
cerita-bunda
Suamiku Tukang Selingkuh, Cerai Seminggu Sudah Bawa Wanita Lain
HaiBunda
Rabu, 16 Oct 2019 20:17 WIB

Jakarta -
Mungkin aku telah memilih kesalahan terbesar dalam hidupku. Ya, karena keegoan dan keegoisanku aku meminta untuk berpisah dari suamiku. Bukan masalah besar tapi masalah kecil yang bisa membakar semuanya.
Aku telah melalui rumah tangga hampir 5 tahun bersamanya. Banyak masa-masa indah dan terjal kami lalui dan bisa hadapi. Namun kali ini peluruku tinggal satu dan telah kulepas. Entah dari mana aku akan bercerita tentang kisah rumah tanggaku yang kuharapkan akan selamanya tapi kuhancurkan dalam waktu sehari.
Aku menikah dengannya mungkin karena pelarian karena kami disakiti oleh pasangan kami sebelumnya. Tapi, itu semua tidak akan terjadi tanpa kehendak Allah SWT kan? Aku belum mencintainya tapi aku belajar untuk mengabdi padanya. Dan tahun pertama muncullah masalah karena ego kami berdua dan aku memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuaku.
Aku merasa hari-hariku hampa, terluka dan berduka. Aku mendengar suamiku kembali dengan mantan kekasihnya yang paling dia cintai. Sampai di satu titik aku menyerah meski aku hanya ingin mempertahankan keluarga kecil kami dan kembali kepadanya tanpa dia menjemput atau memintaku pulang. Tak kusangka, ternyata aku cinta padanya.
Setelah itu kami mengayuh lagi sisa-sisa perahu untuk berlayar dan kami bahagia. Tahun ketiga suamiku mendapat tawaran pekerjaan di hotel dan dia bersemangat untuk kembali ke dunianya. Aku sebagai istri hanya mendukungnya karena keluarga memang mendukung.
Keluarga suamiku memiliki hubungan yang erat dan karena suamiku anak terakhir semua keputusan ada di tangan ibu dan kakak-kakaknya. Termasuk keputusan keluarga kami, masalah tempat tinggal, dan keuangan mereka yang mengaturnya.
Kembalilah suamiku bekerja di hotel lalu menemukan dunia baru dan orang baru.
Sementara itu, aku wanita pekerja di kantor dan belum paham dunia hotel. Dan suatu hari, suamiku berbeda dan menjauh dariku. Dia dekat dengan wanita lain.
Betapa hancurnya hatiku mendengar dan melihat suamiku bermesraan dengan teman kerjanya.
Sikap dia dingin, acuh dan tak peduli padaku. Aku mencurahkan isi hatiku kepada mertuaku dan mertuaku mengizinkan aku pulang untuk menenangkan diri.
Aku tinggalkan suamiku dan itu malah bikin dia lebih dekat dengan selingkuhannya.
Tapi suamiku pandai berbohong, suamiku mengatakan kepada keluarganya aku yang terlalu keras dan tidak ada wanita lain. Di situlah aku merasa kalah. Luka kemarin masih terbuka lebar ditambah luka baru. Duh!
Sebulan aku tinggal di rumahku, suamiku tidak menjemput atau mengembalikanku ke orang tuaku. Hubungan suami dengan selingkuhannya makin menjadi. Suatu hari, aku disidang oleh saudaranya dan mereka menyalahkan aku. Aku hanya berucap jika suamiku sudah mau pisah tolong kembalikan saya ke orangtua saya.
Dan malam itu kami keluar untuk membeli makanan, dia berucap aku kangen kamu, peluk aku.
Aku kira setelah itu suamiku tidak berhubungan dengan wanitanya ternyata mereka masih bersama. Masya Allah harus apa aku? Aku bertahan karena aku tidak mau setan menang. Dan akhirnya, suamiku mengakhiri perselingkuhannya. Bagaimana dengan hatiku? Ya terluka karena pengkhianatan dan tidak percaya kepada suami.
Tapi kubangun lagi sisa-sisa cinta untuknya. Karena dia suamiku. Membangun kepercayaan dari pengkhianatan memang tidak mudah ditambah aku tinggal dengan mertua. Jujur kami jarang sholat subuh dengan alasan capek. Kalau aku sholat dan membangunkan suamiku karena mertuaku sudah berbicara di luar sana dengan nada marah. Betapa lengkap hidupku.
Di situ aku meminta suami untuk pisah rumah dan sewa kontrakan di daerah rumah mertua. Tapi saat aku membeli alat rumah tangga mertuaku tidak setuju dan menghubungi kakak iparku. Setelah kakak iparku datang ditampar dan dimarahilah suamiku.
Setelah itu dia berteriak "Saya tidak butuh adik ipar seperti kamu." Aku berada di kamar hanya menangis betapa rendah harga diriku dicaci dan dimaki sedangkan suamiku hanya terdiam. Amarah demi amarah diteriakan dan ditujukan padaku. Ah mungkin aku memang tidak berharga di keluarganya.
Aku lupa ucapan apa yang keluar dari mereka tapi yang aku ingat bahwa menikah itu seperti memikul bakul jamu. Kalau masih kuat jalan terus kalau tidak kuat tinggalkan. Kata salah seorang kakak ipar. suamiku tak mungkin meninggalkan aku. Tapi, kalau aku mau meninggalkan dia, silakan saja.
Aku meminta suamiku untuk meninggalkan aku tapi dia tetap mau bersamaku.
Aku minta maaf kepada mertuaku karena kejadian ini. Hatiku terpenjara. Kuputuskan melanjutkan pernikahan dengannya. Beberapa hari lagi genap usia 5 tahun pernikahan kami. Tapi aku menghancurkannya dengan egoku.
Suatu malam aku ada pekerjaan sampai pagi dan tidak pulang ke rumah. Suamikupun meminta izin untuk tidur di rumah temannya dan aku mengiyakan. Esok siangnya badanku yang sudah seminggu drop, terasa makin payah dan hanya bisa tiduran. Aku bertanya kepada suami jam berapa pulang? Suamiku menjawab nanti dikabarin aku pulang ke mana.
Aku ketiduran dan aku cek waktu menunjukkan pukul 00.12 WIB dan suamiku tidak ada kabar. Aku khawatir dan aku telepon ternyata dia pulang ke rumah kakaknya dan baru memberi kabar saat aku telepon. Masya Allah aku ini merasa tidak penting di hidupnya.
Memuncak emosiku saat aku lelah semalaman bekerja, saat aku menunggu kabarnya dan saat aku sakit ingin kehadirannya tapi dia tidak ada. Aku tahu suamiku pulang untuk menemui ibunya. Malam itu aku lanjutkan untuk tidur dengan penuh emosi dan sesak di dada. Kenapa seperti ini perlakuanmu?
Saat baca pesan di group mereka akan berangkat jam 4 sore ke suatu kota.
Aku mau melihat dia sebelum berangkat pergi. Aku sudah terlalu emosi dan sakit hati. Pagi hari kalau dia peduli bisa dia pergi menemuiku dulu, melihat keadaanku atau video call bahkan telpon aku.
Tapi yang dia cuma bilang agar aku istirahat. Padahal, bukan itu jawaban yang aku ingin aku dengar. Setelah itu aku meminta untuk pisah dengannya.
Terakhir kami chat dia menolak. Tapi setelah dia cerita kepada keluarga dia mengiyakan apa yang aku inginkan.
Entah aku harus apa. Ini yang aku minta tapi memang mereka inginkan. Aku meminta agar dia paham betapa aku membutuhkanmu saat itu. Tapi kalau kamu sudah mengutarakan ke keluargamu maka tamatlah cerita kita.
Setelah aku meminta pisah dan dia mengabulkan, dengan lantang dan bahasa yang berbeda dia mengiyakan dan memberi talak kepadaku. Saat itu aku masih bertanya jika aku bertahan? Jawabnya maaf enggak bisa. Bisa rujuk? Dia bilang jawabnya enggak deh.
Senin pagi, dia tidak jadi datang dan berkata akan datang setelah pulang kerja. Tiap ada suara motor hatiku bergetar lemas karena harus memberanikan diri untuk menemuinya. Sebenarnya dia sudah mengatakan talak lewat chat whatsapp dan aku sudah bukan istrinya.
Tetapi, mengapa hati ini berharap dia bisa kembali walaupun nyatanya kita tidak bisa bersama. Masalah terakhir memang sepele tapi masalah terbesarnya adalah kita masih bersama. Aku melihat jam dan berdegup hati ini.
Ya Allah kuatkan aku..
Jam 20.00 WIB masih kutunggu kedatangannya. Saat kutanya jadikan dia ke rumah, dia enggak jawab. Aku isi waktu dengan menghapus foto-foto kami di Facebook. Air mata serasa menetes mengingat kenangan kita. Saat awal kita foto berdua, saat kita menikah menjadi raja dan ratu sehari, saat kita foto berdua tidak mesra tapi ada arti, aku menguatkan diri untuk menghapusnya.
