Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Jarang Terdeteksi di Stadium Awal, Ternyata Ini 6 Faktor Risiko Kanker Ovarium

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Minggu, 16 Jan 2022 13:36 WIB

Image of a woman in a white dress and 3d model of the reproductive system of women above her hands. Concept of a healthy female reproductive system.
Ilustrasi Kanker Ovarium/Foto: Getty Images/iStockphoto/SvetaZi

Ovarium merupakan salah satu organ penting yang ada di alat reproduksi wanita, Bunda. Sama seperti ginjal, tubuh seorang wanita juga memiliki satu pasang ovarium yang terdapat di bagian kanan dan kiri.

Setiap tubuh manusia bisa terkena kanker. Tak terkecuali bagian ovarium. Ovarium yang normal biasanya hanya memiliki ukuran sekitar 2 sentimeter. Namun, ukurannya akan bertambah menjadi 50 sentimeter saat menjadi kanker.

Kanker ovarium ternyata juga diidap oleh seorang artis ternama Shahnaz Haque. Ia mengaku telah menderita kanker ini sejak tahun 1998, Bunda.

Mulanya, Shahnaz merasa ada yang tidak beres dalam tubuhnya karena ia tidak mendapatkan menstruasi, padahal saat itu dirinya belum menikah dan tidak hamil.

Ia pun memutuskan untuk pergi ke dokter. Dokter pun langsung menanyakan adakah riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga Shahnaz.

Shahnaz pun menceritakan bahwa sang Bunda dan neneknya meninggal karena kanker ovarium. Tak lama, adik dari sang Bunda pun meninggal karena hal yang sama.

Mendengar hal ini, dokter pun memeriksakan kesehatan Shahnaz Haque. Benar saja, Shahnaz positif mengidap kanker ovarium.

Banner Tanaman Hias dengan Hidroponik

Perjuangan Shahnaz tak membuatnya merasa takut untuk sembuh dari penyakitnya, Bunda. Ia bahkan telah diangkat sebagai Duta Peduli Kanker Ovarium.

"Jadi ingat Mama (perasaan setelah diangkat jadi duta). Jadi ingat ibu saya. Ayo bergerak bersama (melawan kanker ovarium). Perasaan saya (diangkat jadi duta) semangat untuk kita bergerak bersama," katanya dalam Konferensi Pers Kampanye 10 Jari: Bersama, Kita Bisa Menghadapi Kanker Ovarium, pada Kamis (13/1/2022).

Selain mengungkapkan bagaimana perasaannya, Shahnaz juga mengaku kalau para penyintas sebaiknya tidak perlu takut untuk melakukan pengobatan bersama dokter. Walaupun salah satu ovarium seseorang diangkat, mereka tetap bisa hidup, bahkan memiliki anak, Bunda.

"Jangan pernah takut sama pengobatannya. Takut sama penyakitnya. Banyak orang pergi ke dukun karena takut ovariumnya akan diambil dan tidak memiliki anak," jelas wanita 49 tahun ini.

Setiap wanita memiliki risiko terkena kanker ovarium, Bunda. Karena itu, Bunda perlu tahu faktor yang menjadi risikonya.

Klik baca halaman berikutnya yuk, Bunda.

Bunda, simak juga video tips cegah kanker payudara berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]




FAKTOR RISIKO KANKER OVARIUM

Young woman having painful stomach ache. Chronic gastritis. Stomach or menstrual cramps. Abdomen bloating concept.

Ilustrasi Kanker Ovarium/Foto: Getty Images/iStockphoto/eternalcreative

Kanker ovarium kerap disebut sebagai salah satu kanker yang bersifat silent killer, Bunda. Artinya, kanker ovarium sering ditemukan dalam kondisi stadium yang sudah lanjut.

Meskipun kanker ovarium terdeteksi secara dini dan telah mendapatkan penanganan, penyintas kanker ovarium tetap akan mengalami kambuh jika tidak dipantau dengan baik.

Hal ini turut diungkapkan oleh seorang Konsultan Ginekologi Onkologi, Dr. dr. Brahmana Askandar, SpOG (K)-Onk. Ia mengatakan kalau kebanyakan pasien kanker ovarium datang dengan gejala yang sudah memburuk.

"Kanker ovarium jarang terdeteksi dini karena tidak merasakan gejala. Biasanya pasien datang saat perutnya sudah membesar, ada cairan di paru-paru, hingga sesak nafas," paparnya dalam Konferensi Pers Kampanye 10 Jari: Bersama, Kita Bisa Menghadapi Kanker Ovarium, pada Kamis (13/1/2022).

Faktor risiko kanker ovarium

Setidaknya ada 6 faktor risiko kanker ovarium yang perlu Bunda perhatikan, nih. Kalau penasaran, berikut ini deretannya yang dirangkum berdasarkan penjelasan dari Dr. Brahmana.

1. Usia

Kanker ovarium sebagian besar ditemukan pada wanita yang telah berumur, Bunda. Semakin tua umur seorang wanita, maka risikonya akan semakin tinggi.

"Semakin tua usianya, semakin tinggi risiko kanker ovariumnya," jelas Dr. Brahmana.

2. Riwayat kista endometriosis

Salah satu faktor risiko yang jarang diketahui adalah adanya riwayat kista endometriosis, Bunda. Kista endometriosis ini merupakan kista yang terbentuk ketika jaringan endometrium tubuh di ovarium.

Kista ini bisanya berisi cairan yang berukuran besar. Kondisi ini timbul setelah adanya endometriosis atau gangguan pada jaringan yang biasanya melapisi rahim di luar rahim.

Simak risiko lainnya di laman berikutnya ya, Bunda.

RIWAYAT KELUARGA HINGGA MUTASI GENETIK

Asian doctor woman encourage young woman patient by holding hand

Ilustrasi Kanker Ovarium/Foto: Getty Images/iStockphoto/Nattakorn Maneerat

3. Riwayat keluarga

Kanker ovarium merupakan penyakit yang biasanya diturunkan, Bunda. Hal ini juga lah yang dialami oleh Shahnaz Haque.

"Kalau ada riwayat pada keluarga, ibunya kanker, anak perempuannya kanker, saudara perempuannya kanker, itu kita harus waspada," imbuh Dr. Brahmana.

4. Gaya hidup buruk

Menurut Dr. Brahmana, gaya hidup merupakan hal yang bisa dimasukkan ke dalam faktor risiko kanker ovarium, Bunda. Saat seseorang memiliki gaya hidup yang buruk, maka kesehatannya juga akan terganggu.

"Obesitas ada kaitannya (dengan kanker ovarium). Kurang olahraga, makan tidak terkontrol, maka ada risikonya," ucapnya.

5. Angka kelahiran rendah

Angka kelahiran yang rendah juga masuk ke dalam risiko yang perlu diperhatikan. Saat seorang wanita memutuskan untuk tidak hamil dan memiliki anak, maka risiko kanker ovariumnya lebih tinggi.

"Risiko kanker ovarium lebih banyak terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil."

6. Mutasi genetik

Mutasi genetik adalah faktor risiko yang tidak bisa dikontrol, Bunda. Mutasi ini sudah terjadi sejak lahir dan risiko seseorang akan jauh lebih tinggi.

"Saat lahir memang sudah ada mutasi genetik. Risikonya jauh lebih tinggi dari mereka yang tidak ada mutasi. Mutasi ini tidak bisa dikontrol," imbuh Dr. Brahmana.


(mua/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda