Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

7 Dampak Obesitas Ibu Hamil pada Janin, Bisa Sebabkan Kelainan Bawaan

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Sabtu, 18 May 2024 07:50 WIB

Ilustrasi Ibu Hamil
Ilustrasi Obesitas Ibu Hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto/ronnachaipark
Daftar Isi
Jakarta -

Obesitas selama kehamilan bisa membuat Bunda berisiko mengalami beberapa masalah kesehatan. Dampak obesitas dalam kehamilan terhadap janin juga bisa berakibat fatal, Bunda.

Dilansir Mayo Clinic, obesitas didiagnosis ketika Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang adalah 30 atau lebih. Secara umum, IMT adalah ukuran lemak tubuh berdasarkan tinggi dan berat badan. Pertambahan berat badan ideal yang terjadi selama hamil akan menyesuaikan IMT sebelum hamil.

Menurut Irmawati, S.Si.,Apt., obesitas disebabkan karena energi yang masuk ke tubuh tidak seimbang dengan energi yang keluar. Obesitas juga bisa terjadi karena pola makan yang salah, Bunda.

"Energi yang masuk lebih besar daripada energi yang keluar. Selain itu, pola makan yang terlalu banyak dan kalori juga dapat memicu obesitas," tulis Irmawati dalam buku Tanya Jawab Lengkap Kehamilan Bermasalah.

Obesitas selama kehamilan sangat berbahaya dan bisa berdampak pada janin. Memahami dampak obesitas menjadi sangat penting bagi Bunda yang sedang program hamil atau tengah menjalani kehamilan.

Dampak obesitas ibu hamil pada janin

Nah, berikut telah HaiBunda rangkum dari beberapa sumber, 7 dampak obesitas ibu hamil pada janin yang perlu diwaspadai:

1. Kelainan bawaan

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), bayi yang lahir dari ibu dengan obesitas memiliki peningkatan risiko cacat lahir, seperti kelainan jantung dan cacat tabung saraf.

"Bayi yang lahir dari ibu kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami kelainan bawaan, seperti spina bifida, cacat jantung, dan cacat tabung saraf," ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Valinda Riggins Nwadike, MD, MPH, dilansir Medical News Today.

2. Makrosomia

Makrosomia adalah ukuran janin lebih besar dari biasanya. Makrosomia dapat meningkatkan risiko cedera saat melahirkan, seperti bahu janin bisa tersangkut setelah kepala dilahirkan. Makrosomia juga dapat meningkatkan risiko kelahiran sesar.

Sementara itu, bayi yang lahir dengan lemak tubuh terlalu banyak mempunyai peluang lebih besar mengalami obesitas di kemudian hari.

3. Lahir prematur

Masalah yang berhubungan dengan obesitas, seperti preeklamsia, dapat menyebabkan kelahiran prematur. Artinya, bayi dilahirkan lebih awal karena alasan medis.

"Bayi prematur belum berkembang sepenuhnya seperti bayi yang lahir setelah usia kehamilan 39 minggu. Akibatnya, bayi prematur mempunyai peningkatan risiko masalah kesehatan jangka pendek dan jangka panjang," ujar Nwadike.

4. Bayi lahir mati (stilbirth)

Dampak obesitas dalam kehamilan pada janin juga bisa menyebabkan lahir mati atau stillbirth. Risiko akan semakin tinggi bila angka IMT Bunda tinggi dari hasil pengukuran.

Tidak seperti keguguran pada umumnya, stillbirth membutuhkan penanganan khusus saat melahirkan bayi dalam kandungan. Pilihannya, Bunda bisa melahirkan normal atau operasi caesar.

5. Janin tidak berkembang

Preeklamsia yang disebabkan obesitas dapat menyerang fungsi plasenta, yakni tempat masuknya nutrisi dan aliran darah ke janin. Bila fungsi plasenta terganggu, janin tidak akan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk berkembang.

Perlu diketahui, preeklamsia adalah kelainan tekanan darah tinggi serius terkait kehamilan yang dapat berkembang setelah usia 20 minggu kehamilan atau setelah melahirkan. Menurut penelitian tahun 2022 di Cell Journal, pengidap obesitas memiliki risiko tiga hingga empat kali lebih besar terkena preeklamsia.

6. Hipoglikemia

Diabetes gestasional adalah salah satu masalah kesehatan yang bisa muncul akibat obesitas selama hamil. Diabetes gestasional atau tingginya kadar gula darah dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan kondisi hipoglikemia.

"Beberapa bayi yang lahir dari ibu pengidap diabetes gestasional mungkin akan mengalami kadar gula darah yang rendah setelah dilahirkan atau hipoglikemia," ujar dokter anak bersertifikat ABMS, Mia Amstrong, MD.

7. Detak jantung janin lambat

Studi yang diterbitkan di International Journal of Gynecology & Obstetrics tahun 2016 menunjukkan bahwa janin dari ibu dengan obesitas menunjukkan variabilitas detak jantung yang lebih rendah dibandingkan janin dari ibu dengan berat badan normal.

Studi di The Egyptian Heart Journal tahun 2020 juga menemukan hal serupa. Para peneliti menemukan adanya gangguan fungsi sistolik dan diastolik pada janin dari ibu dengan obesitas dan diabetes. Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil sekitar usia 30 minggu dengan Echo Doppler.

Berat Badan Ibu HamilIlustrasi Obesitas Ibu Hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto

Penanganan obesitas saat hamil

Obesitas saat hamil perlu dikonsultasikan dengan dokter ya, Bunda. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menangani obesitas ibu hamil, yakni:

  1. Menjaga asupan kalori
  2. Mulai melakukan aktivitas fisik ringan
  3. Menjaga pikiran tetap positif atau hindari stres
  4. Hindari merokok dan alkohol
  5. Berhenti mengonsumsi suplemen atau obat-obatan tanpa resep dokter

"Meski berisiko mengalami obesitas, perempuan tetap bisa menjalani kehamilan yang sehat. Dibutuhkan pengelolaan berat badan yang cermat, memerhatikan pola makan, olahraga, dan melakukan perawatan prenatal yang teratur untuk memantau komplikasi, serta penanganan persalinan yang diperlukan," tulis ACOG.

Demikian 7 dampak obesitas ibu hamil pada janin, serta penanganannya. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda