Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Saran Psikolog Soal Menguatkan Mental Seseorang Usai Alami Duka Bertubi-tubi

Annisa Afani   |   HaiBunda

Minggu, 11 Jul 2021 16:13 WIB

Ilustrasi anak sedih atau berduka
Ilustrasi berduka/Foto: Getty Images/elenaleonova

Mengalami masa-masa terpuruk, sedih, termasuk berduka, merupakan hal yang manusiawi, Bunda. Oleh karenanya, kita tak perlu mengabaikan, atau menganggap bahwa hal tersebut harus dihindari.

Saat mengalami hal ini, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk bangkit dan menguatkan mental. Apalagi jika usai mengalami duka, yang datang secara bertubi-tubi.

"Memang cara orang untuk menguatkan mental setelah berduka itu berbeda-beda," kata Sani Budiantini Hermawan, Psikolog Anak dan Keluarga pada HaiBunda melalui WhatsApp, belum lama ini.

Ketika melihat seseorang yang dikenal mengalami duka bertubi-tubi, secara manusiawi, kita wajib untuk membantunya, lho. Hal yang amat penting bagi mereka di masa duka, yakni support sistem atau orang-orang sebagai pendukung.

"Yang pasti adalah support sistem yang harus dibangun dalam lingkungan keluarga atau yang terdekat agar mereka tidak merasa sendiri."

YouTuber Cantik India Pria TulungagungYouTuber Cantik India Pria Tulungagung/ Foto: Mia Kurnia Sari

"Agar mereka merasa selalu ada orang yang siap mendengarkan perasaannya, mendengarkan keluhannya, mimpi buruknya, dan sebagainya," tuturnya.

Lebih lanjut, Sani juga memaparkan bahwa support sistem memiliki peran yang penting. Sebagai seseorang yang siap untuk berada di sisinya, support sistem juga memiliki tugas yang tak berat untuk diperankan.

"Di sini, support sistem juga harus memahami apa yang harus dilakukan. Salah satunya adalah memvalidasi perasaan orang tersebut. Apakah sedih, marah, kesal, bingung, dan sebagainya."

"Jangan pernah perasaan orang yang berduka itu di-ignore (abaikan), atau justru di-denied (pungkiri). Karena, justru akan menambah pilu, rasa duka yang dialami," katanya.

Simak penjelasan Sani selengkapnya di halaman berikut ya, Bunda.

Tonton juga pesan Ade Jigo untuk anak, 'sedih enggak, lucu iya' dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]


MENUNGGU ORANG BERDUKA UNTUK MOVE ON TANPA PAKSAAN

Young woman at home feeling desperate saying a prayer.

Ilustrasi berduka/Foto: Getty Images/iStockphoto/kieferpix

Perlu untuk dipahami, move on dari masa berduka itu tak mudah, Bunda. Ini akan membutuhkan banyak waktu dan tak boleh diiringi dengan paksaan dan dorongan.

"Bagi orang yang berduka, mungkin tidaklah mudah untuk move on, biasanya membutuhkan waktu," tutur Sani.

Lebih lanjut, Sani juga mengatakan bahwa masa-masa berduka ini bisa berjalan selama 3 hingga 6 bulan. Namun untuk sepenuhnya move on, ini tentunya memakan waktu lebih lama, bahkan bisa bertahun-tahun, lho.

"Biasanya, yang paling berat adalah 3 bulan pertama. Kemudian 3 bulan kedua atau 6 bulan, sudah ada mungkin perubahan."

"Namun butuh waktu 1 hingga 3 tahun untuk bisa move on secara tuntas," sambungnya.

Jika masih berada di fase tersebut, kita perlu mengiring atau mengajak orang yang berduka untuk lebih dekat dengan Tuhan. Misalnya, dengan lebih banyak beribadah agar merasakan ketenangan.

"Dalam keadaan seperti ini, alangkah baiknnya kalau lebih mendekatkan diri pada Allah SWT, pada Tuhan. Beribadah sesuai ajaran masing-masing," saran Sani.

Tak kalah penting, orang yang berduka ini perlu untuk secara dasar dan terbuka, mengakui dan terbuka dengan perasaannya sendiri. Ia harus menerima kenyataan, meskipun hal tersebut amat berat dan sulit.

"Kemudian juga terbuka dengan perasaannya, berusaha menerima walaupun sulit."

"Tetap menjalankan aktivitas rutin, namun tidak juga ter-push (terpaksa) untuk segera move on, tapi menjalani prosesnya ini secara perlahan sesuai keadaannya," katanya

Simak penjelasan lainnya di halaman berikut ya, Bunda.

CARA MENYIKAPI RASA DUKA PADA ANAK

Ilustrasi anak sedih atau berduka

Ilustrasi anak sedih/Foto: Getty Images/iStockphoto/Lacheev

Sani juga memberikan pendapat lainnya soal mengekspresikan perasaan, Bunda. Menurutnya kita boleh-boleh saja untuk menangis jika memang merasakan kesedihan karena berduka.

"Dan menurut saya, kalau memang sedih dan ingin mengekspresikan, itu boleh-boleh saja dan sah-sah saja. Tidak ada kalimat bahwa 'Tidak ikhlas kalau menangisi hal yang membuat duka'," tuturnya.

Lalu, bagi Sani, dengan menangis ini juga dapat membuat perasaan menjadi lebih lega. Oleh karena itu, tak perlu malu untuk mengakui bahwa diri memang tengah berada di fase yang sulit.

"Justru dengan menangis, bisa melegakan perasaan kita. Jadi janganlah malu untuk mengaku bahwa diri sedang berduka, seperti itu," bebernya.

Terkait duka pada anak, Sani mengatakan bahwa hal penjelasannya sebelumnya masih berkaitan. Intinya, anak perlu pendamping, khususnya keluarga sendiri, agar tak merasa sendirian.

"Kalau anak ada pendampingan keluarga dulu," katanya.

Apabila upaya tersebut dirasa tak berhasil, maka anak perlu lho, dibawa ke psikolog untuk mendapatakan perawatan. "Baru jika perlu, ke psikolog," sambungnya.

Ke psikolog pun memang tak selalu dapat dilakukan dengan berhasil. Terkadang, anak juga merasa tak nyaman jika harus berhadapan dengan orang baru, selayaknya psikolog.

Meski begitu, bukan berarti upaya tersebut dibatalkan ya, Bunda. Karena ada alternatif lainnya, yakni pendamping anaklah yang datang ke psikolog untuk mendapat masukan atau saran.

"Atau si pendamping bisa juga ke psikolog untuk memahami cara-caranya (menghadapi atau merawat anak berduka)," sarannya.


(AFN/AFN)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda