Jakarta -
Hai Bunda, kurang lebih setahun lalu aku divonis kanker payudara. Awalnya pasti aku syok, terlebih suami bekerja di Arab Saudi yang pulangnya cuma dua tahun sekali. Alhasil, aku pun terbuka dengan anak-anakku.
Si sulung, sebut aja namanya Leo, sudah berumur 17 tahun. Karena ibuku juga kena kanker, aku lebih mudah pas menyampaikan aku sakit kanker payudara. Jadi, menjelaskan ke anak enggak terlalu gimana gitu, Bun.
Tapi, kepada anak keduaku yang masih duduk di S, aku sampaikan bahwa ibunya sakit yang sama dengan neneknya. Jadi, harus terus berobat. Pokoknya, aku bilang ke si kecil untuk terus baik padaku serta mendoakanku. Intinya, enggak ada masalah saat memberi tahu anak-anak.
Sayangnya, beberapa bulan lalu sel kankerku menyebar ke tulang. Mau enggak mau, aku tetap menjalankan terapi. Sebab, aku melihat anak dan suamiku. Mereka terus menyemangati dan mendukung serta mendoakan, masa aku menyerah? Aku harus kuat.
Terlebih pengorbanan Leo. Harusnya, tahun ini dia masuk kuliah. Tapi, karena harus mendampingiku, Leo memutuskan menunda kuliahnya. Masya Allah, Nak, terima kasih atas pengorbananmu buat ibu.
Ya, selama ini Leo-lah yang mengurus keperluanku setiap kontrol, termasuk urusan administrasi. Kemudian, ketika aku tepar setelah kemoterapi, Leo yang ambil alih urusan rumah, salah satunya mengurus adiknya. Sebab, di rumah tak ada ART yang membantu. Apalagi, anakku yang kedua maunya dekat dengan abangnya terus.
Termasuk saat kemoterapi, operasi mastektomi, dan radiasi, Leo yang mengantarku pakai motor. Dia juga yang mengantar jemput adiknya sekolah, sembari fokus mengurusku. Ketika bentrok harus menjemput si bungsu, aku nekat ke RS yang jaraknya sekitar 10 km dengan membawa motor sendiri. Alhasil, aku pun dimarahi dokter, he-he-he.
Ilustrasi kanker payudara/ Foto: Thinkstock |
Pengorbanan Leo salah satu penyemangatku. Aku tak boleh menyerah karena aku mau mendampingi mereka sampai nanti. Maka dari itu, sekarang aku berusaha menjalani semua yang sudah Tuhan padaku. Dibawa happy aja dan belajar lebih ikhlas menghadapi ini semua, lalu menyerahkan semuanya pada Allah sambil terus berikhtiar dan berdoa.
Alhamdulillah juga selama aku sakit, anak-anak dan suami makin sayang sama aku. Makanya, aku bersyukur dan mengucap terima kasih untuk suami dan anak-anak yang enggak pernah berhenti mendukungku.
Terutama untuk Leo. Makasih ya, Kak, kamu sudah berkorban banyak buat ibu. Semoga cita-citamu tercapai dan tahun depan sudah bisa kuliah ya. Doa ibu selalu menyertaimu, Nak.
(Kisah Bunda Lia di Bandung)
*Bunda yang ingin berbagi kisah dalam Cerita Bunda, bisa kirimkan langsung ke email redaksi kami di redaksi@haibunda.com. Cerita paling menarik akan mendapat voucher belanja dari kami. Ssst, Bunda yang tidak mau nama aslinya ditampilkan, sampaikan juga di email ya. Cerita yang sudah dikirim menjadi milik redaksi kami sepenuhnya.
(rdn/rdn)