Tak ada lagi Baby atau Sayang. Sekarang hanya ada Anda dan Saya. Aku tidak menyalahkan dia tapi aku takut tidak bisa melupakan dia. Aku harus melepas dia walaupun ada kekhawatiran adakah yang bisa memahaminya, membimbingnya, dan menerimanya dengan kekurangannya.
Ah hanya perasaan aku saja karena harus meninggalkanmu. Dan aku hanya meminta yang terbaik untuk kita dan keluarga kita. Ternyata, dia tak datang malam itu. Baru besoknya dia datang dan mengembalikan aku ke orang tuaku. Dia bilang dia sudah tak bisa bersamaku dan meminta maaf sekaligus terima kasih atas lima tahun rumah tangga kamu.
Kerabatku sempat bilang ini hanya godaan setan yang mau menghancurkan keluarga, dulu ada kerikil besar kalin bisa melalui sekarang hanya kerikil kecil kalian kalah. Tapi, suamiku membela diri bahwa kesabarannya berbatas dan dia enggak mau hal ini terulang.
Tapi, aki pikir jika selama ini sabar ada batasnya untuk apa aku bertahan sejauh ini dan jika tidak mau terulang masalah ini, cukup kita yang tahu masalahnya, bukan orang lain. Dan hari itu, dia mengmas bajunya dan aku bilang kita bisa jadi saudara. Iya, bisa jadi saudara yang disemogakan tidak bertemu lagi.
Di situpun aku sadar apa arti mencintai dan berjuang plus apa arti mempertahankan dan merelakan. Hatiku tidak hancur, hanya ada rasa sedikit benci denganmu dan penasihatmu, serta mati rasa kepadamu.
Aku pernah berjuang dan aku selalu berjuang sendiri untuk mempertahankan keluargaku. Tapi saat aku melakukan kesalahan sekali kamu langsung menghempaskanku. Aku hanya bisa melihat masa lalu di mana keluarganya meminta keuangan kita digabung dan di sana dia jarang menafkahiku.
Aku hanya bisa mengingat tangisnya pecah karena dokter mengatakan dia punya masalah kesuburan. Aku masih merasa hinanya dimaki keluarganya dan masih merasa bagaimana dia melepasku begitu saja.
Mantan suamiku, sabarmu memang terbatas karena imanmu, pikiranmu dan hatimu terbelenggu.
Seminggu setelah perpisahan itu, dia membawa perempuan ke rumahnya. Masya Allah memang aku bukan siapa, tapi tolong hargai aku atau setidaknya hargai dirimu sendiri. Aku hancur iya memang hancur, tapi inilah jalan hidup. Aku memang bersalah. Aku harus menata hatiku untuk kembali menjalani masa depan.
(Kisah Bunda Lala di Jakarta) (rdn/rdn)
Aku telah melalui rumah tangga hampir 5 tahun bersamanya. Banyak masa-masa indah dan terjal kami lalui dan bisa hadapi. Namun kali ini peluruku tinggal satu dan telah kulepas. Entah dari mana aku akan bercerita tentang kisah rumah tanggaku yang kuharapkan akan selamanya tapi kuhancurkan dalam waktu sehari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aku merasa hari-hariku hampa, terluka dan berduka. Aku mendengar suamiku kembali dengan mantan kekasihnya yang paling dia cintai. Sampai di satu titik aku menyerah meski aku hanya ingin mempertahankan keluarga kecil kami dan kembali kepadanya tanpa dia menjemput atau memintaku pulang. Tak kusangka, ternyata aku cinta padanya.
Setelah itu kami mengayuh lagi sisa-sisa perahu untuk berlayar dan kami bahagia. Tahun ketiga suamiku mendapat tawaran pekerjaan di hotel dan dia bersemangat untuk kembali ke dunianya. Aku sebagai istri hanya mendukungnya karena keluarga memang mendukung.
Keluarga suamiku memiliki hubungan yang erat dan karena suamiku anak terakhir semua keputusan ada di tangan ibu dan kakak-kakaknya. Termasuk keputusan keluarga kami, masalah tempat tinggal, dan keuangan mereka yang mengaturnya.
Kembalilah suamiku bekerja di hotel lalu menemukan dunia baru dan orang baru.
Sementara itu, aku wanita pekerja di kantor dan belum paham dunia hotel. Dan suatu hari, suamiku berbeda dan menjauh dariku. Dia dekat dengan wanita lain.
Betapa hancurnya hatiku mendengar dan melihat suamiku bermesraan dengan teman kerjanya.
Sikap dia dingin, acuh dan tak peduli padaku. Aku mencurahkan isi hatiku kepada mertuaku dan mertuaku mengizinkan aku pulang untuk menenangkan diri.
Aku tinggalkan suamiku dan itu malah bikin dia lebih dekat dengan selingkuhannya.
![]() |
Sebulan aku tinggal di rumahku, suamiku tidak menjemput atau mengembalikanku ke orang tuaku. Hubungan suami dengan selingkuhannya makin menjadi. Suatu hari, aku disidang oleh saudaranya dan mereka menyalahkan aku. Aku hanya berucap jika suamiku sudah mau pisah tolong kembalikan saya ke orangtua saya.
Dan malam itu kami keluar untuk membeli makanan, dia berucap aku kangen kamu, peluk aku.
Aku kira setelah itu suamiku tidak berhubungan dengan wanitanya ternyata mereka masih bersama. Masya Allah harus apa aku? Aku bertahan karena aku tidak mau setan menang. Dan akhirnya, suamiku mengakhiri perselingkuhannya. Bagaimana dengan hatiku? Ya terluka karena pengkhianatan dan tidak percaya kepada suami.
Tapi kubangun lagi sisa-sisa cinta untuknya. Karena dia suamiku. Membangun kepercayaan dari pengkhianatan memang tidak mudah ditambah aku tinggal dengan mertua. Jujur kami jarang sholat subuh dengan alasan capek. Kalau aku sholat dan membangunkan suamiku karena mertuaku sudah berbicara di luar sana dengan nada marah. Betapa lengkap hidupku.
Di situ aku meminta suami untuk pisah rumah dan sewa kontrakan di daerah rumah mertua. Tapi saat aku membeli alat rumah tangga mertuaku tidak setuju dan menghubungi kakak iparku. Setelah kakak iparku datang ditampar dan dimarahilah suamiku.
Setelah itu dia berteriak "Saya tidak butuh adik ipar seperti kamu." Aku berada di kamar hanya menangis betapa rendah harga diriku dicaci dan dimaki sedangkan suamiku hanya terdiam. Amarah demi amarah diteriakan dan ditujukan padaku. Ah mungkin aku memang tidak berharga di keluarganya.
![]() |
Aku meminta suamiku untuk meninggalkan aku tapi dia tetap mau bersamaku.
Aku minta maaf kepada mertuaku karena kejadian ini. Hatiku terpenjara. Kuputuskan melanjutkan pernikahan dengannya. Beberapa hari lagi genap usia 5 tahun pernikahan kami. Tapi aku menghancurkannya dengan egoku.
Suatu malam aku ada pekerjaan sampai pagi dan tidak pulang ke rumah. Suamikupun meminta izin untuk tidur di rumah temannya dan aku mengiyakan. Esok siangnya badanku yang sudah seminggu drop, terasa makin payah dan hanya bisa tiduran. Aku bertanya kepada suami jam berapa pulang? Suamiku menjawab nanti dikabarin aku pulang ke mana.
Aku ketiduran dan aku cek waktu menunjukkan pukul 00.12 WIB dan suamiku tidak ada kabar. Aku khawatir dan aku telepon ternyata dia pulang ke rumah kakaknya dan baru memberi kabar saat aku telepon. Masya Allah aku ini merasa tidak penting di hidupnya.
Memuncak emosiku saat aku lelah semalaman bekerja, saat aku menunggu kabarnya dan saat aku sakit ingin kehadirannya tapi dia tidak ada. Aku tahu suamiku pulang untuk menemui ibunya. Malam itu aku lanjutkan untuk tidur dengan penuh emosi dan sesak di dada. Kenapa seperti ini perlakuanmu?
Saat baca pesan di group mereka akan berangkat jam 4 sore ke suatu kota.
Aku mau melihat dia sebelum berangkat pergi. Aku sudah terlalu emosi dan sakit hati. Pagi hari kalau dia peduli bisa dia pergi menemuiku dulu, melihat keadaanku atau video call bahkan telpon aku.
Tapi yang dia cuma bilang agar aku istirahat. Padahal, bukan itu jawaban yang aku ingin aku dengar. Setelah itu aku meminta untuk pisah dengannya.
Terakhir kami chat dia menolak. Tapi setelah dia cerita kepada keluarga dia mengiyakan apa yang aku inginkan.
Entah aku harus apa. Ini yang aku minta tapi memang mereka inginkan. Aku meminta agar dia paham betapa aku membutuhkanmu saat itu. Tapi kalau kamu sudah mengutarakan ke keluargamu maka tamatlah cerita kita.
Setelah aku meminta pisah dan dia mengabulkan, dengan lantang dan bahasa yang berbeda dia mengiyakan dan memberi talak kepadaku. Saat itu aku masih bertanya jika aku bertahan? Jawabnya maaf enggak bisa. Bisa rujuk? Dia bilang jawabnya enggak deh.
![]() |
Tetapi, mengapa hati ini berharap dia bisa kembali walaupun nyatanya kita tidak bisa bersama. Masalah terakhir memang sepele tapi masalah terbesarnya adalah kita masih bersama. Aku melihat jam dan berdegup hati ini.
Ya Allah kuatkan aku..
Jam 20.00 WIB masih kutunggu kedatangannya. Saat kutanya jadikan dia ke rumah, dia enggak jawab. Aku isi waktu dengan menghapus foto-foto kami di Facebook. Air mata serasa menetes mengingat kenangan kita. Saat awal kita foto berdua, saat kita menikah menjadi raja dan ratu sehari, saat kita foto berdua tidak mesra tapi ada arti, aku menguatkan diri untuk menghapusnya.
Tak ada lagi Baby atau Sayang. Sekarang hanya ada Anda dan Saya. Aku tidak menyalahkan dia tapi aku takut tidak bisa melupakan dia. Aku harus melepas dia walaupun ada kekhawatiran adakah yang bisa memahaminya, membimbingnya, dan menerimanya dengan kekurangannya.
Ah hanya perasaan aku saja karena harus meninggalkanmu. Dan aku hanya meminta yang terbaik untuk kita dan keluarga kita. Ternyata, dia tak datang malam itu. Baru besoknya dia datang dan mengembalikan aku ke orang tuaku. Dia bilang dia sudah tak bisa bersamaku dan meminta maaf sekaligus terima kasih atas lima tahun rumah tangga kamu.
Kerabatku sempat bilang ini hanya godaan setan yang mau menghancurkan keluarga, dulu ada kerikil besar kalin bisa melalui sekarang hanya kerikil kecil kalian kalah. Tapi, suamiku membela diri bahwa kesabarannya berbatas dan dia enggak mau hal ini terulang.
Tapi, aki pikir jika selama ini sabar ada batasnya untuk apa aku bertahan sejauh ini dan jika tidak mau terulang masalah ini, cukup kita yang tahu masalahnya, bukan orang lain. Dan hari itu, dia mengmas bajunya dan aku bilang kita bisa jadi saudara. Iya, bisa jadi saudara yang disemogakan tidak bertemu lagi.
Di situpun aku sadar apa arti mencintai dan berjuang plus apa arti mempertahankan dan merelakan. Hatiku tidak hancur, hanya ada rasa sedikit benci denganmu dan penasihatmu, serta mati rasa kepadamu.
![]() |
Aku hanya bisa mengingat tangisnya pecah karena dokter mengatakan dia punya masalah kesuburan. Aku masih merasa hinanya dimaki keluarganya dan masih merasa bagaimana dia melepasku begitu saja.
Mantan suamiku, sabarmu memang terbatas karena imanmu, pikiranmu dan hatimu terbelenggu.
Seminggu setelah perpisahan itu, dia membawa perempuan ke rumahnya. Masya Allah memang aku bukan siapa, tapi tolong hargai aku atau setidaknya hargai dirimu sendiri. Aku hancur iya memang hancur, tapi inilah jalan hidup. Aku memang bersalah. Aku harus menata hatiku untuk kembali menjalani masa depan.
(Kisah Bunda Lala di Jakarta) (rdn/rdn)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Cerita Bunda
Nafkah Rp3 Juta Ludes dalam 2 Minggu, Heran Kok Suami Bilang Aku Boros?

Cerita Bunda
Bingung Harus Gimana, Suamiku Jatuh Cinta pada Wanita Lain saat Aku Hamil Anak Kedua

Cerita Bunda
Ya Tuhan! Ibuku & Anakku Tahu Suamiku Selingkuh, Tapi yang Terburuk...

Cerita Bunda
Jahatnya Saudara Ipar, Tinggal Bersama di Rumah Warisan Malah Bikin Beban

Cerita Bunda
5 Pemenang Cerita Bunda 'Kapan Pertama Kali Yakin Nikah dengan Suami'
