Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Perjuangan Fatmawati Jahit Bendera Pusaka Merah Putih Saat Hamil Besar

Annisa A   |   HaiBunda

Selasa, 17 Aug 2021 08:20 WIB

Fatmawati Soekarno
Fatmawati / Foto: Instagram @puti_soekarno

Peran Soekarno dalam mengantar Indonesia ke pintu kemerdekaan tak pernah dilupakan. Tak hanya patriotismenya, sisi kehidupan asmara Soekarno juga mengukir banyak kisah.

Seumur hidupnya, Soekarno dikenal sebagai sosok yang populer di kalangan wanita. Setidaknya, ada sembilan nama wanita yang tercatat pernah menjadi istri pria nomor satu di Indonesia pada saat itu.

Salah satu di antara mereka adalah Fatmawati, yang keluarganya merupakan keturunan Putri Indrapura dari Kesultanan Indrapua, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Pemilik nama asli Fatimah itu menjadi bagian dari kehidupan Soekarno sebagai istri nomor tiga. Kisah cinta Fatmawati dan Soekarno berjalan dengan penuh pengorbanan, Bunda.

Dalam buku Fatmawati dan Soekarno yang ditulis Burhan Fanani, diceritakan bahwa pria yang akrab disapa Bung Karno itu bertemu Fatmawati yang masih remaja. Perempuan kelahiran 1923 itu berusia 15 tahun.

Pada 14 Februari 1938, Soekarno dan keluarganya diasingkan oleh pemerintah Kolonial Belanda di sebuah rumah yang terletak di Bengkulu. Ia tinggal bersama istrinya, Inggit Ganarsih dan dua putri angkat mereka yaitu Ratna Djuami dan Sukartik.

Suatu ketika, Datuk Hassan Din yang merupakan tokoh Muhammadiyah di Bengkulu datang mengunjungi Soekarno. Kunjungan itu menjadi awal mula pertemuan Soekarno dan putri Hassan Din, yakni Fatmawati.

Dalam balutan baju kurung merah hati dan kerudung kuning, Fatmawati terlihat sangat cantik dan mencuri perhatian Soekarno. Cara bicaranya sangat santun namun penuh percaya diri.

Tak perlu waktu lama bagi Fatmawati untuk berkenalan dengan putri angkat Soekarno, Ratna Djuami. Mereka kebetulan berusia sepantaran. Namun di usia remaja, Fatmawati belum menyelesaikan pendidikan SD. Ratna kemudian mengajak Fatmawati bersekolah bersamanya.

Agar dapat bersekolah di SMP yang sama dengan Ratna, Fatmawati harus menyelesaikan pendidikan SD terlebih dahulu. Ia pun didaftarkan ke RK Vakschool Maria Purrisima. Soekarno menawarkan diri agar Fatmawati tinggal di rumahnya agar lebih dekat dengan sekolah tersebut.

Inggit Ganarsih sepakat. Fatmawati pun memulai kehidupan di rumah Soekarno. Namun saat itulah percik-percik masalah rumah tangga mulai berdatangan. Simak di halaman selanjutnya, Bunda.

Saksikan juga video sejarah presiden Indonesia dari masa ke masa berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]


SOEKARNO GUNDAH

Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri dan Menhan Prabowo meresmikan patung Presiden ke-1 Sukarno atau Bung Karno di Gedung Kementerian Pertahanan.

Patung Soekarno (Foto: Agung Pambudhy/Detikcom)

Kedatangan Fatmawati memicu kecemburuan di hati Inggit Gunarsih. Terlebih ketika ia harus meninggalkan Bengkulu selama beberapa minggu untuk mengantar Ratna Djuami melanjutkan sekolah di Yogyakarta.

Selama kepergian Inggit Gunarsih, Soekarno sering membawa Fatmawati berjalan-jalan. Sosok Soekarno yang begitu karismatik membuat Fatmawati terkesima. Begitu pula dengan Fatmawati yang sangat cerdas dan berani di mata Soekarno.

Keduanya saling jatuh cinta. Namun Fatmawati menolak tegas perasaan Soekarno lantaran ia masih berstatus sebagai suami Inggit Ganarsih. Hal itu membuat Soekarno gundah.

Di satu sisi, ia sangat mencintai Inggit Gunarsih yang menemaninya sejak bercerai dari Oetari di 1923. Namun perbedaan usia yang jauh membuat Inggit sulit memberikan Soekarno keturunan. Ia sangat menginginkan anak kandung.

Tak mudah bagi Soekarno untuk melepas Inggit Gunarsih. Namun ia masih berpikir soal keturunan. Hingga sepulang dari pengasingan di Bengkulu, hati Soekarno masih tertinggal di sana memikirkan Fatmawati.

Setelah beberapa bulan menetap di Jakarta, Soekarno kemudian menyampaikan keinginannya kepada Inggit Ganarsih untuk menikahi Fatmawati. Impiannya untuk memiliki keturunan sudah tak bisa dibendung lagi.

Inggit Ganarsih mengatakan ia tak keberatan jika Soekarno menikah lagi, asalkan ia diceraikan dan dipulangkan ke rumah orangtuanya di Bandung. Ia tak ingin dimadu, Bunda.

Kisah asmara Soekarno dan Inggit pun selesai di tahun 1942. Ia memulai kisah baru bersama Fatmawati. Simak di halaman berikutnya.

PERJUANGAN MENJAHIT BENDERA

Fatmawati Soekarno

Fatmawati / Foto: Instagram @puti_soekarno

Soekarno yang sudah berusia 41 tahun akhirnya menikahi Fatmawati yang baru berusia 19 tahun pada Juni 1943. Pernikahan mereka terpaut jarak Jakarta-Bengkulu. Mereka menikah secara diwakilkan.

Situasi saat itu tidak memungkinkan keduanya untuk bertemu. Pergolakan sedang terjadi di berbagai wilayah saat Jepang sedang menguasai Indonesia. Mereka hanya bisa berkomunikasi lewat telegram, Bunda.

Setelah situasi mulai kondusif, Soekarno akhirnya hidup bahagia bersama Fatmawati. Pernikahan mereka tak lagi sunyi. Keduanya dikaruniai lima anak, yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.

Kendati Sang Proklamator telah menceraikan Inggit Gunarsih, ia tak lepas tangan begitu saja. Cintanya tak pernah pudar, terutama untuk kedua putri angkatnya. Ia tetap memenuhi kebutuhan materiil Inggit Ganarsih.

Kehadiran Fatmawati dalam kehidupan Soekarno tak hanya berperan sebagai istri. Dikenal sebagai wanita cerdas dan berani, ia berkontribusi dalam meraih kemerdekaan Indonesia, Bunda.

Fatmawati merupakan sosok wanita yang menjahit Sang Saka Merah Putih untuk dikibarkan pada Hari Proklamasi 17 Agustus 1945. Tak mudah untuk mendapatkan kain berwarna merah dan putih pada waktu itu. Berkat bantuan orang Jepang bernama Shimizu, mereka berhasil mendapatkannya.

Kemudian Fatmawati mulai menjahit. Kala itu ia menjahit dalam kondisi fisik yang cukup rentan. Fatmawati sedang hamil tua dan sudah waktunya untuk melahirkan putra sulung mereka, Guntur Soekarnoputra. 

Mesin jahitnya begitu sederhana. Namun bermodal semangat dan kegigihan, Fatmawati seakan menjahit bangsa Indonesia menjadi satu. Lembaran kain merah dan putih itu disatukannya hingga menjadi bendera yang dikibarkan di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta.

Hingga saat ini, mesin jahit kuno itu masih tersimpan dengan rapih di rumah Fatmawati yang berada di Bengkulu. Rumah tersebut menjadi saksi sejarah kehidupan Ibu Negara pertama Indonesia.

"Di sini kita bisa rasakan semangat kebangsaan. Bagaimana bendera merah putih dijahit Ibu Fatmawati Soekarno. Bendera Merah Putih tidak sekedar identitas bangsa tapi simbol kedaulatan bangsa dan negara," kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat mengunjungi kediaman Fatmawati, dikutip dari detikcom.


(anm/anm)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda