Jakarta -
Realita yang terjadi tidak seperti ekspektasi. Ya, hal itu bisa dialami siapa saja termasuk seorang wanita terkait dengan kehidupannya sebagai
ibu. Belum lagi ditambah kondisi lingkungan sekitar, realita yang nyatanya nggak semanis dan sesempurna yang diharapkan pun bisa bikin seorang ibu makin 'down'.
Seperti yang dialami ibu berumur 40 tahun bernama Margareth Nichols. Anak pertamanya lahir dengan mudah dan tanpa pengobatan berarti. Margareth pun percaya diri kalau kelahiran anak keduanya bisa seperti persalinan pertama. Segala hal udah dipersiapkan, Bun, sama Margareth untuk bisa melakukan persalinan di rumah.
Aktif di grup Facebook Water Birth, membaca berbagai buku soal persalinan di rumah, bahkan menyewa bak khusus untuk proses kelahiran dilakukan Margareth yang berprofesi sebagai guru meditasi ini. Apalagi, teman-temannya banyak yang sukses melahirkan di rumah dengan bak khusus dan air hangat yang dipercaya bisa jadi epidural alami.
Namun, kenyataan tak seindah harapan, Bun. Di bulan November lalu, Margareth mulai merasakan kontraksi. Saat itu, dia masih percaya diri dan nyaman. Terlebih, ada suaminya Jeff, bidan, dan doula yang setia mendampingi Margareth. Tapi, pertahanannya mulai runtuh setelah 30 jam kontraksi belum ada kemajuan berarti.
"Hingga saya melolong dengan penuh frustasi dan akhirnya dengan mobil bidan, saya diantar ke rumah sakit. Saya mendapat anestesi, tertidur, dan melahirkan seorang bayi laki-laki sehat yang kami beri nama Bo," kata Margareth, dikutip dari Time.
Setelah pulang ke rumah, seperti ibu lainnya Margareth berharap bisa menyusui si kecil Bo sampai umur 2 tahun. Tapi apa daya, saat Bo berumur 5 bulan, berbagai masalah laktasi membuat Margareth membutuhkan donor ASI juga susu formula. Apa yang dialami Margareth membuatnya menjadi
ibu yang gagal.
"Saya sudah menyiapkan proses persalinan saya dengan sebaik mungkin tapi satu hal yang tidak kita bicarakan adalah seberapa besar dukungan diperlukan oleh seorang ibu. Ya, setelah 7 bulan melahirkan saya merasa tubuh saya tidak mendukung apa yang ingin saya lakukan," kata Margareth.
Ya, walaupun judgement dari lingkungan sekitar kadang nggak bisa dihadang ya, Bun. Berbagai penilaian ketika kita sebagai seorang ibu belum bisa melakukan apa yang dianggap 'seharusnya' dilakukan seorang ibu bisa bikin stres, merasa bersalah, marah, bahkan depresi.
[Gambas:Instagram]
Baru-baru ini, survei yang dilakukan Time dan SurveyMonkey terhadap 913 ibu menemukan separuh ibu baru merasa bersalah, malu, marah, dan sedih ketika mereka mengalami masalah selama dan sesudah melahirkan yang nggak terduga ditambah minimnya dukungan. Lebih dari separuh responden merasa melahirkan normal sangat penting, 43 persen mengaku butuh epidural atau obat untuk bisa melahirkan normal dan 22 persen ibu menjalani operasi caesar darurat.
Baca juga: Cara Murah Melepas Stres ala Agni PratisthaLebih dari 20 persen responden juga berharap bisa menyusui anaknya sampai umur 2 tahun tapi nyatanya, kurang dari separuh ibu yang bisa melakukan itu. "Wanita banyak yang jadi 'gila' karena keinginan untuk melakukan sesuatu sealami mungkin, termasuk soal intervensi melahirkan dan menyusui," kata profesor klinis obstetri dan ginekologi di Yale School of Medicine, Dr Mary Jane Minkin.
Di tahun 1900-an, kata Mary orang-orang belum punya banyak intervensi. Tapi, banyak ibu dan bayi meninggal. Rata-rata angka ekspektasi hidup keluarga pun rendah namun itu dianggap sebagai hal yang alami. Sementara, psikolog dari Columbia University Medical Cente, Catherine Monk bilang untuk seorang ibu yang baru melahirkan, akan banyak ucapan 'Ketika kamu tidak melakukan sesuatu X dan Y, kamu melakukannya dengan salah'.
"Akibatnya, ada hal-hal berlebihan soal kehidupan ibu dan ini dipengaruhi oleh internet juga sosial media," ujar Catherine.
Waktu ngobrol sama HaiBunda beberapa waktu lalu, psikolog keluarga dari Tiga Generasi, Anna Surti Ariani yang akrab disapa Nina bilang bagaimana cara ibu melahirkan dan bagaimana pola asuh yang diterapkan si kecil bisa jadi sebuah judgement dari orang lain. Tapi, sebagai ibu, kita pasti ingin memberi yang terbaik untuk si kecil kan, Bun?
Hanya saja, kadang kenyataan nggak berjalan sesuai harapan. Misalnya, kita udah pengen banget melahirkan normal dan berusaha semaksimal mungkin tapi apa daya, karena suatu kondisi terpaksalah dilakukan operasi caesar. Ketika itu terjadi, menurut Nina bunda nggak perlu merasa bersalah, kok.
"Kadang kala ada orang yang nge-judge kita karena dia sebetulnya merasa butuh 'batu injakan' supaya dia merasa lebih. Nah, buat kita yang di-judge kayak gitu, kita yakini aja kalau tiap anak punya cara berbeda untuk hadir ke dunia dan kita sebagai
ibu adalah 'perantara' hadirnya anak di dunia. Jadi, Tuhan sudah punya cara-Nya sendiri dan kita terima saja itu," tutur Nina.
Baca juga: Curhat Ibu Soal Tubuhnya Usai Melahirkan yang Jadi Viral (rdn)