HaiBunda

KEHAMILAN

Jalani Kuret Seperti Titi Kamal, Bagaimana Pemulihan Fisik & Mental?

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Rabu, 20 Nov 2019 20:41 WIB
Titi Kamal/ Foto: Noel/detikFoto
Jakarta - Titi Kamal baru saja mengungkapkan kisah sedihnya yang harus menjalani kuret setelah syuting film terbarunya, Makmum. Istri Christian Sugiono itu mengaku bayinya di kehamilan ketiga tidak berkembang.

Mau tidak mau tindakan kuret harus dijalani ibu dua anak ini. Meski merasa sedih dan kehilangan, Titi tetap mengikhlaskan karena dia mengaku penyebab janinnya tidak berkembang bukan karena syuting yang dilakukannya.

"Ternyata selesai syuting aku harus melalui proses kuret karena memang janin tidak berkembang, tidak berdetak," kata Titi.


"Kalau begitu-gitu memang biasanya bukan karena syuting. Aku sebelum Juna juga gitu. Aku ada bligted ovum. Itu memang wajar," sambungnya.

Tindakan kuret yang dijalani Titi bisa dilakukan dengan pertimbangan medis, Bun. Dikutip dari Healthline, biasanya pada ibu hamil, kuret dilakukan untuk mengangkat jaringan yang tertinggal di dalam rahim setelah keguguran atau melahirkan.

Titi Kamal bersama suami dan anak-anaknya/ Foto: Instagram

Menurut praktisi kesehatan holistik, Dr.Debra Rose Wilson, setelah menjalani kuret, umumnya secara fisik tubuh merasa mudah lelah. Selain itu, ibu bisa mengalami kram selama satu atau dua hari setelah kuret dilakukan.

"Pendarahan ringan biasa terjadi setelah kuret, jadi sebaiknya gunakan pembalut menstruasi dan jangan gunakan tampon karena bisa menyebabkan infeksi," ujar Wilson.

Untuk mengatasi kram, dokter biasanya meresepkan obat penghilang rasa sakit. Jika tidak ada, sebaiknya Bunda tanyakan obat yang bisa membantu mengatasi ketidaknyamanan ini.

Sementara itu, studi soal kondisi psikis ibu setelah dikuret pernah dilakukan Nielsen S dan tim dari departemen Obgyn di Sahlgrenska University Hospital. Dalam studinya, Nielsen dan tim mengamati 86 wanita yang mengalami keguguran di usia kandungan di bawah 13 minggu.

Para pasien menjalani proses kuret. Dua minggu setelahnya, mereka diberi kuisioner berisi pertanyaan soal ekspektasi diri, pengalaman saat keguguran, kondisi saat itu, dan perencanaan ke depan.

"Kami menemukan tidak ada peningkatan pada kadar kecemasan dan depresi ibu yang mengalami abortus spontan lalu menjalani kuret, dibandingkan dengan ibu bekerja yang sehat dan tak hamil usia 19 - 39 tahun," kata Nielsen mengutip Oxford Academic.

Namun, pada dasarnya dukungan tetap perlu diberikan baik berupaperhatian atau perilaku seperti menawarkan bantuan pada pasangan yang baru saja kehilangan anak. Dengan begini, pemulihan mereka secara mental atau fisik lebih cepat.

Simak juga cerita Dr.Reisa tentang keguguran yang dialaminya di video berikut:

(ank/rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Ini Alasan Kenapa Bunda Tak Boleh Paksa Si Kecil Memeluk Saudaranya

Parenting Ajeng Pratiwi & Randu Gede

Keseruan Wendy Cagur dan Keluarga Liburan di Korea Selatan, Ini 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

Parenting ZAHARA ARRAHMA

Kenali Ciri Stadium Awal Kanker Payudara dari Kulit Tubuh, Termasuk Tampak seperti Jeruk

Menyusui Amrikh Palupi

Seberapa Besar Peluang Hamil Anak Kembar dari 1 Embrio Melalui IVF? Simak Kata Ahli

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Cerita Perempuan 30 Th Alami Kanker Serviks Stadium Akhir, Ini Gejala yang Dialami

Berobat Pakai Asuransi Bayar 10% Ditunda, Ini Penjelasan OJK

Arti Nama Axel dan 30 Rangkaiannya untuk Anak Laki-laki, Modern & Damai Maknanya

Ini Alasan Kenapa Bunda Tak Boleh Paksa Si Kecil Memeluk Saudaranya

Khayru Putra Gunawan Sudrajat Kerap Dibully saat Kecil, Kini Sudah Kuliah di Australia

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK