kehamilan
Cara Kerja Vaksin COVID-19 pada Ibu Hamil, Seberapa Aman untuk Janin?
HaiBunda
Kamis, 22 Jul 2021 07:05 WIB

Kabar baik untuk ibu hamil di tengah lonjakan kasus COVID-19. Kini, Bunda yang sedang hamil diperbolehkan mendapatkan vaksin COVID-19. Beberapa waktu lalu, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mengeluarkan rekomendasi vaksinasi COVID-19 untuk ibu hamil.
Sebelum mendapatkan vaksin, penting untuk Bunda memahami cara kerja masing-masing vaksin COVID-19. Sejauh ini, ada 5 vaksin yang bisa didapatkan Ibu hamil. Namun, di Indonesia sendiri baru masuk dua vaksin COVID-19, yaitu Sinovac, AstraZeneca, dan saat ini sedang didistribusikan Moderna.
Sebelum memutuskan untuk mendapatkan salah satunya, kita pahami lagi yuk, Bunda, cara kerja masing-masing vaksin tersebut. Hal ini sekaligus untuk menjawab keingintahuan mengenai seberapa aman ibu hamil mendapatkan vaksin-vaksin ini dan bagaimana efeknya untuk kehamilan?
Prinsip kerja vaksin secara umum
Prinsip vaksin secara umum adalah saat kita diberikan pajanan suatu virus yang dilemahkan masuk ke dalam tubuh, tubuh akan mengenali virus tersebut. Sehingga pertahanan tubuh kita akan bekerja dengan 2 cara yakni mengeliminasi dan membuat memori virus tersebut.
Bila virus masuk kembali ke dalam tubuh, pertahanan tubuh akan memproduksi antibodi, berupa sel B (Immunoglobulin M dan G) untuk menyerang virus. Selain itu tubuh akan memanggil sel pertahanan tubuh lainnya untuk menghilangkan virus dari tubuh.
Jenis vaksin untuk ibu hamil
Berikut jenis vaksin COVID-19 untuk ibu hamil yang direkomendasikan oleh POGI:
1. Sinovac dan Sinopharm
Sinovac dan Sinopharm memiliki cara kerja yang hampir sama dalam melindungi tubuh dari COVID-19. Kedua vaksin ini bekerja dengan memasukkan virus yang sudah mati ke dalam tubuh manusia.
Virus sendiri terdiri dari protein yang tajam (spike protein), membran, kapsul, dan inti virus. Keempat bagian tubuh virus inilah yang dimasukkan ke dalam vaksin dan diberikan dalam dua dosis.
Vaksin ini membutuhkan 2 dosis yakni dosis pertama dan booster. Untuk mempermudah pemahaman, vaksin dosis pertama mengandung beberapa bagian virus yang sudah mati seperti protein tajam dan membran. Ketika dosis pertama sudah masuk dan efek samping minimal, dosis booster dapat diberikan. Dosis booster ini lebih banyak komponen virus seperti kapsul dan inti. Maka, pada akhirnya seluruh bagian virus akan masuk dan dikenali oleh sel pertahanan tubuh.
Dengan memasukkan vaksin ini secara bertahap diharapkan bila seseorang terserang virus COVID-19 untuk kedua kalinya, Immunoglobulin ini akan mengenali virus untuk kemudian dieliminasi.
2. AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca bekerja dengan cara memasukkan bagian-bagian sel inti Adenovirus. Virus ini merupakan salah satu penyebab sakit flu dan berbeda dari virus Corona.
Dalam vaksin AstraZeneca, inti genetik Covid dimasukkan ke dalam Adenovirus, lalu dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Adenovirus adalah virus hidup yang lemah. Virus ini adalah penyebab influenza yang ringan sehingga aman masuk ke dalam tubuh manusia.
Efek pemberian vaksin diharapkan sistem di tubuh mengenali virus yang mirip, namun dengan materi genetik yang berat. Terutama untuk mengenali protein tajam dan komponen lain COVID yang bisa memperberat gejala dan membuat paru-paru rusak. Tenang, Bunda, vaksin ini juga aman untuk para ibu hamil.
Vaksin AstraZeneca memiliki kemanjuran atau efektivitas 66,7 persen dalam melindungi tubuh Bunda hamil melawan COVID-19.
3. Pfizer dan Moderna
Pritzer dan Moderna memiliki cara kerja yang hampir sama. Keduanya mengambil bagian genetik mRNA virus (mRNA) menjadi bentuk materi genetic.
Vaksin ini bisa dikenali dan dimasukkan ke dalam tubuh. Saat masuk ke tubuh, vaksin dapat membuat sel tubuh mengenali bagian mRNA, sehingga terbentuk antibodi, sel T helper, dan sel sitotoksik.
Diharapkan antibodi ini dapat terbentuk di sel lain yang bisa membunuh virus. Vaksin ini diproses di sel dan membuat sel itu menjadi lebih mirip pada orang yang pernah sakit, jadi sel pertahanan tubuh akan lebih waspada.
Vaksin Pfizer memiliki efektivitas melindungi tubuh dari COVID-19 mencapi 95 persen. Sedangkan vaksin Moderna memiliki efektivitas mendekati Pfizer, yaitu di angka 94,1 persen.
Pentingnya Vaksin COVID-19 untuk ibu hamil
Saat ini, virus COVID-19 sudah bermutasi menjadi varian Delta. Varian ini memiliki laju penularan yang tinggi dan dalam sebuah kepustakaan disebutkan jika penularannya mencapai 97 persen. Angka ini lebih tinggi dari varian sebelumnya, yaitu Alfa dan Beta, yang berkisar 30 persen.
Dengan varian baru ini, Bunda jangan kaget bila bisa reinfeksi COVID-19 ya. Meski telah divaksin, seseorang masih bisa terpapar COVID-19. Perlu diketahui, vaksin tidak bersifat membuat tubuh kebal 100 persen terhadap penyakit.
Sama seperti pemberian vaksin COVID-19 pada ibu hamil tetap diperlukan sebagai proteksi, meski ada kemungkinan bisa tertular. Vaksinasi diharapkan bisa mencegah Bunda terkena gejala berat bila suatu saat terpapar virus ini.
Lalu, usia kehamilan berapa minggu yang boleh menerima vaksin? Simak di halaman selanjutnya ya!
Bunda, simak juga ya efek samping setelah vaksin dalam video di bawah ini:
USIA KEHAMILAN YANG BOLEH MENERIMA VAKSIN
Ilustrasi vaksin COVID-19/ Foto: dok. Kemenkes
Usia kehamilan yang boleh divaksin
Dalam keadaan darurat, pemberian vaksin memang dilegalkan. Meski begitu, vaksin harus tetap menjalani uji coba dan tahap penelitian sebelum benar-benar bisa diberikan ke manusia.
Dalam prinsip epidemiologi, penelitian vaksin itu dibagi menjadi beberapa tahap. Mulai dari percobaan secara in vitro (di dalam laboratorium), kultur, in vivo, beru kemudian sampai di tahap uji coba pada hewan dan manusia. Nah, Bunda tak perlu khawatir karena kelima vaksin COVID-19 itu sudah melalui semua tahap, hanya saja memang belum diuji coba ke ibu hamil.
Sementara, penelitian pun masih sedikit yang membahasnya. Namun, karena kondisi pandemi yang membutuhkan penanganan cepat membuat proses pembuatan vaksin COVID-19 ini dipercepat. Berbeda dengan standar yang sudah ada di mana umumnya butuh 10 tahun untuk bisa dilegalkan.
Dalam keadaan darurat seperti saat ini, vaksin COVID-19 pun dilegalkan karena sudah terbukti efektif pada manusia. Sementara pada ibu hamil, pemberian vaksin ini diutamakan untuk si ibu terlebih dulu. Prinsipnya adalah yang penting si ibu dulu yang diselamatkan.
Apakah vaksin COVID-19 berbahaya untuk janin?
Nah, untuk mencegah efek vaksin pada janin, POGI lalu memberikan rekomendasi pemberian vaksin di usia kehamilan minimal 12 minggu. Kenapa?
Hal ini didasarkan pada pertimbangan karena semua pembentukan organ, seperti mata, otak, wajah, jantung, hingga ekstremitas terjadi di 3 bulan pertama usia kehamilan. Nah, vaksin COVID-19 harus diberikan di usia kehamilan yang tepat untuk mencegah terjadinya cacat janin.
Hingga kini, belum ada penelitian yang menunjukkan keamanan vaksin pada ibu hamil di bawah 12 minggu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga tidak menyebutkan dengan detail terkait usia kehamilan untuk mendapatkan vaksinasi. Jadi, rekomendasi vaksin ibu hamil di Indonesia merupakan keputusan POGI setelah mempertimbangkan banyak hal, Bunda.
Selain itu, perhatikan juga batasan akhir untuk mendapat vaksinasi saat hamil. Apakah ibu hamil yang sudah mau melahirkan masih dianjurkan menerima vaksin COVID-19?
Ibu hamil bisa mendapatkan vaksinasi COVID-19 maksimal di usia kandungannya 33 minggu. Antibodi diharapkan dapat terbentuk di ibu untuk kemudian ditransfer ke janin melalui plasenta. Jadi, ketika bayi lahir, dia akan memiliki imunitas dari vaksin Covid dan saat menyusu pada Bundanya sudah mendapatkan antibodi dari ASI.
Dalam Surat Edaran POGI, anjuran WHO, serta lembaga kesehatan lain, disarankan bagi ibu hamil berisiko tinggi diberikan vaksin COVID-19. Selain itu ibu hamil berusia di atas 35 tahun, memiliki BMI di atas 40 dengan komorbid diabetes dan hipertensi.
Bila seorang wanita sudah mendapatkan vaksin pertama dan dinyatakan hamil, pemberian vaksin kedua tetap bisa dilanjutkan. Vaksinasi dosis kedua ini tetap perlu menunggu hingga usia kehamilan minimal 12 minggu.
Meski jarak pemberian dosis tidak sesuai jadwal, hal ini tidak akan memberikan efek apa pun. Pada akhirnya, vaksin akan beradaptasi dengan sistem kekebalan tubuh Bunda selama kehamilan.
Efek samping vaksin COVID-19 pada ibu hamil
Efek vaksin COVID-19 yang umum dirasakan adalah sakit kepala, mual, muntah, dan pegal-pegal. Efek vaksin dapat berbahaya bila muncul reaksi alergi, sesak napas, muncul bentol-bentol merah di kulit, dan syok (tiba-tiba pingsan).
Setelah divaksin, Bunda akan diobservasi selama kurang lebih 30 menit dan dipantau petugas kesehatan. Bila ada reaksi yang tidak diinginkan, dapat segera lapor untuk ditindaklanjuti.
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
7 Penyebab Persalinan Prematur, Kenali Juga Tanda & Kemungkinan Risiko Lainnya

Kehamilan
Penyebab & Cara Mengatasi Mual Muntah Berlebih Saat Hamil Trimester 1

Kehamilan
Persiapan dan Tanda-Tanda Persalinan Sudah Dekat, Bunda Perlu Tahu

Kehamilan
Bunda, Kenali Manfaat dan Kebutuhan Asam Folat pada Kehamilan

Kehamilan
Berbahayakah Morning Sickness pada Kehamilan? Simak Cara Ampuh Mengatasinya


5 Foto
Kehamilan
5 Potret Qurrotuayun Istri Qibil The Changchuters Jalani Trimester 2, Dipuji Makin Cantik
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda