CERITA BUNDA
Hanya Karena Tumpukan Buku, Saya 'Diinterogasi' Tetangga Soal Jumlah Gaji
Sahabat HaiBunda | HaiBunda
Jumat, 28 May 2021 17:45 WIBAwalnya kami baru saja pindah ke rumah tinggal yang baru di wilayah Tangerang. Baru mau jalan tiga bulan, Bun. Tapi saat saya isi rumah ini bersama anak dan suami, memang belum ada tetangga.
Saya baru punya satu tetangga di bagian depan rumah setelah kurang lebih pindah tiga minggu. Interaksi saya dengan Beliau ya kurang lebih seadanya, jika ditanya saya bekerja atau tidak ya saya jawab saya memang bekerja.
Selebihnya dia bertanya suami kerja di mana, di wilayah mana. Alhamdulillah, suami saya memang baru saja lulus tes CPNS dengan SK yang baru saja keluar. Untuk saya sendiri, saya guru honorer yang waktu itu memang lebih banyak WFH dan belajar daring.
Tapi untuk lebih detail mengenai kehidupan, saya memang ngga mau umbar privasi. Sengaja saya lakukan karena khawatir nanti apa yang kita sampaikan, malah disampaikan berbeda ke orang lain.
Dan, ternyata ini jadi benar adanya, Bun. Waktu itu, si tetangga depan rumah gendong pulang anak saya yang berusia dua tahun. Dia yang hanya selisih tiga tahun lebih tua dari saya memang belum punya anak dan suka main sama Si Kecil.
Nah, begitu dia masuk rumah, dia kaget melihat tumpukan buku-buku di rumah. Dia langsung nanya,"Kamu kan IRT (Ibu Rumah Tangga) memangnya punya uang dari mana?".
Saya hanya senyum dan bilang "Insya Allah, Allah mencukupkan. Saya tabung sedikit-sedikit gaji suami, atau sisa gaji saya, atau sisa uang belanja saya belikan buku."
Sedikit banyak saya jelaskan bahwa saya mengajak anak mencintai buku dan bukannya gadget. Saya juga ingin agar anak punya buku-buku yang bernilai panjang untuknya kelak.
"Kalo orang investasinya emas Antam, kalau saya buku," saya tutup demikian.
Tapi dia sepertinya mulai penasaran karena melihat buku-buku itu harganya lumayan. "Emang Bunda kerja apa? Di instansi apa? Kalo jadi guru berarti gajinya kecil donk?"
Yahh, makin bertambah ya Bun pertanyaannya. Haha..saya beri pengertian aja kalo jumlah gaji bukan jadi tolak ukur. Kalo buat saya cukup, tapi buat Beliau ngga cukup, kan ngga semua orang sama.
Saya pikir sudah selesai ya, Bun interogasinya. Ternyata tidak, karena beberapa hari kemudian saat saya sibuk urus kelulusan kelas 12 dan ujian kelas 10 - 11, jumlah tetangga yang penasaran bertambah.
Simak cerita kekepoan mereka di HALAMAN SELANJUTNYA ya, Bun!
Lihat juga video berikut mengenai cerita penyintas Covid-19 yang melawan stigma negatif tetangga.

Uang Beli Buku dari Mana?