Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Tinggal di Tanah Warisan Kami, Ipar Malah Ajari Anak-Anaknya Benci Ibu Kami

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Senin, 08 Mar 2021 17:38 WIB

Ilustrasi mertua dan ipar
Ilustrasi mertua dan ipar/Foto: Getty Images/iStockphoto/ake1150sb

Aku, adik laki-lakiku, dan Ibu tinggal di rumah petakan di atas tanah peninggalan almarhum Bapakku. Masing-masing dari kami menghuni tiga rumah petakan yang berbeda.

Karena aku dan Ibu adalah seorang janda, kami tinggal sendiri di rumah petakan kami masing-masing. Sedangkan adik laki-lakiku, tinggal bersama istri dan kedua orang anaknya; C (8 tahun) dan F (1,5 tahun).

Istri adik laki-lakiku, si iparku ini, sangat sentimen terhadap Ibuku yang adalah mertuanya. Seringkali Ia bersikap kasar pada Ibu.

Sedangkan adik laki-lakiku terlalu lembek dalam menghadapi istrinya. la diam saja saat ibuku dibentak oleh istrinya.

Banner Resep Menu MakananFoto: HaiBunda/ Mia Kurnia Sari

Sebagai seorang ibu yang hidup tinggal bersebelahan rumah dengan anaknya, terkadang Ibuku membuatkan kopi untuk anak laki-lakinya yang duduk di bale-bale di depan rumahnya. Tak disangka hal itu menyulut emosi iparku!

Dia marah-marah dan membentak ibuku."Ibu ngga usah lha bikinin Mas E kopi begitu, kami masih mampu. Aku bisa bikinin kopi untuk suamiku," ujarnya.

Padahal ibuku membuatkan kopi itu tanpa maksud apa pun. Apalagi bermaksud untuk menyaingi kemampuan istrinya dalam melayani suami. Hanya niat baik seorang ibu yang sesekali membuatkan kopi untuk anak laki-laki bungsunya.

Ternyata itu hanyalah awal penolakan, bentakan, dan kebencian dia kepada Ibu kami. Anak-anaknya pun jadi membenci Neneknya, ceritanya di HALAMAN SELANJUTNYA ya, Bun.

Simak juga cerita Rinni Wulandari jadi ipar sesama selebriti, di video Intimate Interview di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]

Ipar Takut Ibuku Minta Uang

Ilustrasi ipar dan mertua

Foto: Getty Images/iStockphoto/Alex Liew

Semenjak itu, apa pun yang diberikan oleh ibuku selalu ditolak oleh iparku itu. Sekalinya diterima, esoknya langsung dibuang. Pernah ibuku memberinya makanan, esoknya makanan itu ada di tempat sampah.

Perlu Bunda tahu ya tempat sampah kami memang jadi satu, di depan rumah ibuku. Menangis ibuku mengetahui hal itu. Tega benar!

Semakin hari kelakuan iparku semakin menjadi-jadi. Seperti berusaha menjauhkan adikku dari ibuku. Setiap kali adikku itu main ke rumah ibuku, sekadar mengobrol di bale depan rumah, pastilah si iparku itu akan berteriak-teriak dari dalam rumahnya memanggil adikku pulang.

Sayangnya, adikku hanya menurut saja meskipun dia sendiri tahu istrinya melarang dia main ke rumah ibunya. Dari tetangga lain ku dengar bahwa si iparku itu takut kalau adikku memberi uang kepada ibuku. Makanya dia selalu melarang adikku main ke rumah ibuku.

Puncaknya, makin hari anak-anak adikku tidak pernah mau main ke rumah ibuku, Neneknya. Meskipun dipanggil oleh ibuku, jangankan mendekat, menyahut saja tidak.

Ilustrasi saudara iparIlustrasi saudara ipar/ Foto: Getty Images/iStockphoto/DragonImages

Terkadang keponakanku yang lebih kecil itu berjalan sendiri ke rumah neneknya. Tapi saat Ibunya tahu, anak itu langsung diseret ke dalam rumah, tidak dibiarkan keluar.

Ibuku sering menangis karena rindu ingin momong cucunya, tapi dilarang oleh menantunya. Saat ada kesempatan, aku bertanya pada keponakanku itu, alasannya tidak mau main ke rumah nenek. Jawabannya membuatku sangat terkejut. “Kata Bunda, Nenekku cuma ada di Jawa. Yang di sini bukan nenekku.”


Sungguh tega iparku mengajari anak-anaknya untuk tidak mengenal neneknya sendiri.

(Bunda S, Jakarta)

Mau berbagi cerita, Bunda? Share yuk ke kami dengan mengirimkan Cerita Bunda ke email [email protected]. Bunda yang ceritanya terpilih untuk ditayangkan, akan mendapat hadiah menarik dari kami.


(ziz/ziz)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda