
kehamilan
Apakah Janin Bisa Mendengar Suara Hati Bunda dan Menangis? Simak Faktanya
HaiBunda
Rabu, 07 Jun 2023 20:40 WIB

Tahukah Bunda, janin di dalam kandungan sudah bisa mendengar suara lho? Sekitar usia kehamilan 16 minggu, struktur di telinga sudah mulai terbentuk, sehingga janin mulai bisa mendeteksi suara.
Beberapa suara pertama yang didengar bayi ini termasuk detak jantung, gemericik di perut, serta suara udara masuk dan keluar paru-paru ibunya. Saat pendengaran terus berkembang, bayi akan mulai mendengar lebih banyak lagi tentang dunia di luar rahim.
Nah, memasuki usia 24 minggu, telinga bayi sudah berkembang sempurna. Penelitian menunjukkan bahwa banyak bayi dalam kandungan akan memutar kepalanya sebagai respons terhadap suara dan kebisingan lainnya.
Namun, adanya cairan ketuban dan semua lapisan tubuh membuat suara yang terdengar di dalam rahim teredam. Selain itu, tidak ada udara yang membawa suara tersebut di dalam rahim.
Untuk membayangkan suara apa yang didengar bayi, Bunda dapat meletakkan tangan di atas mulut dan berbicara. Percakapan teredam itu seperti suara bayi di dalam rahim.
Bunda mungkin dapat membedakan nada dan tinggi nada, tetapi kata-katanya tidak jelas. Bila menyanyikan sebuah lagu dengan mulut tertutup, kemungkinan besar Bunda akan mendengar nada, bukan liriknya. Semakin keras suaranya, semakin besar kemungkinan bayi dapat mendengarnya. Itu lah yang didengar janin.
Suara yang paling jelas didengar janin
Sudah bukan rahasia lagi, suara paling jelas yang dapat didengar bayi adalah suara Bundanya. Dilansir Very Well Family, sebagian besar suara yang didengar bayi ini ditransmisikan dari udara dan kemudian melalui rahim. Suara Bunda yang bergema melalui tubuh dan tulang juga akan memperkuat suara ini.
Penelitian telah menunjukkan bahwa detak jantung janin meningkat setelah mendengar suara ibunya. Artinya, bayi menjadi lebih bersemangat saat Bunda berbicara.
Fakta lain menunjukkan, kata-kata yang bayi dengar dari ibunya akan dikenali bahkan setelah ia lahir. Menariknya, penelitian ini pun menemukan bahwa bayi dapat mendeteksi perubahan halus dan memproses informasi yang kompleks.
![]() |
Janin bisa tahu Bunda menangis dan ikut Menangis
Mengutip laman RMC Health System, penelitian telah menunjukkan bahwa selama kehamilan, bayi merasakan apa yang Bunda rasakan, dan dengan intensitas yang sama. Itu berarti jika Bunda menangis, maka bayi dapat merasakan emosi yang sama, seolah-olah itu milik mereka sendiri.
Selama masa kehamilan, bayi sedang mempersiapkan diri untuk hidup di dunia luar. Mungkin Bunda bertanya-tanya, bagaimana mereka melakukan ini atau menafsirkan pesan yang dikirimkan ibunya selama kehamilan.
Sebuah studi dari University of California-Irvine menunjukkan, keadaan emosi seorang ibu dapat memengaruhi perkembangan bayinya baik sebelum maupun sesudah lahir.
Selain itu, janin juga menerima sinyal kimia dan hormonal melalui plasenta. Sinyal-sinyal itu terhubung langsung dengan keadaan emosi Bunda.
Jika Bunda sangat sedih, atau menderita depresi, bayi juga mengalami perasaan itu. Keadaan emosi Bunda memengaruhi perkembangan bayi untuk sebagian besar hidup mereka.
Sering dikatakan bahwa tahap yang paling menentukan bagi janin adalah saat mencapai minggu ke-32. Saat itulah ia berperilaku hampir seperti bayi baru lahir dan paling peka terhadap segala sesuatu yang mengelilinginya. Janin bahkan dapat bermimpi dan memiliki fase tidur REM sendiri.
Kebanyakan orang tua sering mencoba untuk memberikan rangsangan pada janin dari luar dengan musik, kata-kata yang baik, belaian dan bahkan menyalakan lampu di perut. Praktik-praktik tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, meskipun pentingnya kesejahteraan ibu sebagai variabel penentu perkembangan saraf janin sering diabaikan.
Terlepas dari itu semua, yang perlu diketahui adalah hubungan emosional antara bayi dan ibu begitu kuat, sehingga semua yang ibu rasakan akan sampai ke janin dengan cara yang persis sama seperti makanan, yakni melalui tali pusat.
Apakah janin tahu kehadirannya tidak diinginkan?
Bahasan ini cukup sensitif dan bikin sedih ya, Bunda. Namun, kehamilan yang tidak diinginkan bukan lagi hal yang asing didengar. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat berarti kehadiran janin 'ditolak' oleh orang tuanya. Dilansir Psych Central, dari sisi psikologis, hal ini sulit untuk dijelaskan.
"Bayi yang sudah lahir bisa mengalami penolakan dari seorang bunda. Ada beberapa dekade penelitian tentang ikatan keterikatan yang membantu menjelaskan hal ini. Namun, kita tidak tahu apakah bayi yang belum lahir bisa merasakan penolakan dari seorang ibu. Ini adalah bidang yang sulit untuk diteliti dan hanya sedikit yang diketahui," kata seorang psikolog klinis berlisensi di Merrick di New York, Emily Guarnotta, PsyD.
Dari sudut pandang neuroendokrin (seperti, pertukaran kimiawi atau hormonal antara ibu dan bayi), hal itu mungkin saja terjadi. Sejauh ini sudah diketahui bahwa ibu hamil yang sedang dalam kesusahan akan melepaskan hormon stres, yang dapat memengaruhi perkembangan anaknya.
Penelitian soal ini memang terbilang masih langka, terutama tentang implikasi jangka panjangnya, Bunda. Akan tetapi, sebuah studi tahun 2018 mencatat bahwa seseorang yang percaya bahwa janin yang mendapat 'penolakan' dari orang tuanya, lebih cenderung memiliki rasa insecure pada sebuah hubungan saat dewasa.
"Jika Anda kesulitan untuk merasa terhubung dengan bayi yang belum lahir, cobalah untuk tidak menyalahkan diri sendiri. Banyak orang tua bermasalah dengan hal ini, terutama mereka yang pernah mengalami kehilangan perinatal sebelumnya, seperti keguguran atau lahir mati. Tetap terpisah dari kehamilan bisa menjadi bentuk perlindungan diri," kata Guarnotta.
Pentingnya menjaga kesehatan mental dan kelola emosi saat hamil
Saat hamil, banyak wanita cenderung lebih memperhatikan pola makan dan gaya hidup mereka. Sayangnya, mereka tidak selalu terlalu fokus pada kesejahteraan emosional. Misalnya pada kebanyakan kasus, seorang wanita tidak mengambil cuti melahirkan hingga saat-saat terakhir dan bekerja di lingkungan yang penuh tekanan, sehingga dapat memengaruhi perkembangan janin.
Investigasi yang dilakukan oleh University of California mengklaim bahwa ketegangan kronis, diskriminasi, atau gejala depresi berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). Selain itu, masalah lain juga terkait dengan perkembangan anak.
Seperti telah dijelaskan, meskipun emosi tidak mencapai bayi melalui ekspresi wajah, emosi dapat menjangkau Si Kecil melalui sistem endokrinnya. Partikel akan memasuki plasenta dan segala sesuatu yang Bunda rasakan akan bergema di janin. Hubungan antara keduanya begitu kuat sehingga dapat melampaui tali pusat.
Di sisi lain, hubungan kimiawi dan hormonal ini juga memiliki risiko tertentu karena tidak semua pesan yang diterima bayi itu positif. Untuk itu, Bunda sebaiknya waspada saat mengalami kesedihan, derita, dan stres yang berkepanjangan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Simak juga 4 manfaat mengajak bayi berbicara, dalam video berikut ini:
(aci/ank)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Alasan Ibu Hamil Harus Jaga Omongan, Bayi Bisa Mendengar dalam Kandungan

Kehamilan
Perkembangan Janin 4 Bulan yang Perlu Bunda Ketahui

Kehamilan
Tahap Perkembangan Janin dari Pembuahan hingga Persalinan, Bunda Perlu Tahu

Kehamilan
Tahapan Perkembangan Janin dari Awal hingga Persalinan, Bunda Perlu Tahu

Kehamilan
10 Hal Bikin Ibu Hamil Overthinking, Morning Sickness hingga Keguguran


7 Foto
Kehamilan
Intip 7 Potret Baby Moon Siti Badriah di Bali, Seru Bareng Suami Bun
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda