Jakarta -
Banyaknya
berita hoax yang bermuatan negatif mudah membuat orang lain terprovokasi, Bun. Tidak jarang tindakan
agresif mengarah ke aksi anarkis dilakukan.
Sebaiknya sebelum terprovokasi, cari tahu dulu kebenaran berita. Agar tidak menjadi korban dan pelaku provokasi. Ada berbagai cara yang bisa Bunda lakukan agar tidak terprovokasi. Salah satunya dengan teknik kognitif seperti melatih pikiran.
Artinya, kita berpikir dulu sebelum bertindak. Namun, cara seperti ini hanya berhasil jika kita memiliki wawasan, ketenangan
emosi, dan keterampilan interpersonal. Demikian seperti melansir dari
Psychology Today.
Jika belajar dari kesalahan masa lalu, secara langsung membantu kita menghadapi kemungkinan konflik. Secara mental juga membantu menghadapi situasi saat ini.
Penulis
Paradoxical Strategies in Psychotherapy, Leon F Seltzer Ph.D menyarankan jika ada yang mencoba memprovokasi, cara terbaik menghindarinya dengan tidak melakukan apapun. Menurutnya, kita harus sadar dampak buruk yang mungkin terjadi.
"Jika tidak menahan 'api', sama saja dengan kita menambah bahan bakar yang berpotensi menambah panas suasana," ujar Seltzer.
Ibu-ibu bergosip/ Foto: Istock |
Ada dua cara bisa Bunda lakukan untuk menjauhi konflik dan tidak terprovokasi. Pertama dengan mengatur pengingat dan mencari cara untuk tetap tenang.
"Agar tidak terprovokasi coba tenangkan, 'Meski ini membuatku kesal, aku tahu cara mengatasinya' atau 'Aku tidak akan terprovokasi, aku bisa menghadapinya sebelum ini memburuk'," tutur Seltzer.
Studi yang diterbitkan dalam
Journal of Experimental Social Psychology dan dilakukan di Ohio State University menjelaskan kalau salah satu cara agar tidak terprovokasi adalah menjauhi masalah. Peneliti menemukan orang-orang ini lebih mudah mengontrol emosinya.
"Pendekatan dengan menjauhkan diri dari orang-orang yang memprovokasi bisa mengatur perasaan marah dan mengurangi pikiran untuk bertindak agresif," kata Dominik Mischkowski, salah satu tim peneliti, dikutip dari
Medical Daily.Tim peneliti juga menyarankan untuk tidak memikirkan amarah, Bun. Semakin memikirkannya, semakin kita ingin melakukan perbuatan agresif.
Sebaliknya, dengan berpikir netral dan
bahagia, membuat amarah mereda meski tidak bertahan lama. Paling tidak membantu kita berpikir objektif untuk tidak terprovokasi atau ikut memprovokasi.
Simak juga video tentang penyebaran hoax yang berujung kerusuhan berikut, Bun.
[Gambas:Video 20detik]
(ank/rdn)