atau anti virus pada luka 15 menit setelah dicuci dan dibilas.
- Hindari mengoleskan bahan yang dapat mengiritasi luka, seperti bubuk cabai, jus tanaman, asam dan basa.
- Hindari menutupi luka dengan pembalut atau perban.
- Segera ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!