Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Waktu yang Disarankan untuk Ibu Hamil CTG dan Manfaat Pemeriksaannya untuk Janin

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Minggu, 14 Apr 2024 18:40 WIB

Ilustrasi Tes CTG
Ilustrasi CTG/ Foto: Getty Images/iStockphoto
Daftar Isi
Jakarta -

Selama hamil, Bunda bisa melakukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan kehamilan berjalan baik. Salah satunya adalah pemeriksaan cardiotocograph (CTG) ibu hamil.

Menurut ulasan di Cochrane Database of Systematic Reviews (CDSR) tahun 2015, CTG adalah pencatatan detak jantung janin secara terus-menerus yang diperoleh melalui transduser ultrasonografi yang ditempatkan di perut ibu. CTG banyak digunakan pada kehamilan sebagai metode untuk menilai kesejahteraan janin, terutama pada kehamilan dengan risiko komplikasi.

Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi, Dr. Sabiha Anjum, mengatakan bahwa CTG digunakan tak hanya untuk memantau detak jantung janin, tetapi juga untuk menjaga kontraksi. Definisi tersebut diambil dari kata cardio (jantung), toco (kontraksi), dan graph (rekaman).

"Tes CTG selama kehamilan biasanya dilakukan pada trimester ketiga dan juga selama persalinan. Pemanfaatan tes ini dengan benar dapat membantu mencegah bayi meninggal karena kekurangan oksigen," kata Anjum, dilansir Parenting Firstcry.

Menurut Anjum, CTG adalah pemeriksaan yang tidak wajib. Ibu hamil biasanya direkomendasikan melakukan pemeriksaan ini bila memiliki kehamilan yang berisiko.

Kondisi ibu hamil perlu CTG

Ada beberapa kondisi ibu hamil biasanya disarankan untuk melakukan CTG, seperti:

  • Tekanan darah tinggi.
  • Bunda diberikan obat untuk meningkatkan kecepatan persalinan.
  • Ibu hamil diberikan epidural untuk membantu mengatasi rasa sakit selama kontraksi.
  • Keluar darah segar saat proses persalinan.
  • Bunda memiliki penyakit seperti diabetes atau hipertensi.
  • Cairan ketuban terlalu banyak (polihidramnion) atau terlalu sedikit (oligohidramnion).
  • Hamil anak kembar atau lebih.
  • Diduga ada masalah pada plasenta yang mungkin mengurangi jumlah darah yang diterima bayi.
  • Terjadi perubahan gerakan pada janin, seperti gerakan tak menentu atau lebih lambat dari biasanya.
  • Bayi berada dalam posisi yang tidak biasa.
  • Suhu tubuh ibu hamil tinggi.
  • Janin telah mengeluarkan mekonium (buang air besar) di dalam cairan ketuban. Mekonium bisa berbahaya bila tertelan oleh bayi.
  • Bayi tampak kecil atau tidak tumbuh dengan baik.
  • Ibu hamil pernah menjalani prosedur seperti versi cephalic eksternal (untuk mengubah bayi sungsang).
  • Ibu hamil telah menjalani amniosentesis pada trimester ketiga untuk menentukan apakah paru-paru bayi cukup matang untuk lahir atau untuk menyingkirkan infeksi rahim.
  • Bunda telah melewati tanggal jatuh tempo dan dokter ingin melihat perkembangan bayi.
  • Bayi telah didiagnosis mengidap kelainan atau cacat lahir dan perlu dilakukan pemantauan.
  • Bunda pernah mengalami keguguran di trimester kedua karena alasan yang tidak diketahui.
Ilustrasi Tes CTGIlustrasi Tes CTG/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Waktu disarankan CTG dan manfaatnya bagi ibu hamil

Dikutip dari Baby Center, CTG biasanya dilakukan pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini merupakan prosedur yang sederhana, tidak menimbulkan rasa sakit, dan bersifat non-invasif. Selama tes, dokter akan memantau detak jantung bayi, yang pertama saat bayi beristirahat, lalu saat dia bergerak.

"Sama seperti jantung dewasa yang berdetak lebih cepat saat beraktivitas, detak jantung bayi juga meningkat saat ia bergerak atau menendang," ujar Konsultan Dokter spesialis Obstetri dan Ginekolog, Dr Deepti Gupta.

Normalnya, detak jantung bayi berkisar antara 120 dan 160 detak per menit dan meningkat saat bayi bergerak. Memeriksa apakah detak jantung bayi merespons gerakannya merupakan cara untuk mengetahui apakah ia mendapatkan cukup oksigen atau tidak dari plasenta.

Secara khusus, CTG juga bisa membantu mendeteksi anomali yang mungkin terjadi selama kontraksi. Detak jantung selama ini memiliki pola tertentu dan perubahan spesifik mungkin menunjukkan adanya masalah. Jika dokter yakin bahwa masalah ini dapat membahayakan kehamilan, mereka akan memulai operasi caesar darurat atau persalinan dengan bantuan.

Perlu diketahui ya, CTG menggunakan gelombang suara untuk mendeteksi dan memantau detak jantung bayi. CTG menggunakan pemindaian Doppler, sejenis USG yang membantu mempelajari objek bergerak. Hal ini menjadi relevan dalam mendeteksi detak jantung bayi.

Tatalaksana CTG ibu hamil

Sebelum melakukan CTG, ibu hamil mungkin diminta untuk makan sesuatu dengan harapan bisa merangsang bayi untuk lebih banyak bergerak. Setelah itu, Bunda diminta untuk buang air karena saat dilakukan CTG, Bunda mungkin akan berbaring selama 20 hingga 60 menit.

Pilihan lainnya, Bunda dapat diminta untuk duduk di kursi khusus atau berbaring miring ke kiri dengan disangga bantal di punggung. Kemudian, seorang perawatan akan mengikatkan dua sensor elektronik di atas perut. Satu sensor digunakan untuk memantau detak jantung dan gerakan bayi, sementara yang lain mencatat kontraksi rahim.

Arti hasil CTG ibu hamil

Pada pemeriksaan CTG, dokter akan memeriksa apakah hasilnya 'reaktif' atau 'non-reaktif'. Berikut penjelasannya:

1. Hasil tes reaktif

Hasil tes reaktif menunjukkan bahwa detak jantung bayi meningkat sesuai jumlah yang diharapkan setelah ia bergerak.

2. Hasil tes non-reaktif

Hasil ini berarti detak jantung bayi tidak meningkat setelah ia melakukan gerakan. Hasil non-reaktif belum tentu berarti ada masalah. Hasil tes bisa saja tidak memberikan informasi yang cukup, dan Bunda mungkin perlu mengulanginya pemeriksaan lagi.

Jika bayi masih tidak bergerak, Bunda biasanya akan diminta untuk bergerak, minum air atau jus untuk merangsang gerakan. Dokter juga bisa menekan perut Bunda dengan lembut untuk membangunkan bayi yang mungkin sedang tertidur.

Nah, bila hasil CTG kedua tetap menunjukkan bayi tidak merespons dengan baik dan detak jantungnya tidak sesuai, maka dokter akan menyarankan pemeriksaan lebih lanjut.

"Hasil non-reaktif juga dapat menunjukkan bahwa bayi tidak mendapatkan cukup oksigen atau plasenta tidak berfungsi sebagaimana mestinya," kata Gupta.

"Dokter akan merujuk ibu hamil untuk menjalani pemeriksaan USG guna menilai profil biofisik bayi. Tes ini menggabungkan non-stress test dengan USG," sambungnya.

Dalam pemeriksaan CTG, ada pula kisaran detak jantung yang dijadikan patokan untuk hasilnya, Bunda. Detak jantung janin berkisar 110 sampai 160 per menit dikatakan aman, 100 sampai 109 atau 161 sampai 180 masuk kategori peringatan, sementara yang dikatakan mengancam adalah lebih rendah dari 1100 atau lebih dari 180.

Kelemahan CTG

Beberapa model mesin CTG menawarkan mobilitas yang buruk selama persalinan sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Penggunaan CTG juga sering kali dijadikan tolak ukur untuk melakukan operasi caesar atau persalinan berbantuan, meskipun hal tersebut mungkin tidak diperlukan.

Selain itu, pembacaan hasil CTG yang tidak tepat juga bisa terjadi dan berakibat fatal, terutama bila hasil menunjukkan janin sudah mati tapi dianggap masih hidup. Hal tersebut biasanya terjadi ketika sensor menangkap denyut nadi aorta perut ibu dan salah mengiranya sebagai detak jantung.

Demikian serba-serbi CTG ibu hamil dan manfaatnya. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda