Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Cerita Wanita Tak Bisa Jalan Usai Melahirkan Gara-gara Ukuran Bayi Kebesaran

Annisa Afani   |   HaiBunda

Jumat, 31 Dec 2021 18:48 WIB

Faradilla Bunga
Kluarga Faradilla Bunga/Foto: Instagram @faradillabungay

Melahirkan memang menjadi pengorbanan yang luar biasa, Bunda. Di dalamnya ada perjuangan besar hingga kita pun harus bertaruh nyawa demi kelahiran si Kecil.

Pengalaman luar biasa saat melahirkan ini pun turut dialami oleh Bunda Faradilla Bunga. Konten kreator kelahiran Jakarta ini membagikan cerita pasca melahirkan beberapa waktu yang lalu.

Cerita tersebut ia bagikan di akun TikTok @faradillabungay. Dalam konten tersebut, Faradilla mengatakan bahwa dirinya sempat tak bisa berjalan usai persalinan normal

"Enggak bisa jalan setelah lahiran normal, ini cerita gue," dikutip pada Jumat (31/12/2021).

Persalinan tersebut terjadi pada Juni 2020. Di kehamilan pertama, berat badan bayinya mencapai 3,8 kilogram (Kg).

"2 Juni 2020, anak pertama gue lahir dengan berat badan 3,8 kg," tuturnya.

Pada awalnya, Faradilla ungkap semua baik-baik saja. Namun selang beberapa hari setelahnya, barulah ia sadar bahwa ada sesuatu yang terjadi pada tubuhnya. Ia merasa amat kesakitan jika berjalan, Bunda.

"Semua baik-baik saja sampai dua hari kemudian, gue merasa perih luar biasa tiap mau jalan yang akhirnya enggak sanggup angkat kaki lagi. Iya, gue enggak bisa jalan," ungkapnya.

Dari saat itu, ia lantas kembali menemui dokter kandungan selama kehamilan. Ia pun kemudian divonis mengalami Simfisi pubis dysfunction (SPD).

"(Divonis) Simfisi pubis dysfunction, peregangan sendi pada vagina," ujarnya.

Sebagai ibu baru, Faradilla akui bahwa dirinya sempat sedih. Ia merasa menjadi ibu baru yang tak berguna. Pergerakannya pun jadi serba terbatas, termasuk sulit untuk memberikan ASI pada bayinya.

"Sempat merasa enggak berguna banget jadi ibu baru. Susah gerak, enggak bisa gendong anak saat nangis, mau kasih ASI pun susah," katanya.

Meski begitu, Faradilla ikhlas dan tabah, Bunda. Masa-masa tersebut ia lewati dengan terapi, terlebih lagi mendapat banyak dukungan dari suami dan keluarga.

"Tapi gue tetap jalani itu semua dengan ikhlas dan waras."

"Gue terapi rutin setiap hari, berdoa, dan yakin kalau gue bisa sembuh. Ditambah dengan pelukan dan senyuman hangat dari anak pertama gue, support suami, dan nyokap, alhamdulillah dari 20 hari gue bisa jalan lagi," sambungnya.

Faradilla akui bahwa pengalaman itu cukup berat. Walau begitu, ia berpesan bahwa melahirkan semenakutkan itu. Melahirkan tetap menjadi hal yang menyenangkan bagi wanita.

"Jadi kalian, perempuan yang nonton ini, jangan takut dan jangan khawatir. Melahirkan itu hal yang sangat menyenangkan, kok. Karena, anugerah yang kita tunggu selama 9 bulan, sebentar lagi bisa dipeluk dalam dada kita. Semangat calon ibu, kalian hebat," tuturnya.

Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.

Bunda, simak juga 10 momen bahagia selebriti yang melahirkan di tahun 2021 dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

PERAWATAN YANG FARADILLA JALANI

Faradilla Bunga

Keluarga Faradilla Bunga/Foto: Instagram @faradillabungay

Di video lainnya, Faradilla kembali melanjutkan menceritakan soal pengalaman SPD. Katanya, saat itu ia langsung menemui dokter kandungan yang mengontrol kehamilannya.

"Jadi setelah gue alami SPD setelah melahirkan, gue langsung kontrol ke dokter obgyn gue. Dan divonis lah, dinyatakan kalau gue kena SPD," katanya.

Lebih lanjut, dokter mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang membuat Faradilla mengalami SPD. Salah satunya soal ukuran bayinya yang lebih besar di kehamilan pertama.

"Ada beberapa kemungkinan, pertama karena anak gue terlalu besar di kehamilan pertama. Jadi pertama kali hamil, anaknya sudah besar beratnya," katanya.

Selain itu, dokter juga mengatakan bahwa Faradilla miliki faktor genetik otot yang lemah. "Nah yang kedua, dokter bilang kalau gue itu punya faktor genetik ototnya lemah. Jadi, gue bisa kena," sambungnya.

Kemudian, dokter juga menjelaskan bahwa SPD sendiri menjadi hal yang lumrah dialami oleh ibu melahirkan. Hanya saja, pengalaman tersebut terjadi pada beberapa orang saja.

"Jadi ternyata, SPD ini normal dialami pada ibu-ibu hamil dan melahirkan. Itu normal, tapi enggak semuanya kena," katanya.

Faradilla juga ungkap bahwa untuk penyembuhan sendiri, setiap orang yang mengalami SPD membutuhkan waktu yang berbeda. Hanya saja, ia bisa melewati fase tersebut dengan lebih cepat.

"Cuman setiap orang itu beda-beda masa penyembuhannya. Ada yang sebentar, ada yang lama banget. "Nah gue termasuk sebentar kali, ya. Alhamdulillah 20 hari," katanya.

Perawatan yang dijalani Faradilla yakni dengan terapi, Bunda. Karena optimis dan ingin segera sembuh, Faradilla bahkan melakukan terapi lebih lama dari yang disarankan dokter.

"Karena gue terapi rutin banget. Dokter itu menyarankan sehari itu sejam, cukup. Cuma, gue kalau ada waktu luang 3-5 jam gue pakai terapi," ungkapnya.

Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.

MENGENAL SISFISI PUBIS DYSFUNCTION

Cropped photo of a pregnant lady sitting cross legged on the sofa with a calendar in her hands and using a pen while making notes

Ilustrasi ibu hamil/Foto: Getty Images/iStockphoto/yacobchuk

Simfisis pubis dyfunction (SPD) adalah sekelompok gejala yang menyebabkan ketidaknyamanan di daerah panggul, Bunda. Biasanya terjadi selama kehamilan atau pasca melahirkan.

Mengutip dari HealthLine, kondisi ini tidak berbahaya bagi bayi dalam kandungan, namun amat menyakitkan bagi ibu yang mengandung sehingga bisa memengaruhi mobilitas atau gerakan.

Gejala

Gejala SPD dapat bervariasi untuk orang yang berbeda, baik dalam hal tingkat keparahan dan presentasi. Gejala yang paling sering dialami adalah:

  • Sakit di bagian tengah depan tulang kemaluan.
  • Sakit di punggung bagian bawah di satu atau kedua sisi.
  • Sakit di perineum, yakni area antara anus dan vagina.
  • Sakit terkadang menjalar ke paha, mungkin juga mendengar atau merasakan suara 'klik'. di panggul.

Rasa sakit seringkali lebih jelas ketika:

  • Berjalan
  • Naik-turn tangga
  • Menumpu berat badan pada satu kaki
  • Merubah posisi tidur
  • Melebarkan kaki dan membuat aktivitas sehari-hari seperti bangun dari tempat tidur, berpakaian, atau masuk dan keluar dari mobil menjadi sulit.

Penyebab

Penyebab paling umum dari SPD adalah kehamilan. Diperkirakan bahwa SPD mempengaruhi hingga 1 dari 5 wanita hamil sampai batas tertentu. Selama kehamilan, hormon seperti relaksin dilepaskan untuk mengendurkan ligamen dan otot panggul, perut, dasar panggul, dan panggul.

Tujuannya untuk meningkatkan jangkauan gerak ibu hamil dan membantu proses melahirkan. Akan tetapi, itu juga berarti bahwa persendian bisa menjadi tidak seimbang dan lebih bergerak daripada biasanya, sehingga menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit.

Meskipun ini dimaksudkan untuk membantu kelahiran, terkadang tubuh dapat mulai memproduksi hormon-hormon ini pada awal kehamilan. Selain itu, berat dan posisi bayi juga diduga mempengaruhi nyeri panggul, serta gejala SPD cenderung memburuk saat kehamilan berlanjut.


(AFN)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda