Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Bolehkah Ibu Hamil Keluar Malam dan Adakah Dampaknya untuk Perkembangan Janin?

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Kamis, 11 Jan 2024 18:45 WIB

Ilustrasi Ibu Hamil Keluar Malam
Bolehkah Ibu Hamil Keluar Malam dan Adakah Dampaknya untuk Perkembangan Janin?/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Pablo Vargas
Daftar Isi
Jakarta -

Malam hari dianggap waktu penting untuk mengistirahatkan tubuh, terutama bila Bunda sedang hamil. Ibu hamil disarankan untuk mendapatkan tidur berkualitas di malam hari karena secara tak langsung memengaruhi perkembangan janinnya.

Tapi bagaimana bila ibu hamil harus keluar malam karena urusan pribadi atau pekerjaan? Adakah dampak untuk perkembangan janin?

Sebenarnya tidak ada aturan khusus yang melarang ibu hamil keluar malam. Namun, bila bicara soal waktu istirahat, maka ibu hamil sebaiknya mempertimbangkan lagi untuk keluar malam, apalagi untuk urusan kerja,

Penelitian yang diterbitkan di Occupational & Environmental Medicine dalam BMJ Journal tahun 2019 menjelaskan dampak dari ibu hamil bekerja di malam hari. Setidaknya, mereka yang bekerja dua shift malam dalam satu minggu kemungkinan berisiko mengalami keguguran lebih tinggi pada minggu berikutnya.

"Perempuan yang bekerja shift malam terpapar cahaya di malam hari yang dapat mengganggu ritme sirkadian dan menurunkan pelepasan melatonin," kata penulis utama studi, Dr. Luise Molenberg Begtrup, dilansir NBC News.

Melatonin telah terbukti berperan penting dalam menjaga kehamilan, terutama menjaga fungsi plasenta. Menurut ulasan di Sleep Foundation, melatonin dapat memengaruhi perkembangan neurologis janin yang pada akhirnya dikaitkan dengan penurunan risiko masalah pada lesi otak.

Dampak buruk ibu hamil bekerja di malam hari

Penelitian yang dilakukan Begtrup dan rekan-rekannya menganalisis 10.046 perempuan yang melakukan kerja shift malam selama minggu ke-3 hingga ke-21 kehamilan. Hasilnya didapatkan 740 kasus keguguran. Sementara di antara 12.697 perempuan yang tidak bekerja shift malam, terdapat 1.149 kasus keguguran.

Setelah memperhitungkan usia ibu, indeks massa tubuh (IMT), kebiasaan merokok, jumlah kelahiran sebelumnya, status ekonomi, dan riwayat keguguran, Begtrup dan peneliti lainnya menemukan bahwa bekerja dua malam atau lebih dalam satu minggu (usia hamil 8-22 minggu), dikaitkan dengan peningkatan keguguran sebesar 32 persen di minggu berikutnya.

Meski para peneliti melihat adanya hubungan bekerja malam dengan keguguran, penelitian tidak secara khusus menjelaskan bahwa kerja shift malam menyebabkan janin meninggal di awal kehamilan.

"Bahkan bila dapat dibuktikan bahwa shift malam memang meningkatkan risiko keguguran, dalam kasus individu yang risikonya sangat kecil, mengakhiri shift malam tidak akan berdampak besar dalam mengurangi tingkat keguguran," ujar kepala endokrinologi reproduksi dan infertilitas di NewYork-Presbyterian/Columbia University Irving Medical Center, Dr. Zev Williams.

Meski belum banyak penelitian yang menemukan kaitan bekerja malam dengan perkembangan janin, tidak ada salahnya untuk mengurangi aktivitas ini. Bila Bunda khawatir, coba untuk konsultasikan dulu ke dokter ya.

Ibu hamil tidurIlustrasi Ibu Hamil Sulit Tidur/ Foto: iStock

Dampak ibu hamil keluar malam dan kurang tidur

Keputusan untuk melakukan aktivitas di malam hari, terutama saat hamil, memang perlu dipertimbangkan dengan matang. Waktu tidur Bunda bisa terganggu bila keluar di malam hari. Apalagi bila keluar tanpa waktu yang lama.

Kekurangan tidur di malam hari dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi Bunda dan janin. Penelitian yang diterbitkan oleh Sleep Research Society tahun 2010 menjelaskan bahwa ibu hamil yang terlalu banyak atau kurang tidur di awal kehamilan rentan terkena tekanan darah tinggi pada trimester ketiga.

Ada beberapa dampak ibu hamil kurang tidur yang memengaruhi kondisi janin, yakni:

1. Pertambahan berat badan yang berlebihan

Studi yang diterbitkan dalam Sleep and Biological Rhythms tahun 2020 menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk dikaitkan dengan pertambahan berat badan berlebihan selama hamil. Pertambahan berat badan melebihi normalnya berhubungan dengan bayi lahir dengan berat berlebih dan obesitas pada perempuan setelah melahirkan.

2. Diebetes gestasional

Sebuah kajian meta analisis tahun 2017 yang diterbitkan dalam Sleep Medicine Reviews menemukan, durasi tidur pendek selama kehamilan (kurang dari enam seperempat jam per malam) mungkin berhubungan dengan hiperglikemia dan peningkatan risiko diabetes gestasional.

Diabetes gestasional terjadi ketika ibu hamil tidak dapat memproduksi cukup insulin, yakni hormon yang mengontrol gula darah (glukosa). Demikian seperti dilansir Very Well Family.

Ada beberapa risiko dari diabetes gestasional, yakni tekanan darah tinggi (hipertensi) selama kehamilan, dan bayi lahir dengan berat berlebih, sehingga meningkatkan risiko persalinan caesar.

3. Hipertensi

Hipertensi pada kehamilan terjadi ketika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHG, yang terjadi berulang kali setelah usia kehamilan 20 minggu. Ibu hamil yang mengalami hipertensi ini sebelumnya tidak mengalami tekanan darah tinggi, Bunda. Peningkatan tekanan darah berlebihan bersamaan dengan kelebihan urine bisa menyebabkan preeklamsia.

Kekurangan waktu tidur telah banyak dikaitkan dengan preeklamsia. Kondisi ini dapat mengakibatkan kelahiran prematur, perdarahan hebat, hingga kematian ibu.

Waktu tidur yang disarankan untuk ibu hamil

Jadwal tidur ibu hamil dapat dibagi menjadi tidur malam dan siang hari. Namun, proporsi tidur malam harus lebih banyak dibandingkan siang hari.

Profesor keperawatan di University of California San Francisco, Kathy Lee menyarankan jam tidur ibu hamil yang baik setidaknya 8 jam setiap malam, sehingga bisa memenuhi kebutuhan tidur 7 jam.

"Seorang wanita perlu tidur lebih awal saat dia hamil," kata Lee, dilansir Live Science.

"Saat hamil, wanita membutuhkan istirahat ekstra dan tidak bisa lagi mengikuti jadwal tidur seperti sebelum hamil."

Nah, pada waktu siang hari, Bunda bisa kembali tidur singkat untuk mengembalikan energi atau mengatasi kelelahan. Jika memungkinkan, Bunda bisa tidur siang selama 30 sampai 60 menit.

Jika dalam 10 sampai 15 menit Bunda kesulitan untuk tidur, segera bangun dan pindah ke ruangan lain dan lakukan sesuatu yang bisa merangsang rasa kantuk, seperti membaca atau mendengarkan musik lembut.

Kehamilan sendiri bisa membuat Bunda kesulitan mendapatkan tidur yang berkualitas. Bila harus ditambahkan dengan waktu keluar malam, ini mungkin bisa mengganggu pola tidur secara keseluruhan.

Demikian penjelasan mengenai boleh atau tidaknya ibu hamil keluar malam. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda