Jakarta -
Belakangan banyak ibu merasa
cemas, frustasi, dan stres karena melihat postingan di media sosial. Penyebabnya karena
rasa iri dan cemburu melihat sempurnanya hidup orang lain atau kenyataan tidak bisa memiliki sesuatu yang orang miliki, Bun.
Kondisi ini menyebabkan gaya parenting orang tua berubah, kita tidak pernah puas dengan diri sendiri, hingga mengganggu kesehatan mental. Lantas, bagaimana mengatasi fenomena ini?
Psikologi klinis Rachel Andrew, mengatakan, belakangan memang semakin banyak orang merasa iri dan cemburu karena apa yang dilihatnya di media sosial. Dari yang tidak dapat mencapai gaya hidup yang diinginkan, sampai membandingkan dengan yang mereka lihat dari orang lain.
"Saya pikir apa yang telah dilakukan media sosial adalah membuat semua orang dapat dengan mudahnya membandingkan," ujar Andrew, dilansir
The Guardian.
Sayangnya, perbandingan itu semakin tidak realistis, Bun. Padahal kita semua tahu jika gambar bisa diedit seolah-olah menggambarkan kesempurnaan seseorang.
"Sebagian besar dari kita tahu bahwa gambar dan narasi yang disajikan di media sosial tidak nyata, kita dapat berpikir rasional, tetapi pada tingkat emosional, ini masih belum dapat dikendalikan. Jika gambar atau narasi itu seakan memanfaatkan apa yang kita inginkan, tetapi tidak kita miliki, rasa iri dan cemburu akan sangat kuat," ujar Andrew.
Sedangkan kata terapis perilaku kognitif, Windy Dryden, rasa kurang tertarik atau tidak percaya diri bisa jadi penyebab iri. Ketika sampai pada jenis kecemburuan yang diilhami oleh media sosial, katanya, ada dua faktor yang membuat seseorang lebih rentan, yaitu harga diri yang rendah dan tidak punya sikap toleransi.
"Kedua hal itu menggambarkan sifat seseorang yang tidak mampu untuk mendapatkan yang diinginkannya," tutur Andrew.
Wanita main gadget/ Foto: iStock |
Lalu, bagaimana cara mengatasi iri melihat postingan orang di media sosial?
Andrew menyarankan untuk belajar seperti anak kecil. Kita harus mengembangkan filosofi tentang bagaimana memandang dunia.
"Cara ini membuat kita mengenali saat orang lain memiliki sesuatu yang kita inginkan tapi tidak kita miliki, mengenali bahwa kita bisa bertahan hidup tanpanya, dan tidak memiliki bukan berarti kita tidak layak atau memiliki kekurangan," kata Andrew.
Bunda juga bisa mengubah kebiasaan menggunakan media sosial. Professor psikologi di the University of Michigan, Ethan Kross menjelaskan, kebanyakan orang yang iri adalah pengguna pasif. Pengguna pasif media sosial lebih terdampak buruk dibanding pengguna aktif.
"Pengguna pasif lebih suka melihat postingan dan membaca komentar jadi mudah terpengaruh," kata Kross.
Baik pengguna pasif atau aktif, kita perlu berpikir lebih hati-hati ketika menggunakan media sosial. Apa yang kita katakan bisa saja memperlihatkan kepribadian kita dan membuat orang lain cemburu.
Psikolog klinis, Dr.Nicole Highet juga menyarankan untuk bersikap jujur dan realistis terhadap kehidupan sehari-hari. Ini bisa membantu kita untuk tidak berekspektasi tinggi.
"Kita juga harus menyadari kalau
media sosial enggak selamanya persis dengan apa yang terjadi di kehidupan nyata," pungkas Highet, dikutip dari
Essential Baby.
Simak juga cara Tantri 'Kotak' mengatasi mom shaming di video berikut:
(ank/rdn)