
menyusui
3 Obat untuk Menghentikan ASI saat Ingin Menyapih, Simak Dosis & Efek Sampingnya
HaiBunda
Rabu, 06 Mar 2024 15:12 WIB

Daftar Isi
Keputusan untuk menyapih harus dipersiapkan dengan terencana, agar tak menyebabkan payudara bengkak akibat berhenti menyusui tiba-tiba. Termasuk mempertimbangkan penggunaan obat untuk menghentikan ASI. Apakah nantinya akan ada efek samping untuk kesehatan bunda.
Simak apa saja obat untuk menghentikan produksi ASI dan bagaimana dosis penggunaan serta efek sampingnya ya, Bunda. Pelajari bagaimana cara obat itu bekerja, dan apakah aman untuk kesehatan bunda ke depannya.
Sebelum beralih mengenai obat-obatan yang dapat membantu mengeringkan ASI, mari ketahui sekilas bagaimana ASI dibuat, Bunda. Perlu Bunda ketahui bahwa ada dua hormon utama yang terlibat dalam produksi ASI yakni prolaktin dan oksitosin. Obat-obatan ini dapat membantu menurunkan suplai ASI karena mereka memengaruhi salah satu hormon tersebut.
Prolaktin adalah hormon yang memberitahu tubuh untuk membuat ASI. Dan saat bayi menyusu, akan menjadi rangsangan yang membantu busui memproduksi lebih banyak prolaktin, yang berarti lebih banyak ASI.
Oksitosin adalah hormon yang membantu ASI mengalir keluar dari payudara saat Bunda menyusui. Biasanya, hal ini disebut sebagai pelepasan oksitosin atau letdown reflex. Letdown reflex ini dapat membantu ASI sampai ke bayi dengan mudah.
Hal ini bahkan dapat dipicu oleh perasaan seperti saat mendengar bayi menangis atau saat Bunda memiliki pemikiran yang menyenangkan tentang bayi.
Obat yang dapat membantu mengeringkan ASI
Setelah mengetahui bagaimana proses produksi ASI, saat ini Bunda dapat mengetahui obat-obatan apa saja yang dapat membantu mengeringkan ASI. Biasanya, obat-obatan ini membantu saat keputusan menyusui harus berakhir secara tiba-tiba karena sudah saatnya menyapih atau masalah medis lainnya. Sehingga, produksi ASI yang perlu dihentikan tersebut dapat dibantu dengan bantuan obat-obatan.
Berikut ini beberapa obat-obatan yang dapat mempengaruhi produksi ASI ya, Bunda:
1. Obat yang mengandung psedoefedrin
Pseudoephedrine (Sudafed) adalah obat OTC yang digunakan untuk mengobati hidung tersumbat. Obat ini juga dikombinasikan dengan obat lain di beberapa produk pilek dan flu.
Seringkali, obat-obatan ini mengandung huruf “D” (untuk dekongestan) pada namanya. Contohnya meliputi Zyrtec-D(setirizin/pseudoefedrin), Claritin-D (loratadin/pseudoefedrin), Allegra-D (fexofenadine/pseudoefedrin), Sinus Aleve-D dan Pilek(naproxen/pseudoephedrine) seperti dikutip dari laman Goodrx.
Sebuah penelitian kecil terhadap delapan perempuan menunjukkan bahwa hanya satu dosis pseudoefedrin (60 mg) dapat menurunkan produksi ASI. Alasannya tidak sepenuhnya jelas, tetapi para peneliti berpendapat bahwa pseudoefedrin dapat menurunkan jumlah prolaktin yang diproduksi tubuh.
Bicarakan dengan dokter mengenai dosis yang aman untuk mengonsumsinya terutama bagi Bunda yang memiliki riwayat kesehatan tertentu.
2. Obat dengan kandungan clomiphene
Clomiphene terkadang digunakan sebagai pengobatan kesuburan. Obat ini merangsang ovulasi (pelepasan sel telur) untuk membantu seseorang hamil. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan obat ini juga dapat menurunkan suplai ASI.
Clomiphene menurunkan kadar prolaktin, terutama prolaktin yang dibuat saat bayi menyusu. Faktanya, clomiphene telah terbukti membantu menghentikan laktasi pada ibu ingin berhenti menyusui. Tapi sayangnya, tidak ada persetujuan FDA untuk hal ini.
3. Alat kontrasepsi yang mengandung estrogen
Tidak semua jenis alat kontrasepsi memengaruhi suplai ASI busui, tetapi alat kontrasepsi yang mengandung estrogen mungkin mempengaruhinya. Mengonsumsi estrogen tidak berbahaya bagi bayi yang disusui. Namun beberapa penelitian menunjukkan hal itu dapat menurunkan suplai ASI.
Jika Bunda sedang menyusui dan menggunakan alat kontrasepsi, tanyakan kepada apoteker dan dokter apakah obat tersebut mengandung estrogen. Banyak produk KB mengandung kombinasi hormon seks estrogen dan progestin (sejenis progesteron). Jenis alat kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk pil, cincin vagina, dan skin patches.
Jika Bunda menggunakan produk KB dengan estrogen saat menyusui, pilihlah produk dengan dosis estrogen terendah yang tersedia. Dan mulailah kontrasepsi selambat-lambatnya setelah melahirkan, ketika persediaan ASI sudah lengkap (sekitar 4 hingga 6 minggu pascapersalinan).
Selain obat-obatan di atas, obat yang biasanya digunakan untuk menghentikan atau mengeringkan ASI yakni cabergoline (dostinex). Obat ini dianggap aman meski dapat menyebabkan efek samping ringan pada 20 persen kasus perempuan dan kelompok yang lebih moderat, sebanyak 5 persen.
Beberapa perempuan lebih memilih cara non pengobatan lainnya untuk mencoba dan mengontrol pembengkakan ASI dan mengeringkan ASI mereka, termasuk dengan memerah ASI dari payudara ke bagian ujung demi kenyamanan mereka seperti dikutip dari laman Wslhd.health.nsw.
Dosis dari penggunaan cabergoline 1 mg (2 tablet) dapat diminum bersama dengan makanan. Sebaiknya, tidak mengemudi selama enam jam setelah minum obat ini karena dapat menyebabkan pusing yang diakibatkan karena penurunan tekanan darah.
Selalu konsultasikan dengan dokter mengenai obat untuk menghentikan ASI yang hendak dikonsumsi ya, Bunda, demi faktor keamanan. Semoga informasinya membantu, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Menyusui
Bolehkah Anak Menyusu Lagi setelah Disapih? Simak Jawaban Dokter Laktasi

Menyusui
Sampaikan 10 Kalimat Positif Ini pada Anak agar Mudah Disapih

Menyusui
10 Cara Menyapih Anak Tanpa Drama, Bisa Ditiru Nih Bun!

Menyusui
Efek Menyapih Tiba-tiba pada Ibu Menyusui dan Si Kecil

Menyusui
5 Cara Mengatasi Bengkak Payudara Saat Menyapih Si Kecil


5 Foto
Menyusui
5 Potret Nola Be3 Galau Menyapih Nakeya meski Telah Menyusui Lebih dari 2 Th
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda