

Bundapedia
Oligomenorrhea
Annisa Karnesyia | Haibunda
Oligomenorrhea adalah suatu kondisi di mana perempuan mengalami periode menstruasi atau haid yang jarang atau tidak teratur. Kondisi ini biasanya terjadi pada perempuan usia subur.
Kebanyakan perempuan memiliki siklus haid antara 21 dan 35 hari. Pada kondisi oligomenorrhea, siklus haid bisa lebih dari 35 hari atau mengalami kurang dari sembilan siklus haid dalam setahun.
Dilansir Very Well Family, ada beberapa penyebab oligomenorrhea. Beberapa di antaranya tidak berbahaya, namun dalam beberapa kasus bisa menjadi pertanda adanya kondisi media yang lebih serius.
Penyebab oligomenorrhea
Berikut 9 penyebab umum oligomenorrhea yang dapat memengaruhi siklus haid:
1. Menarche atau haid pertama
Ketika seorang remaja perempuan pertama kali mengalami siklus haid, dibutuhkan waktu beberapa tahun hingga menstruasi terjadi secara teratur. Pada awalnya, volume darah yang keluar tidak menentu dan lebih berat atau lebih ringan dibandingkan yang sebelumnya.
Kondisi tersebut masih terbilang normal. Seiring berjalannya waktu, hormon menjadi lebih stabil dan haid lancar.
2. Perimenopause
Perubahan siklus haid juga dapat terjadi pada seseorang yang memasuki masa perimenopause. Perubahan hormonal yang terjadi menyebabkan transisi pada tubuh yang sering kali membuat siklus haid datang lebih cepat atau lebih lambat, hingga akhirnya berhenti sama sekali.
3. Hamil dan menyusui
Kehamilan, melahirkan, dan proses menyusui juga bisa memengaruhi siklus haid seorang perempuan. Siklus haid bisa menjadi tidak teratur akibat perubahan hormon yang terjadi selama hamil hingga menyusui.
4. Kebiasaan tidak sehat
Perubahan gaya hidup menjadi tidak sehat bisa membuat Bunda mengalami oligomenorrhea. Gaya hidup tidak sehat ini dapat meliputi stres, diet ekstrem hingga kehilangan banyak berat badan, kekurangan gizi, atau mengalami kelainan makan seperti anoreksia nervosa.
5. Olahraga yang berat dan intens
Perempuan yang melakukan olahraga secara intens lebih mungkin mengalami oligomenorrhea. Kasus ini cukup umum terjadi pada atlet. Beberapa di antaranya mengalami periode haid yang sangat ringan atau tidak ada sama sekali karena intensitas latihan yang intens.
6. Kelebihan berat badan
Tak hanya berat badan kurang, kelebihan berat badan dan obesitas juga dapat memengaruhi siklus haid. Saat lemak tubuh naik, kadar estrogen juga akan naik, sehingga memengaruhi siklus bulanan.
7. Sindrom polikistik ovarium (PCOS)
Perempuan dengan Sindrom polikistik ovarium (PCOS) akan memproduksi lebih banyak hormon yang disebut androgen. Hormon ini dapat mengganggu siklus haid, menyebabkannya tidak teratur hingga mengganggu ovulasi.
8. Konsumsi obat tertentu
Obat-obatan tertentu, terutama alat kontrasepsi hormonal, dapat mengubah siklus haid secara signifikan. Misalnya, kandungan Depo-Provera di pil KB, penggunaan IUD atau implan (Nexplanon) dapat menyebabkan perubahan menstruasi. Demikian seperti dikutip dari Cleveland Clinic.
9. Kondisi medis tertentu
Selain PCOS, beberapa kondisi medis juga bisa menyebabkan oligomenorrhea, seperti:
- Insufisiensi ovarium primer
- Penyakit radang panggul
- Hiperprolaktinemia (peningkatan kadar prolaktin dalam darah)
- Prolaktinoma (adenoma pada kelenjar hipofisis anterior)
- Tumor yang mensekresi hormon androgen
- Gangguan tiroid
- Obstruksi pada rahim, leher rahim, dan/atau vagina
- Graves' Disease
- Sindrom Prader-Willi
- Sindrom Asherman
- Sindrom Cushing
- Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 yang tidak terkontrol
![]() |
Diagnosis oligomenorrhea
Dokter dapat mendiagnosis oligomenorrhea dengan beberapa langkah, yakni:
- Menanyakan riwayat kesehatan pasien, terutama siklus haid, gaya hidup, riwayat kesehatan keluarga, pola makan, dan penggunaan obat-obatan.
- Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan memeriksa wajah, leher, payudara, dan perut untuk melihat adanya tanda-tanda penyebab oligomenorrhea.
- Pemeriksaan lainnya yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan rektovaginal, spekulum vagina, dan perut.
- Pemeriksaan melalui pencitraan juga dapat dilakukan, seperti CT Scan, USG, dan MRI.
- Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk memeriksa kadar hormon dan gula darah.
Gejala oligomenorrhea
Melewatkan siklus haid atau mengalami haid tidak teratur sesekali adalah hal yang wajar. Hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi untuk sementara dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor berbeda.
Namun, jika menstruasi seseorang tiba-tiba merasa siklusnya tidak kembali normal, maka penting mencari tahu apa penyebabnya. Pada kondisi oligomenorrhea, gejalanya cukup khas dan dapat dikenali, seperti:
- Siklus haid lebih dari 35 hari
- Memiliki kurang dari sembilan siklus haid dalam setahun
- Siklus menstruasi yang tidak teratur
- Periode yang lebih ringan dari biasanya
- Muncul jerawat
- Hot flashes
- Ketika perdarahan terjadi, Bunda mungkin mengalami gejala lain, seperti kram, sakit kepala, dan gangguan penglihatan
- Pertumbuhan rambut berlebih di wajah dan tubuh
Darah yang keluar pada oligomenorrhea mungkin berwarna cokelat tua, merah atau merah muda samar. Bunda juga mungkin akan melihat gumpalan atau lendir di pembalut.
Penanganan oligomenorrhea
Pengobatan oligomenorrhea akan tergantung pada penyebabnya. Berikut beberapa pilihan pengobatan oligomenorrhea:
Terapi hormon
Dokter mungkin akan meresepkan pil KB atau perawatan hormon lainnya bila oligomenorrhea disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon.
Pembedahan
Dokter juga dapat mengangkat tumor yang memproduksi androgen berlebih bila ini menjadi penyebabnya.
Perubahan gaya hidup
Oligomenorrhea yang disebabkan gaya hidup dapat diatasi dengan mengubahnya. Bunda bisa melakukan penyesuaian pada pola makan dan aktivitas fisik bila kekurangan nutrisi atau mengalaminya karena sering melakukan aktivitas berat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TAHUKAH BUNDA
Program Hamil
ARTIKEL TERKAIT
HIGHLIGHT
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda