
kehamilan
Polip Rahim: Penyebab, Gejala & Dampaknya pada Kesuburan
HaiBunda
Minggu, 28 May 2023 16:35 WIB


Polip rahim adalah munculnya benjolan pada lapisan rahim atau kondisi lapisan rahim yang ditumbuhi banyak pembuluh darah. Pertumbuhan polip rahim ada di dalam rongga rahim, Bunda.
Polip bisa berbentuk kecil seukuran kacang hijau, atau paling besar bisa memiliki ukuran seperti kacang merah. Polip rahim memiliki tekstur atau konsistensi lembut karena berada di dalam rahim. Benjolan dari polip bisa tumbuh lebih dari satu atau banyak di organ reproduksi ini.
Nah, karena polip rahim ini adalah benjolan yang berisi pembuluh darah, maka bisa menyebabkan perdarahan yang keluar dari rahim, baik di luar siklus haid atau setelah melakukan hubungan seksual.
Jenis polip rahim
Jenis dari polip rahim akan tergantung dari lokasi pertumbuhannya, yakni:
- Polip endometrium yang terletak di dalam rahim
- Polip endoserviks yang terletak di saluran keluar dari rahim
Gejala polip rahim
Polip rahim hanya bisa terdeteksi melalui pemeriksaan medis. Gejalanya pun mirip dengan beberapa kondisi medis yang terjadi di rahim.
Berikut beberapa gejala khas polip rahim:
- Volume menstruasi berlebih (menorrhagia)
- Perdarahan di luar siklus haid
- Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
- Sulit atau tidak bisa hamil (infertilitas)
Penyebab dan faktor risiko polip rahim
Polip rahim dapat disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron pada wanita. Penyebab ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, seperti:
1. Obesitas atau kelebihan berat badan
Tidak seimbangnya hormon estrogen dan progesteron banyak dijumpai pada wanita yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Bunda yang mengalami obesitas perlu waspada dengan polip rahim, terutama bila mengalami perdarahan di luar siklus haid.
2. Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)
Masalah atau kelainan hormonal seperti PCOS juga bisa meningkatkan risiko terkena polip rahim, Bunda. PCOS umumnya dialami wanita usia subur.
PCOS dan polip rahim memiliki gejala yang sama, yakni munculnya perdarahan di luar siklus haid. Untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan lanjutan dibutuhkan, seperti melihat sumber perdarahan, serta ada atau tidaknya kelainan organ dan struktural (polip).
3. Adenomiosis
Adenomiosis merupakan kelainan pada rahim. Ini adalah kondisi di mana sel-sel endometriosis masuk ke otot rahim. Pada kondisi ini, rahim akan tampak membesar. Adenomiosis juga dapat menjadi salah satu faktor risiko pertumbuhan polip rahim.
4. Menopause
Kelainan hingga perubahan hormon juga bisa terjadi ketika wanita sudah memasuki masa menopause. Akibatnya, perdarahan dapat kembali terjadi meski wanita itu sudah 2-3 tahun tidak haid.
Darah yang keluar ini bisa menjadi pertanda lapisan endometrium tumbuh dan dapat mencetuskan terjadinya polip rahim.
5. Pengidap kanker payudara yang menjalani pengobatan
Pengidap kanker payudara umumnya akan mendapatkan obat tamoxifen. Obat ini berfungsi untuk mematikan sel-sel kanker dan mencegah sel kanker tumbuh kembali.
Di payudara, obat tamoxifen akan menekan aktivitas kelenjar payudara. Tetapi di rahim, obat ini justru dapat merangsang pertumbuhan sel-sel polip. Jadi terkadang pasien yang sedang menjalani pengobatan kanker payudara akan mengeluhkan adanya perdarahan di luar siklus haid.
Polip rahim bisa bikin sulit hamil
Selain pada usia menopause, polip rahim juga banyak ditemukan pada wanita usia subur. Kondisi ini juga dapat mengganggu fertilitas atau kesuburan, Bunda.
Jaringan yang tumbuh pada polip tidak akan mengganggu sel telur, melainkan tempat melekatnya embrio ke rahim. Bila diibaratkan, seperti pesawat (embrio) yang sulit mendarat di tempat pendaratan (lapisan rahim) karena banyak bebatuan (polip).
Nah, karena adanya benda asing di rahim, maka polip bisa membuat seorang wanita menjadi susah hamil. Tapi bila polip cepat ditangani, biasanya hanya butuh waktu 6 bulan bagi wanita tersebut sudah bisa hamil.
Apa polip rahim bisa menjadi kanker?
Polip rahim tidak membahayakan atau menyebabkan kematian ya, Bunda. Selain itu, kemungkinan polip ini berubah menjadi kanker juga sangat kecil sekali, bahkan tidak ada kanker yang disebabkan oleh polip ini.
Namun, deteksi dini diperlukan untuk mengatasi ketidaknyamanan karena terus mengalami perdarahan di luar siklus haid. Selain itu, deteksi juga penting dilakukan untuk wanita yang berencana punya momongan.
Diagnosis polip rahim
Gejala polip rahim sama dengan pengidap PCOS dan adenomiosis, sehingga kondisi ini sulit untuk dikenali tanpa pemeriksaan khusus. Ada beberapa teknik pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis polip rahim, yakni:
1. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) adalah metode pemeriksaan menggunakan gelombang suara. Pemeriksaan ini dapat menghasilkan gambar di dalam rahim untuk melihat lokasi polip. Pemeriksaan dari USG mungkin sulit mendeteksi langsung polip di rahim, sehingga pemeriksaan lanjutan dibutuhkan.
2. USG dengan Saline Infusion Sonohysterography (SIS)
Polip rahim juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG dengan Saline Infusion Sonohysterography (SIS). Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan cairan ke dalam rahim, lalu menggunakan USG untuk melihat ada atau tidaknya polip.
3. Histeroskopi
Histeroskopi digunakan untuk mendiagnosis penyebab utama perdarahan di rahim, salah satunya bisa karena polip. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat bernama hiteroskop, yang bisa melihat kondisi rahim. Histeroskopi dapat langsung dikerjakan saat rawat jalan.
4. Biopsi
Deteksi polip rahim dengan biopsi juga dapat dilakukan, Bunda. Biopsi dilakukan dengan cara mengambil jaringan dalam tubuh (kemungkinan polip) untuk diperiksa lebih lanjut. Biopsi untuk diagnosis polip lebih baik lagi bila dikombinasikan dengan histeroskopi.
Penanganan polip rahim
Operasi pengangkatan polip adalah satu-satunya cara untuk menangani kondisi medis ini. Terutama bila polip sudah tumbuh membesar dan menyebabkan perdarahan di luar siklus haid. Pengangkatan polip bisa dilakukan melalui histeroskopi atau teknik kuret.
Tapi meski sudah diangkat, polip masih bisa kembali tumbuh di dalam rahim. Ini dapat terjadi pada wanita yang belum mengelola faktor risikonya, seperti obesitas atau kelainan hormon di tubuh.
Bila tidak ingin menjalani operasi, Bunda bisa memilih cara lain untuk menekan pertumbuhan polip di dalam rahim. Perawatan ini berupa suntik obat-obatan mengandung hormon atau dipasang hormon di dalam rahim (IUD mirena). Terkadang, pemberian hormon ini bisa mengatasi polip.
Pencegahan polip rahim
- Menerapkan pola hidup sehat
- Memenuhi asupan nutrisi, terutama bila kekurangan vitamin D
- Menjaga berat badan ideal atau menurunkan berat badan bila sudah berlebih
- Melakukan pengobatan atau penanganan PCOS atau adenomiosis
- Melakukan pemeriksaan berkala ke dokter, terutama bila ingin memiliki momongan
Kapan harus ke dokter?
Munculnya gejala polip rahim, seperti perdarahan di luar siklus haid dan pendarahan usai berhubungan seksual, bisa menjadi alasan Bunda harus segera periksa ke dokter. Sebelum ke dokter, pastikan dulu perdarahan tersebut terjadi setidaknya selama tiga bulan berturut-turut.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak informasi mengenai gangguan kesuburan lainnya dalam video di bawah ini:
(rap/rap)ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Nyeri Berlebih saat Haid? Kenali Kista cokelat: Gejala, Penyebab & Pengobatan

Kehamilan
Ibu Hamil dengan Diabetes Gestasional, Bolehkah Puasa Ramadan?

Kehamilan
7 Penyebab Keguguran Berulang, Usia Ibu Hamil hingga Kelainan Bentuk Rahim

Kehamilan
Penyebab hingga Gejala Penyakit Asam Lambung saat Hamil, Simak Cara Mengatasinya

Kehamilan
Beda Morning Sickness dan Hipermesis Gravidarum, Penyebab Ibu Hamil Muntah Berlebihan


5 Foto