
moms-life
Saran Psikolog Soal Menguatkan Mental Seseorang Usai Alami Duka Bertubi-tubi
HaiBunda
Minggu, 11 Jul 2021 16:13 WIB

Mengalami masa-masa terpuruk, sedih, termasuk berduka, merupakan hal yang manusiawi, Bunda. Oleh karenanya, kita tak perlu mengabaikan, atau menganggap bahwa hal tersebut harus dihindari.
Saat mengalami hal ini, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk bangkit dan menguatkan mental. Apalagi jika usai mengalami duka, yang datang secara bertubi-tubi.
"Memang cara orang untuk menguatkan mental setelah berduka itu berbeda-beda," kata Sani Budiantini Hermawan, Psikolog Anak dan Keluarga pada HaiBunda melalui WhatsApp, belum lama ini.
Ketika melihat seseorang yang dikenal mengalami duka bertubi-tubi, secara manusiawi, kita wajib untuk membantunya, lho. Hal yang amat penting bagi mereka di masa duka, yakni support sistem atau orang-orang sebagai pendukung.
"Yang pasti adalah support sistem yang harus dibangun dalam lingkungan keluarga atau yang terdekat agar mereka tidak merasa sendiri."
"Agar mereka merasa selalu ada orang yang siap mendengarkan perasaannya, mendengarkan keluhannya, mimpi buruknya, dan sebagainya," tuturnya.
Lebih lanjut, Sani juga memaparkan bahwa support sistem memiliki peran yang penting. Sebagai seseorang yang siap untuk berada di sisinya, support sistem juga memiliki tugas yang tak berat untuk diperankan.
"Di sini, support sistem juga harus memahami apa yang harus dilakukan. Salah satunya adalah memvalidasi perasaan orang tersebut. Apakah sedih, marah, kesal, bingung, dan sebagainya."
"Jangan pernah perasaan orang yang berduka itu di-ignore (abaikan), atau justru di-denied (pungkiri). Karena, justru akan menambah pilu, rasa duka yang dialami," katanya.
Simak penjelasan Sani selengkapnya di halaman berikut ya, Bunda.
Tonton juga pesan Ade Jigo untuk anak, 'sedih enggak, lucu iya' dalam video berikut:
MENUNGGU ORANG BERDUKA UNTUK MOVE ON TANPA PAKSAAN
Ilustrasi berduka/Foto: Getty Images/iStockphoto/kieferpix
Perlu untuk dipahami, move on dari masa berduka itu tak mudah, Bunda. Ini akan membutuhkan banyak waktu dan tak boleh diiringi dengan paksaan dan dorongan.
"Bagi orang yang berduka, mungkin tidaklah mudah untuk move on, biasanya membutuhkan waktu," tutur Sani.
Lebih lanjut, Sani juga mengatakan bahwa masa-masa berduka ini bisa berjalan selama 3 hingga 6 bulan. Namun untuk sepenuhnya move on, ini tentunya memakan waktu lebih lama, bahkan bisa bertahun-tahun, lho.
"Biasanya, yang paling berat adalah 3 bulan pertama. Kemudian 3 bulan kedua atau 6 bulan, sudah ada mungkin perubahan."
"Namun butuh waktu 1 hingga 3 tahun untuk bisa move on secara tuntas," sambungnya.
Jika masih berada di fase tersebut, kita perlu mengiring atau mengajak orang yang berduka untuk lebih dekat dengan Tuhan. Misalnya, dengan lebih banyak beribadah agar merasakan ketenangan.
"Dalam keadaan seperti ini, alangkah baiknnya kalau lebih mendekatkan diri pada Allah SWT, pada Tuhan. Beribadah sesuai ajaran masing-masing," saran Sani.
Tak kalah penting, orang yang berduka ini perlu untuk secara dasar dan terbuka, mengakui dan terbuka dengan perasaannya sendiri. Ia harus menerima kenyataan, meskipun hal tersebut amat berat dan sulit.
"Kemudian juga terbuka dengan perasaannya, berusaha menerima walaupun sulit."
"Tetap menjalankan aktivitas rutin, namun tidak juga ter-push (terpaksa) untuk segera move on, tapi menjalani prosesnya ini secara perlahan sesuai keadaannya," katanya
Simak penjelasan lainnya di halaman berikut ya, Bunda.
CARA MENYIKAPI RASA DUKA PADA ANAK
Ilustrasi anak sedih/Foto: Getty Images/iStockphoto/Lacheev
Sani juga memberikan pendapat lainnya soal mengekspresikan perasaan, Bunda. Menurutnya kita boleh-boleh saja untuk menangis jika memang merasakan kesedihan karena berduka.
"Dan menurut saya, kalau memang sedih dan ingin mengekspresikan, itu boleh-boleh saja dan sah-sah saja. Tidak ada kalimat bahwa 'Tidak ikhlas kalau menangisi hal yang membuat duka'," tuturnya.
Lalu, bagi Sani, dengan menangis ini juga dapat membuat perasaan menjadi lebih lega. Oleh karena itu, tak perlu malu untuk mengakui bahwa diri memang tengah berada di fase yang sulit.
"Justru dengan menangis, bisa melegakan perasaan kita. Jadi janganlah malu untuk mengaku bahwa diri sedang berduka, seperti itu," bebernya.
Terkait duka pada anak, Sani mengatakan bahwa hal penjelasannya sebelumnya masih berkaitan. Intinya, anak perlu pendamping, khususnya keluarga sendiri, agar tak merasa sendirian.
"Kalau anak ada pendampingan keluarga dulu," katanya.
Apabila upaya tersebut dirasa tak berhasil, maka anak perlu lho, dibawa ke psikolog untuk mendapatakan perawatan. "Baru jika perlu, ke psikolog," sambungnya.
Ke psikolog pun memang tak selalu dapat dilakukan dengan berhasil. Terkadang, anak juga merasa tak nyaman jika harus berhadapan dengan orang baru, selayaknya psikolog.
Meski begitu, bukan berarti upaya tersebut dibatalkan ya, Bunda. Karena ada alternatif lainnya, yakni pendamping anaklah yang datang ke psikolog untuk mendapat masukan atau saran.
"Atau si pendamping bisa juga ke psikolog untuk memahami cara-caranya (menghadapi atau merawat anak berduka)," sarannya.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Jadi Istri Pejabat, Chacha Frederica Vakum dari Dunia Hiburan & Sempat Konsultasi ke Psikolog

Mom's Life
9 Kata-kata yang Sering Diucapkan Orang Introvert Menurut Psikolog

Mom's Life
Kisah Psikolog yang Tinggal di Negara Paling Bahagia, Penduduknya Tidak Pernah Lakukan Ini

Mom's Life
Jangan Tiru Selebgram yang Ajak Ridwan Kamil Selfie, Ini 5 Cara Sampaikan Belasungkawa

Mom's Life
7 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Masukkan Si Kecil ke Pesantren

Mom's Life
Dituding Psikolog Palsu, Dedy Susanto Buktikan Punya Ijazah dan Disertasi
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda