Jakarta -
B.J. Habibie dikenal sebagai sosok yang pintar dan saleh. Kepandaiannya menguasai teknologi diimbangi dengan ketekunan beribadah, Bun.
Dari buku autobiografinya,
Habibie memang kerap bercerita kalau berasal dari keluarga Islam terpandang di Sulawesi Selatan. Maka tak heran kalau dia mengedepankan nilai-nilai agama dalam kesehariannya. Termasuk dalam mendidik anak.
Diceritakan Ilham Habibie, putra sulung B.J. Habibie, sang ayah dan ibu sangat jarang memberikan teori tentang agama. Pelajaran agama yang Ilham dan adiknya dapatkan pun sebenarnya tidak intensif, Bun. Karena Ilham besar di Jerman, ia tidak punya kesempatan untuk belajar agama secara intensif dan formal seperti di Indonesia.
"Di rumah ya paling dulu saya pernah dapat les ngaji, dan itu sebetulnya enggak terlalu intensif. Jadi, tidak seperti di Indonesia. Di Indonesia kan beda ya karena di sini agama itu menjadi bagian dari pendidikan formal yang lebih intensif, lebih luas. Jadi Jerman tidak seperti itu," kata Ilham kepada HaiBunda.
Habibie lebih sering mengajarkan agama lewat praktik langsung. Salah satu pengalaman paling membekas untuknya adalah saat sang almarhum ayahnya mengajak untuk ibadah haji di usia 20 tahun. Padahal, menurutnya saat itu ia masih belum siap secara mental untuk pergi haji.
"Saya sebenarnya terus terang, secara mental belum siap. Kok saya harus haji? Saya kan belum siap. Tapi, ikut aja. Ya sudah ikut," tambahnya.
 Putra sulung B.J. Habibie, Ilham Habibie/ Foto: Siti Hafadzoh |
Saat itu, Ilham baru saja pulang dari summer vacation di Boston. Sesampainya di rumah, ia langsung diajak oleh sang ayah untuk ibadah haji. Perlu diketahui, Bun, di Jerman tidak ada manasik haji seperti di Indonesia. Jadi, Ilham belajar praktik haji dari pemimpin rombongan mereka saat itu.
Namun, justru ajakan ayahnya berdampak transformatif bagi Ilham. Setelah pergi ke Tanah Suci, ia baru mengerti maksud ayahnya. Habibie ingin menunjukkan Islam yang sesungguhnya kepada Ilham. Tidak hanya pada teori dan ritual.
"Jadi, saya mengerti Bapak belakangan. Kenapa? Karena Bapak mau kasih lihat saya, 'gini Ham, kamu harus mengerti'. Jadi saya langsung dicemplungin ke kolam gitu, belum bisa berenang," cerita Ilham.
Pelajaran agama yang diberikan sang ayah, diibaratkan Ilham seperti sedang 'on the job training'. Belajar sambil praktik. Menurut Ilham, justru ini yang lebih bisa menghidupkan nilai Islam di dalam dirinya, dibandingkan hanya diajarkan tentang teori dan ritual.
"Kalau ngaji kan beda ya. Kita cuma secara ritual. Tapi kalau menghidupkan, agama kan harus dihidupkan. Harus kita menghayati. Itu saya mulai mengerti di Mekkah tahun 1984. Saya pertama kali ke situ. Umrah belum, saya langsung haji. Berat itu," ujar Ilham.
Menurut cerita Ilham,
Habibie memang lebih suka mengajarkan anak-anaknya lewat praktik dan memberi contoh, Bun. Ini terbukti memang efektif dalam mengajarkan dan mendidik anak-anaknya. Termasuk di bidang agama. Apakah Bunda punya cara yang sama dalam mengajarkan anak?
[Gambas:Video 20detik]
(sih/rap)