Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Perjuangan Pria Garut Nikahi Wanita Jepang, Sempat Beda Agama dan Jalani LDR

Annisa A   |   HaiBunda

Minggu, 02 Jan 2022 11:34 WIB

Supriatna dan Yoshiko, Pasangan Pria Garut dan Wanita Jepang
Supriatna dan Yoshiko, Pasangan Pria Garut dan Wanita Jepang / Foto: Dok. pribadi Supriatna

Menjalin pernikahan beda negara bukan perkara mudah bagi Supriatna. Pria asal Garut ini sempat mengalami rintangan saat akan menikahi wanita asal Jepang bernama Yoshiko, Bunda.

Supriatna pertama kali kenal dengan Yoshiko di Facebook. Kala itu, dia sedang menimba ilmu di salah satu universitas yang berada di Nagoya, Jepang.

Pada 2014, Supriatna merantau dari Garut ke Jepang dan menjalani hidup seorang diri di sana. Sambil berkuliah, dia juga harus bekerja sambilan demi mencari uang saku, Bunda.

Kondisi tersebut sempat bikin Supriatna kewalahan. Hingga suatu ketika, dia iseng berselancar di Facebook (FB) dan bertemu Yoshiko.

Kebiasaan yang Rusak Tanaman HiasFoto: Mia Kurnia Sari

"Waktu itu mumet (pusing) harus kuliah dan kerja part time, saya iseng-iseng chat perempuan di FB. Dari situ saya dan Yoshiko saling mengobrol," ungkap Supriatna kepada HaiBunda, belum lama ini.

Tak disangka, Supriatna dan Yoshiko yang kini memiliki channel YouTube Azka Omera Family tersebut menemukan kecocokan di antara mereka. Keduanya menjadi akrab dan berteman untuk waktu yang cukup lama. Supriatna juga sering mengajak Yoshiko pergi jalan-jalan.

Supriatna dan Yoshiko lama kelamaan saling baper alias jatuh hati. Keduanya pun memutuskan untuk berpacaran. Ketika menjalin hubungan, Supriatna sering menghampiri sang kekasih yang pada saat itu tinggal di Osaka.

Meski sedang dimabuk asmara, Supriatna masih berjuang untuk menyelesaikan kuliahnya. Namun kehidupan Supriatna sebagai mahasiswa di Jepang begitu berat sehingga ia memutuskan untuk berhenti.

"Biaya kuliah dan biaya hidup mahal, harus kerja sampai tidur hanya 2 jam sehari. Akhirnya saya memutuskan berhenti kuliah, tetapi kalau berhenti harus pulang ke Indonesia karena cuma pakai visa pelajar," kata Supriatna.

Terancam harus pulang karena sudah tidak lagi menjadi pelajar, ia pun memutuskan untuk menikahi Yoshiko, "Dari situ karena istri dan saya pribadi enggak mau pisah, akhirnya kita memutuskan untuk menikah."

Keputusan mereka untuk menikah tidak berjalan mulus. Keduanya masih memiliki rintangan berupa perbedaan agama. Namun rencana mereka sudah bulat. Yoshiko memutuskan untuk berpindah keyakinan dan hidup bersama Supriatna.

"Istri agamanya Kristen dan saya Islam, untuk meyakinkan bahwa Islam itu agama yang benar agak sulit, apalagi harus dalam bahasa Jepang yang kata-katanya jarang digunakan. Tapi ya karena sudah saling sayang dan memang jodohnya, istri masuk Islam lalu menikah," ujarnya.

Nekat mempersunting wanita Jepang, bagaimana respons dari calon mertua Supriatna? Baca di halaman berikutnya yuk, Bunda.

Saksikan juga video tentang kisah cinta pria Bali dan bule Kanada di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]

SEMPAT HIDUP TERPISAH

Supriatna dan Yoshiko, Pasangan Pria Garut dan Wanita Jepang

Supriatna dan Yoshiko, Pasangan Pria Garut dan Wanita Jepang / Foto: Dok. pribadi Supriatna

Memutuskan untuk menikahi Yoshiko dan membawanya ke Indonesia, Supriatna harus mendapatkan restu terlebih dahulu ke calon mertua. Untungnya, orang tua Yoshiko sangat terbuka dengan niat baik Supriatna.

Yoshiko merupakan wanita Jepang yang juga memiliki darah keturunan Filipina, Bunda. Berasal dari keluarga multikultural, kedua orang tua Yoshiko tidak menolak putrinya dipersunting oleh pria Garut.

"Untuk orang tua saya sendiri sama sekali tidak ada masalah, dan untuk pihak mertua juga tidak ada masalah. Karena ibunya orang Filipina, jadi bisa mengerti juga mungkin ya. Sedangkan ayahnya orang Jepang. Jadi istri saya lahir dan dibesarkan di Jepang," kata Supriatna.

Setelah mendapat restu dari kedua belah pihak, Supriatna memboyong Yoshiko ke Indonesia dan menikahinya. Namun setelah menikah, keduanya tidak bisa langsung menikmati kehidupan bersama.

Supriatna dan Yoshiko berencana untuk tinggal di Jepang. Namun, mereka harus terpisah untuk beberapa waktu demi menyelesaikan urusan visa.

"Karena saya tidak punya visa, jadi tidak bisa berangkat ke Jepang. Akhirnya istri pulang ke Jepang untuk mengurus visa saya biar bisa ke Jepang lagi," ungkapnya.

Tekad untuk kembali bersama pada akhirnya menyatukan pasangan ini. Setelah sekitar 5 bulan, Yoshiko berhasil mengurus visa sang suami. Pria Garut itu akhirnya bisa menyusul dan hidup bersama istri di Jepang.

Supriatna dan Yoshiko kini hidup bahagia di Jepang. Mereka telah dikaruniai seorang anak bernama Azka Omera Sasaki. Membesarkan seorang anak multikultural, Supriatna mengaku mendapatkan banyak tantangan. Baca halaman berikutnya ya.

MEMBESARKAN ANAK DI JEPANG

Supriatna dan Yoshiko, Pasangan Pria Garut dan Wanita Jepang

Supriatna dan Yoshiko, Pasangan Pria Garut dan Wanita Jepang / Foto: Dok. pribadi Supriatna

Supriatna mengawali lembaran baru di Jepang dengan tinggal bersama istri dan anak. Saat ini Si Kecil sudah berusia 2 tahun 7 bulan. Membesarkan anak di Jepang ternyata sangat berbeda jauh dengan di Indonesia, Bunda.

"Kalau di Jepang, anak-anak itu temannya sedikit. Tidak kayak di Indonesia yang dibiarkan main sendiri dengan segerombolan anak lain. Kalau di sini, sama tetangga saja juga kurang komunikasi," kata Supriatna.

Ia pun harus mencari cara untuk membuat sang putra tidak cepat bosan. Apalagi, Azka saat ini hanya tinggal bersama dengan Ayah dan Ibunda saja di rumah.

"Jadi biar anak tidak bosan, diajarkan bahasa Inggris sambil bermain gitu. Kebetulan ada teman istri yang mengajar, jadi Azka sering di ajak ke sana dan bisa main sama teman," ujarnya.

Azka saat ini sudah mengenal tiga bahasa. Meski belum fasih, ia sudah memahami hal yang diucapkan oleh Ayah dan Ibunda. Selain belajar bahasa, Supriatna dan Yoshiko juga gemar mengajak Azka bermain ke taman setiap akhir pekan.

Pasangan beda negara ini berharap agar suatu saat nanti, mereka dapat membesarkan sang putra di Jepang. Yoshiko yang merupakan lulusan sekolah chef juga sudah punya rencana untuk membuat bisnis restoran Jepang di Indonesia.

"Bagaimana pun lebih tentram hidup di Indonesia. Kalau di Jepang itu capek dan kurang nyaman. Setiap hari kerja pagi sampai malam, lanjut tidur, kerja lagi dan seterusnya. Kalau di Indonesia kan ada lebih banyak waktu luang," tutur Supriatna.


(anm/pri)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda