
kehamilan
Apakah Ada Dampak Bila Ibu Hamil Tidak Melakukan Imunisasi?
HaiBunda
Jumat, 03 Feb 2023 13:36 WIB

Imunisasi menjadi kunci penting untuk melindungi tubuh dari infeksi virus dan bakteri. Tak cuma anak, ibu hamil atau bumil juga perlu melakukan imunisasi.
Salah satu bentuk imunisasi ini adalah suntik vaksin. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), vaksin digunakan sebagai pencegahan dan pengendalian wabah penyakit menular.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jenis vaksin tertentu aman dan direkomendasikan untuk wanita sebelum, selama, dan setelah kehamilan. Tujuan pemberian vaksin adalah menjaga kesehatan dan melindungi bumil dan bayi dalam kandungan.
"Antibodi yang dikembangkan ibu sebagai respons terhadap vaksin ini tidak hanya melindungi mereka, tetapi juga dapat melewati plasenta dan membantu melindungi bayi dari penyakit serius di awal kehidupan. Vaksinasi selama kehamilan juga membantu melindungi ibu dari penyakit serius yang kemudian akan ditularkan pada bayinya," demikian penjelasan CDC, dalam laman resminya.
Vaksin ibu hamil dapat melindungi bunda dan janinnya selama kehamilan dari berbagai penyakit seperti flu, tetanus, difteri, pertusis atau batuk rejan, hingga COVID-19.
Dampak ibu hamil tidak imunisasi
Bumil yang tidak imunisasi dengan suntik vaksin tidak akan mendapatkan perlindungan dari virus dan bakteri tertentu. Melansir dari beberapa sumber, berikut dampak ibu hamil yang tidak mendapatkan imunisasi pada beberapa jenis vaksin:
1. Dampak tidak vaksin influenza
Bunda dapat berisiko mengalami komplikasi bila tidak mendapatkan vaksin influenza saat hamil. Perubahan fungsi kekebalan, jantung, dan paru-paru selama kehamilan biasanya membuat bumil lebih berisiko sakit parah akibat flu.
Nah, sakit flu selama hamil ini kemungkinan bisa membuat bumil menjalani rawat inap atau komplikasi kehamilan yang lebih tinggi, seperti persalinan prematur. Vaksin influenza menjadi penting selama hamil karena tidak mendapatkannya bisa meningkatkan risiko penyakit flu yang membahayakan diri sendiri dan janin.
2. Dampak tidak vaksin COVID-19
Vaksin COVID-19 sudah dapat diberikan selama kehamilan dengan beberapa aturan. Vaksin ini dapat melindungi bumil dari paparan virus COVID-19, serta meminimalkan gejala berat bila tertular.
Dampak terburuk bila bumil terpapar virus COVID-19 adalah kelahiran prematur, lahir mati, hingga kematian ibu dan janin.
Dampak tidak imunisasi saat hamil lainnya, dalam dibaca di halaman berikutnya ya.
Bunda ingin membeli produk kesehatan dan kebutuhan ibu hamil lainnya langsung aja yuk, Bun klik di sini.
Simak juga daftar vaksin yang bisa Bunda dapatkan saat hamil, dalam video berikut:
DAMPAK BUMIL TIDAK IMUNISASI: BAYI BISA ALAMI BATUK REJAN
Dampak Ibu Hamil Tidak Melakukan Imunisasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Natali_Mis
3. Dampak tidak suntik Vaksin Tdap
Vaksin Tdap (tetanus, difteri, acellular pertussis) dianjurkan untuk diberikan kapan saja selama kehamilan. Namun biasanya, vaksin diberikan 1 dosis pada usia kehamilan setelah 20 minggu dan sebelum 28 minggu. Sumber lain menyatakan, vaksin Tdap lebih optimal diberikan pada usia antara kehamilan 27-36 minggu.
Dampak terburuk dari tidak vaksin Tdap dapat dialami bayi baru lahir. Bayi baru lahir yang ibunya tidak mendapatkan vaksin Tdap bisa rentan terkena batuk rejan. Menurut CDC, batuk rejan adalah penyakit serius yang dapat mematikan untuk bayi.
4. Dampak tidak vaksin TT saat hamil
Vaksin TT (Tetanus Toksoid) diberikan untuk mencegah bumil dan bayinya terkena infeksi tetanus yang disebabkan Clostridium tetani. Menurut WHO, tetanus merupakan penyakit akut yang fatal. Tetanus neonatorum dapat terjadi pada bayi baru lahir yang memiliki kadar anti tetanus rendah karena kurangnya antibodi ibu yang ditransfer secara pasif saat kehamilan.
Vaksin TT direkomendasikan selama hamil untuk mengurangi risiko tetanus neonatorum. Dampak tetanus neonatorum bisa menyebabkan bayi berhenti menyusu, tubuh menjadi kaku, mengalami kejang atau kontraksi otot parah.
5. Dampak lainnya
Beberapa vaksin ibu hamil lain dapat diberikan pada kondisi khusus dan atas rekomendasi dokter. Beberapa di antaranya adalah hepatitis A dan hepatitis B.
Ulasan di Canadian Family Physician tahun 2015 menjelaskan bahwa infeksi virus hepatitis A yang terjadi saat hamil dikaitkan dengan komplikasi, seperti peningkatan kontraksi uterus prematur, solusio plasenta, dan ketuban pecah dini.
Sedangkan infeksi hepatitis B yang ditularkan ibu ke bayinya dapat menyebabkan masalah kesehatan yang parah. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut, bayi yang terinfeksi hepatitis akan memiliki sekitar 90 persen peluang untuk mengembangkan penyakit infeksi kronis seumur hidupnya.
"Bila tidak diobati, sekitar 1 dari 4 anak yang mengidap hepatitis B akan meninggal karena masalah kesehatan yang berhubungan dengan infeksi, seperti kerusakan hati, penyakit hati, atau kanker hati," kata CDC.
Pada intinya, bayi baru lahir belum memiliki sistem kekebalan yang sempurna, sehingga sangat rentan terhadap infeksi. Itu sebabnya bunda hamil disarankan mendapat vaksin Tdap, influenza, hingga COVID-19 agar dapat mengembangkan antibodi untuk melindungi bayi sejak dalam kandungan hingga setelah lahir.
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
7 Vaksin yang Direkomendasikan Sebelum, Selama & Setelah Kehamilan

Kehamilan
Perbedaan Vaksin dan Imunisasi untuk Ibu Hamil, Jangan Keliru Bun!

Kehamilan
Kapan Ibu Hamil Butuh Suntik Imunisasi Tetanus, Manfaat dan Berapa Kali Dilakukan?

Kehamilan
7 Imunisasi Ibu Hamil, Beserta Waktu Suntik yang Tepat & Harga

Kehamilan
Syarat Vaksin Booster COVID-19 untuk Bumil & Jenis Vaksin yang Rendah KIPI


5 Foto
Kehamilan
5 Potret Menakjubkan Ilustrasi Janin dalam Rahim dari Trimester 1-Trimester 3
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda