Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Bahaya Preeklamsia Bagi Kehamilan, Bisa Sebabkan Kematian

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Minggu, 11 Oct 2020 12:06 WIB

Pregnant woman at doctor office
Ilustrasi bahaya preeklamsia pada ibu hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Daniel Besic

Preeklamsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang membahayakan ibu hamil. Preeklamsia umumnya terjadi setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, salah satunya ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kadar protein yang tinggi dalam urine.

Preeklamsia sendiri merupakan komplikasi kehamilan di mana tekanan darah wanita menjadi tinggi dan protein ditemukan dalam urinenya. Penyebabnya pun tidak diketahui. Preeklamsia adalah kondisi yang berbahaya. Tidak hanya wanita yang berisiko mengalami komplikasi kesehatan jangka panjang, termasuk tekanan darah tinggi di kemudian hari, tetapi juga preeklamsia juga dikenal sebagai faktor risiko lahir mati.

Ini  merupakan faktor yang berkontrubusi dalam banyak kelahiran prematur. Jika tidak diobati, preeklamsia bisa menjadi eklamsia, yang bisa berakibat fatal bagi ibu dan bayi, seperti dikutip dari laman Very Well Family.

Tak hanya itu, preeklamsia parah juga bisa menjadi sindrom HELLP, yang merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver enzymes, dan  Low Platelet. Jika tidak disembuhkan dengan persalinan, sindrom ini dapat menyebabkan perdarahan hebat, edema paru (cairan di paru-paru), gagal ginjal, gagal hati, atau kematian bagi seorang wanita. 

Melansir Parents, preeklamsia dapat menyebabkan sejumlah gejala selama kehamilan. Selain menyebabkan pembengkakan yang ekstrem, preeklamsia dapat menyebabkan perubahan penglihatan, sakit perut, dan nyeri tekan perut, sakit kepala parah, dan mual serta muntah.

Meskipun satu-satunya obat yang tepat untu preeklamsia adalah melahirkan bayi, kelainan ini dapat ditangani dengan obat antihyptertensive untuk menurunkan tekanan darah. Dalam banyak kasus, Bunda juga harus terus meminumnya setelah melahirkan, karena tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh preeklamsia dapat bertahan hingga satu tahun setelah melahirkan.

Tindakan pencegahan lainnya termasuk dosis harian aspirin bayi, di mana penelitian menunjukkan bahwa obat itu dapat membantu mencegah preeklamsia memburuk. 

Jika Bunda melahirkan sebelum 37 minggu, dokter mungkin meresepkan stereoid khusus untuk bayi, guna membantu fungsi pernapasannya. Sebab, paru-parunya mungkin belum berkembang sepenuhnya.

"Meskipun sebagian besar kasus preeklamsia terjadi setelah 37 minggu kehamilan, gangguan tersebut dapat terjadi paling cepat setelah 20 minggu," kata Lisa Valle, D.O, seorang dokter kandungan di Sant John Health Center di Santa Monica, California.

Semua kasus preeklamsia biasanya ditangani secara individual. Tetapi, jika kondisi tersebut terjadi cukup awal dalam kehamilan dan cukup parah serta membahayakan kehidupan Bunda, perawat kesehatan akan mempertimbangkan apakah induksi adalah keputusan terbaik untuk Bunda dan bayi.

Pada dasarnya, rencana persalinan memang harus dibuat strategis. Jika kehamilan Bunda berusia di bawah 34 minggu dan terutama di bawah 32 minggu tanpa gejala yang parah, Bunda mungkin akan dirawat, diawasi secara cermat setiap hari untuk melihat apakah dokter dapat menunggu waktu untuk menghindari persalinan prematur.

Nah, setelah mengetahui bahaya dari Preeklamsia, ada baiknya Bunda senantiasa menjaga kesehatan dan senantiasa berkonsultasi dengan dokter secara rutin ya.

Semoga membantu, Bunda.

Bunda, simak yuk 4 cara mengatasi preeklamsia selama kehamilan, dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]



 

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda